3

6.3K 474 10
                                    


"Ms Perkins"

Aku menoleh saat seorang resepsionis yang bertugas hari ini datang menghampiriku.

"Ya, Katie?"

"Seorang pria mengamuk di bawah karena ia menghilangkan kartu aksesnya dan kami tidak bisa memberikannya kartu akses yang baru"

Aku mengernyit, "Mengapa kalian tidak bisa memberikannya kartu akses yang baru?" tanyaku.

"Dia telah menghilangkan kartunya sebanyak dua kali dan sudah tidak ada kartu cadangan lagi" jawab Katie.

Oh.

Bangkit dari kursiku, aku terpaksa harus meninggalkan pekerjaanku demi menghadapi tamu yang konyol itu. Sudah lima tahun lebih aku bekerja sebagai manager hotel, tapi baru kali ini aku menemui tamu yang menghilangkan kartu aksesnya sebanyak dua kali dan malah memarahi petugas hotel atas kesalahannya sendiri.

Katie mengantarku kepada pria itu. Dia menunggu di lobby dan terlihat sangat kesal sampai dadanya yang bidang mengembang naik dan turun. Dia adalah seorang pria yang masih muda, mungkin usianya sekitar dia puluh lima? Dia mengenakan jaket biru pastel yang basah oleh keringat dan mencetak jelas otot-ototnya. Tampaknya dia baru saja selesai melakukan olahraga yang berat.

"Permisi, tuan" sapaku dengan sopan meskipun aku ikut kesal akan sikapnya.

Dia menatapku, bukan sekedar tatapan biasa tapi dia menatapku dari atas hingga ke bawah. Ugh, itu sangat tidak sopan!

"Siapa kamu?" tanyanya.

Aku masih berusaha menjaga sikapku, "Aku Cherrie Perkins, manager hotel, apa ada yang bisa aku bantu?"

"Ya, aku kehilangan kartuku dan pegawaimu tidak bisa memberikan aku kartu yang baru"

"Maaf sebelumnya, Anda telah menghilangkan kartu akses kamar Anda sebanyak dua kali dan saat ini kami tidak punya kartu cadangan yang lain"

Dia menjadi semakin kesal, "Lalu apa yang harus kulakukan? Aku perlu istirahat untuk pertandingan nanti malam"

Pertandingan?

"Anda bisa beristirahat di kamar yang lain sementara kami menyiapkan kartu akses yang baru, mohon maaf sebelumnya kamar Anda nomor berapa?"

"407"

"Baik, mohon tunggu sebentar"

Meninggalkan pria itu, aku pergi menghampiri Katie dan meminta kartu akses kamar yang kosong agar dia dapat beristirahat seperti yang dia inginkan. Sebelum aku pergi dari meja resepsionis aku juga memerintahkan Katie untuk mengurus masalah kartu aksesnya sesegera mungkin sebelum tamu kami yang pemarah ini kembali mengamuk.

"Mari saya antarkan ke kamar Anda" kataku seraya melangkah sementara pria itu membuntutiku dari belakang. Entah itu hanya perasaanku saja atau dia memang mengamatiku dengan sedemikian rupa.

Kami masuk ke dalam lift dan berdiri bersebelahan. Meskipun dibanjiri oleh peluh, dia tidak tercium bau. Dia tercium seperti aroma oud wood yang seksi bercampur dengan aroma tubuhnya yang alami.

"Connor" ucapnya, tiba-tiba. Dia menatapku melalui pantulan pintu lift, "Namaku Connor" ulangnya.

Oh, ternyata bukan hanya aroma tapi namanya juga terdengar seksi.

Lift berdenting dan pintunya terbuka. Kami sampai di lantai di mana kamar sementara Connor berada. Saat aku tiba di kamar hotel yang kutuju, aku menyerahkan kartu aksesnya kepada lelaki itu dan agak terkejut saat ia tersenyum kepadaku, "Aku minta maaf atas sikapku yang kurang sopan kepada pegawaimu"

His Dirty Little Cherry (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang