-03-

318 45 1
                                    

"Sejak kapan dia menjadi adikmu, Kim?"

Jongin bergidik ketika ayahnya mulai menatapnya marah dan segera mengalihkan pandangannya ke Kyungsoo yang terdiam dan membelalakkan matanya.

"Aku tidak akan menerima alasan apapun dari kalian tentang penolakan dan Kyungsoo-ya, ini terakhir kalinya ayah memohon padamu."

"Tapi, Ahjussi—"

"Anak ini, sudah kubilang jangan memanggilku Ahjussi, panggil aku dengan benar, Do Kyungsoo."

Jongin mengernyit heran kepada ayahnya, mengatakan, "Ayah tidak perlu membentaknya begitu astaga, dia hampir menangis ayah!"

"Jangan berteriak, anak bodoh! Kalian sudah mendengar keputusan ayah ini, jangan berani membantah atau kalian akan kunikahkan hari ini juga!"

Jongin dan Kyungsoo terdiam, melihat ibunya bertepuk tangan seperti orang yang baru saja menang lottrey.

"Antar Kyungsoo pulang dan kemasi barang-barangnya untuk pindah ke rumah ini. Kyungsoo-ya, ayah harap kau tidak menolak lagi untuk tinggal di sini."

Kyungsoo, diam-diam mengikuti Jongin, sama sekali tidak ada keingintahuan yang biasanya dia tunjukkan pada Jongin, namun keadaannya menjadi sulit ketika pria itu sama sekali tak bersuara sambil menatap serius keadaan jalanan Seoul pagi hari sambil menyetir. Dia menjadi tidak nyaman dengan keputusan Ayah Jongin, mungkin dia akan merasa bersalah seumur hidupnya jika Jongin harus menikahinya tanpa cinta. Tidakkah seharusnya Kyungsoo menjalani kehidupannya sendiri tanpa harus ada Keluarga Kim yang berada di belakangnya?

Kedua sahabat itu berjalan tanpa menengok ke belakang. Lengan Kyungsoo diayunkan ke depan dan belakang untuk mengusir kebosanannya, berharap sekali Jongin mau membuka percakapan meskipun singkat. Mereka berjalan cukup lama dan tiba di depan pintu apartemen Kyungsoo yang biasa saja, yang ketika Jongin menatapnya, Kyungsoo menghela napas berat.

"Aku tidak akan pindah, Jongin—ah, dan masalah pernikahan, kau tenang saja, itu tidak akan terjadi."

Akhirnya, Jongin menekan tombol kunci apartemen Kyungsoo dan melewatinya begitu saja. Kyungsoo hanya melihat sekilas bagaimana tubuh Jongin tengkurap di sofa lusuhnya. Dia merapikan penampilannya sebentar untuk membunuh rasa canggungnya sedari tadi karena Jongin mendiamkannya.

Jam sepuluh berdentang. Hampir bersamaan, Jongin membuka suaranya berdeham ketika melihat Kyungsoo duduk di depan kepalanya yang tengkurap, melihat wanita itu sedang menyalakan telivisi dengan cangkir coklat panas yang dia minum.

"Appa benar-benar membuatku sakit kepala, kau tahu kan Kyungsoo-ya, aku tidak mungkin menikah denganmu, kau sudah kuanggap sebagai Adikku."

Kyungsoo menyesap coklatnya santai, menjawab, "Ya, aku tahu itu, aku yakin Ayahmu pasti mengerti situasi ini, dan hei, bukankah kau harus ke kantor?"

"Ayah bilang aku baru bisa bekerja jika kau sudah pindah ke rumah."

"Aku tidak akan pindah, Jongin. Kau tahu kan? Akan sangat menyulitkan kalau kita tinggal satu rumah, sulit ya sulit."

"Lalu, kau akan membuatku jadi pengangguran?"

Kyungsoo menganga, merespon, "Kau bisa mencari pekerjaan lain, guru menari mungkin?"

"Aish, aku sudah sangat menderita melewati tiga setengah tahun sekolah bisnis dan sekarang kau bilang apa? Guru menari?"

"Kau belum melupakannya?"

Jongin mengalihkan tatapannya ke arah telivisi saat mendengar pertanyaan itu, memutuskan untuk menjawab, "Dia sudah kembali, mana bisa aku melupakannya, Kyungsoo-ya."

That Bloody Night - COMPLETEDWhere stories live. Discover now