19. Romansa Pengantin Baru

67.8K 4.9K 280
                                    

WARNING 18+

Kemarin pada bilang di-cut atau nggantung. Padahal gak ada yg di-cut atau gantung. Emangnya pingin diceritain sampai mana? Setelah kancing bajunya Irene dibuka, pembaca udah bisa berimajinasi apa yg terjadi setelah itu. Jadi gak perlu diceritain detail 😂. Ini genrenya romance, tapi ringan ya. Gak sama kayak pas nulis Dear Pak Dosen, Arranged Marriage, atau My Lesbian Wife yang memang ada warning konsep dewasa dan sasaran pembacanya juga yang udah dewasa. Kalau yg ini ringan dan gak berlebihan adegan romantisnya.

Dan please ini part 18+. Yang di bawah umur, nggak usah baca nggak apa-apa. Nggak ada yang berlebihan, cuma ini pembahasan untuk yg udah dewasa.

Happy reading..

"Aaaa....."

Satu teriakan melengking hingga membuat Arham kaget. Yang ia takutkan orang-orang di luar juga akan kaget, pasalnya mereka bermalam di rumah orang tua Arham sebelum menempati tempat tinggal yang baru. Ia tak menyangka, Irene yang sedari tadi pasrah bahkan juga menikmati saat "diuwel-uwel", "digrepe-grepe bolak-balik", bahkan juga "dikecup" sedikit "digigit", sekarang justru berteriak saat Arham melepas bajunya.

"Sayang, jangan kenceng-kenceng teriaknya. Malu didengerin orang lain." Arham mengusap rambut Irene yang tampak berantakan. Tatapannya menyasar pada jejak-jejak merah di sekujur tubuh Irene, bukti gairah dirinya yang tak terbendung.

Irene menetap Arham dengan lembut. Sekarang ia mengerti saat salah seorang temannya mengatakan bahwa jangan tertipu muka polos lelaki. Di balik mukanya yang kayak bayi sekalipun, bisa saja di kepalanya sudah bertumpuk teori dan fantasi liar akan hubungan seks meski belum pernah berpengalaman sebelumnya. Dan kamu akan mengetahuinya saat di ranjang. Dan memang benar, laki-laki yang tampak kalem dan polos itu ternyata begitu luar biasa di ranjang, GANAS..!!!

Irene menikmati setiap sentuhan dan keganasan Arham. Ia merasa begitu diinginkan dan digilai oleh suami sendiri. Namun yang membuatnya berteriak adalah, ia kaget setengah mati melihat "bentuk asli nan orisinil" yang terpampang di depan mata, setelah sebelumnya hanya tahu dari gambar di buku Biologi.

Irene memang sebelumnya kuliah di Amerika dan nggak bisa dibilang anak rumahan juga karena terkadang main ke night club bersama teman-temannya. Tapi sumpah, dia nggak pernah nonton film begituan meski terkadang temannya mengajak nonton, katanya buat inspirasi saat nanti sudah menikah atau siap melepas keperawanan. Ya pergaulan di luar negeri memang begitu, banyak yang merasa "teu naon naon" setelah kehilangan virginity meski belum menikah, malah dibilang satu tingkat lebih ke depan sebagai wanita utuh telah terlalui. Irene selalu diperingatkan oleh orang tuanya untuk menjaga mahkotanya yang paling berharga. Hanya suaminya yang berhak atasnya.

"Aku takut..." Irene merajuk dan membenamkan kepalanya di dada bidang Arham.

"Takut kenapa? Kita udah halal, udah seharusnya begini. Kita juga udah berdoa sebelumnya, agar nanti punya keturunan shalih-shalihah. Jadi dibikin enjoy aja, rileks, jangan terlalu tegang." Tentu maksud Arham "tegang" refers to perasaan emosional, bukan "tegang" yang lain. Karena kalau soal satu itu, sudah dari tadi ia merasakannya hingga letupan gairah itu seolah membumbung sampai ke ubun-ubun.

"Aku nggak pernah nyangka kalau bentuknya kayak gitu. Kok serem. Mas bayanginnya pasti sakit banget." Mata Irene tampak berkilau, mata-mata polos seperti bayi tak berdosa. Arham semakin gemas melihatnya.

"Yang penting kan enak nanti. Kata orang sih awalnya sakit buat perempuan. Tapi cuma awal aja, ke depannya nggak." Arham mengusap bibir Irene lembut.

"Mas gugup, deg-degan banget rasanya. Emang Us Us nggak takut?" Irene kembali menatap Arham dengan polosnya.

"Ya Us Us juga gugup. Tapi ya harus berani. Us Us juga penasaran dan pingin tahu gimana rasanya. Kan nanggung kalau nggak sampai ke situ." Arham mengusap pipi Irene dan tersenyum lembut padanya.

Nikah Yuk, Mas!Kde žijí příběhy. Začni objevovat