Tiga

9.3K 892 41
                                    

Sejatinya tujuan Allah menciptakan hati,  hannyalah untuk menunjukkan cinta kepada-Nya.
-Ibnu Taimiyyah-

•Assalamualaikum a new City•

Biasakan Vote sebelum baca 💞

-
-
-

Hari ini adalah pelantikan ketua dan anggota Osis baru, sekolahku mengadakn festival makana, kali ini aku dan teman-teman satu kelasku menjual jajan khas indonesia seperti kue onde-onde, rujak, kerak telur dan masih banyak lagi.

Setelah upacara pelantikan, barulah festival resmi di buka. Jujur saja, Ka Ali begitu gagah saat ini, ketika memakai seragam putih abunya, iya meski sudah biasa melihatnya, namun ada aura yang berbeda saja.

Jadi sekarang dia sudah resmi lepas dari jabatannya sebagai ketua osis.

Aku akan menceritakan sedikit tentang dirinya, Ka Ali itu kelas dua belas sosia satu, dia tinggi, kulitnya kuning langsat , hidungnya mancung, mirip seperti Abiku, dia juga seorang hafidz qur’an karena dulu dia lulusan dari pondok pesantren yang ada di kota Surabaya.

Dia adalah kaum adam yang berhasil merebut hatiku saat pertama kali bertemu, dia dalah kaum adam yang berhasil membuatku zina pikiran karena sering memikirkannya. Ampuni hamba ya Allah.

Byur!

“Astagfirullah!” pekikku ketika satu gelas jus jeruk membasahi seragam osis dan jilbab putihku.

“Maaf ka Asma, aku gak sengaja,” ucap gadis yang sekarang jatuh di lantai. Aku menatapnya lalu ku berikan senyum untuknya, meski sekarang semua orang menatap ke arah kami.

“Iya gak apa-apa.” Lantas dia bangun dan kembali meminta maaf padaku.

“Maaf ka, tadi saya kesandung tali sepatu sendiri, aduh gimana ini ka? Baju osis dan jilbab kakak kotor,” ucapnya sambil menahan tangis. Aku baca name tagnya. Namanya Ayu.

“Enggak apa-apa, nanti aku cuci,” jawabku sembari menenangkan.

“As, gue bawa jilbab ko di dalam tas,” ucap Sarah. Aku menatap Sarah sejenak lalu menatap adik kelasku yang bernama Ayu itu.

“Sudah gak apa-apa, sahabatku bawa jilbab ko.”

“Sekali lagi maaf ya ka,” ucapnya sambil merundukkan badannya sedikit. Aku mengangguk.

Setelah itu aku menitip daganganku pada Rafi dan Alan yang kebetulan ada di stan makanan kami.

Aku dan Sarah bergegas pergi ke kelas untuk mengambil jilbab milik Sarah, meski aku harus membiarkan baju osisku berubah warna menjadi orens.

“Kamu tunggu di kelas ya Sar, gue  ke toilet dulu,” ucapku.

“Gue antar deh,” jawab Sarah.

“Gak usah, sebentar dong ko,” tolakku dan Sarah mengiyakan.

Aku sedikit berlari keluar kelas menuju toilet.

Bruk! Astagfirullahaladzim! Kepalaku menabrak dada bidang seseorang, untung tidak jatuh seperti tempo hari.

“Maaf,” ucapku seraya mendongakkan kepalaku menatap seseorang yang tidak sengaja aku tabrak.

Kau Tempatku Pulang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang