9. Rumah beratap duka

5.6K 398 8
                                    

Sampai kapan aku harus menunggu kau akan menerimaku, menerima sebuah kenyataan bahwa aku ini adalah istrimu.

Jangan mimpi, diajak tinggal serumah aja udah seneng banget apa lagi dikasih kasih sayang. Huh mimpi kali ah. Dasar aku.

🥀🥀🥀

Aku telah sampai setelah melakukan serentetan perjalanan diselimuti keheningan, bertemankan temaram dan keramaian jalanan.

Iya disinilah aku sekarang dirumah suamiku, perlu ku akui bahwa rumah ini cukup mewah di komplek ini. Aku harap aku bisa tinggal dengan tenang disini,
"Heh, ayo masuk sekalian bawa kopermu, berat saya malas untuk membawanya, lagian itu koper punyamu"ucap mas Faris membuyarkan lamunanku, dan melangkah terlebih dahulu meninggalkanku.

Harusnya dia yang membawakan koperku aku kan istrinya, ya sabar sabar.

"Iya mas" jawabku sambil membawa koperku melangkah masuk.

Aku terkagum-kagum melihat rumah ini. Ornamen ornamen yang menghiasi rumah ini cukup mewah dan indah pastinya.

"Bibi bi...Bi Minah"panggil Faris kepada pembantunya.
"Iya den ada apa?"tanya bi Minah dengan wajah yang masih menunduk.
"Kamu urusin tuh dia, tunjukkin dimana kamarnya, saya nggak sudi satu kamar sama dia"suruhnya bernada ketus.

Sebegitu bencinya dan hinanya aku dimatanya, bahkan untuk berada pada satu kamar pun dia tak mau, padahal aku ini istrinya. Aku tau jikalau pun ku bertanya pasti ku sudah tau jawabannya,ya hanyalah sebuah cacian dan kemarahan yang aku terima.

"Mari non, saya antar kekamar non"ucap Bi Minah padaku.

Aku mengikuti langkahnya dari belakang, sambil menahan sesak yang mendominasi hati ini.

"Ini kamarnya non"ucap Bi Minah mempersilahkanku masuk.

Ku edarkan pandanganku di dalam sebuah kamar bernuansa laut dengan paduan warna biru yang menenangkan mata.
Ku hempaskan tubuhku di sebuah kasur berukuran king size yang bertengger kokoh di tengah tengah ruangan ini.

Saking asyiknya aku lupa dengan Bi minah, dia masih ada didalam kamarku, dan membantu membereskan baju bajuku.

"Ya Allah Bi Minah, nggak usah biar Nabilla aja yang beresin, mending bibi istirahat dan ini udah malam juga pasti bibi capek kan," kataku padanya.

"Nggak papa non sudah biasa ini memang kerjaan bibi disini"timpalnya

"Pokoknya nggak, bibi nggak mau kan ngelawan aku? Aku aduin loh ke mas Faris"ucapku menakut nakuti.

"Aduh jangan atuh non iya bibi mau istirahat dulu deh, non kalau butuh apa apa panggil bibi aja nggak usah sungkan"tuturnya.

"Iya bi Minah makasih ya, oh iya terus nggak usah panggil saya non lagi nggak enak didengernya panggil aja ehmm.... Eneng iya neng, iya bi?"kataku

"Ya sudah non, eh maksudnya neng, bibi keluar dulu yah"ujar Bi Minah sambil keluar kamar

Aku menatap langit langit kamar dengan tatapan nanar, aku bertanya tanya mengapa aku harus terjebak oleh situasi sesulit ini, mengapa takdirku begitu buruk. Ya Allah...
Aku ingin beban ini berakhir tapi rasa rasanya tak mungkin satu hal yang bisa aku lakukan hanyalah bersabar.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang