32 - Clubbing lagi

Start from the beginning
                                    

"Lo ga boleh begitu lagi. Lo itu berharga, kalau dia ga bisa ngehargain lo dan perasaan lo, mending lo tinggalin dia. Cowok kayak lo, siapa yang gamau sama lo?"

Arsen menggelengkan kepalanya. Gadis itu mengangkat wajah Arsen dan menangkup wajah laki-laki itu. "Lo pikirin deh. Ngeblank itu bukan suatu alasan yang masuk akal. Dia ngelakuin hal yang nyakitin lo dan cuma ngasih lo sebuah alasan yaitu 'Ngeblank'? Gue rasa, dia masih ada alasan lain tapi gamau lo tau."

Arsen hanya diam sepanjang Visya mengoceh.

"Nama lo, siapa?" Visya menatap wajah Arsen.

"Arsen.."

"Namanya keren, sama kayak orangnya." Visya mengusap kepala laki-laki itu dan sedikit mengacak-acak rambut Arsen, "Lupain aja. Tempat ini tempat buat seneng-seneng, bukan buat galau ga jelas. Be happy, okay?"

Arsen mengangguk kemudian tersenyum tipis.

Gadis itu melamun sambil menatap wajah Arsen. Arsen diam saja, pikirannya sedang tidak disana.

"Hey."

Suara Visya membuyarkan lamunan Arsen. Laki-laki itu mengerutkan dahinya sambil menatap gadis itu.

"Can i kiss you? Itu mungkin bisa bikin lo merasa lebih baik..." ucap gadis itu, ragu. Ia tak menatap Arsen sama sekali.

"Cium? Dimana?"

Visya menoleh dan menatap mata Arsen, namun tatapannya menurun ke bibir Arsen. Gadis itu menggigiti bibirnya, kemudian ia menyentuh bibir Arsen dengan jari telunjuknya. "Here?"

Arsen menatap Visya dengan tatapan dingin. Tatapan dingin itu, kembali ia gunakan untuk menatap Visya. "No, you can't" Arsen tersenyum, senyumannya menyeramkan.

~~~

Arsen melepaskan sepatunya kemudian masuk kedalam rumahnya dengan langkah tergopoh-gopoh. Kepalanya masih terasa agak pusing karena terlalu banyak minum.

Tapi akhirnya dia merasa lebih baik dan besok, dia akan pergi sekolah.

"Rega, abis dari mana malem-malem gini?"

Arsen melirik kearah Carmilla tanpa minat, ia diam dan langsung masuk kedalam kamarnya. Laki-laki itu terdiam saat mendapati sosok Suhan yang sedang duduk diatas kasurnya.

"Lu ngapain disini?" tanya Arsen dengan nada dingin dan agak menusuk.

"Gatau tuh, nyokap lu nyuruh gua tidur bareng lu." sahut Suhan, cuek.

Arsen menghembuskan nafas lelah, ia menjatuhkan dirinya keatas ranjangnya. Ia tidak keberatan Suhan tidur bersamanya. Suhan tampaknya anak yang baik dan agak sedikit cuek. Walau hanya lebih tua beberapa bulan, Arsen tetap harus memanggilnya dengan sebutan 'Abang'.

"Bang?"

Suhan hanya berdehem, ia masih fokus pada game diponselnya.

"Kalau lu sayang banget sama satu orang tapi orang itu malah ngekhianatin lu, lu bakal ngapain?"

Suhan menoleh, menatap Arsen yang sedang berbaring dengan mata terpejam. "Gua bakal maafin."

Arsen membuka matanya perlahan, "Kenapa dimaafin?"

"Kalau lu bener-bener sayang sama dia, harusnya lu kasih kesempatan sekali lagi. Dan kalau dia juga sayang sama lu, dia pasti bakal manfaatin kesempatan itu dengan baik." sahut Suhan, cuek.

Arsen terdiam, ia menatap langit-langit kamarnya sambil mencerna ucapan Suhan barusan. Suhan tidak salah, mungkin itu yang harus ia lakukan.

Ia meraih ponselnya, kemudian menatap layar ponsel itu cukup lama.

Lova, gadis itu mengirim pesan sangat banyak. Sebagian besar hanyalah permintaan maaf dan memohon agar Arsen tidak pergi.

Arsen senang. Pertama kalinya ia merasa berharga karena gadis itu tidak ingin Arsen pergi. Semoga akan begini seterusnya.

Me
Gapapa sayang
Lupain aja
Hehe
Kamu lagi apa?

Lova
Beneran?
Maafin aku
Jangan pergi:(

Me
Iya, nggak bakal kemana-mana
Udah malem kok belom tidur?

Lova
Kangen

Me
Ayo besok ketemu disekolah
Jangan nangis

Lova
Kok tau?:(

Me
Kamu kan cengeng
Jadinya ketauan banget pasti kamu nangis

Lova
Huh
Iya deh:(
Ayo tidur
Mau barenggg:(

Me
Iya ayo
Dadahhh..💙

Lova
Bobo nyenyak🥺💙
Dadahhh🥺💙

Laki-laki itu tersenyum, setidaknya ia melakukan hal yang ia rasa benar.

"Bang, gua tidur duluan ya. Nanti jangan lupa matiin lampunya."

Dan lagi-lagi Suhan hanya berdehem pelan.

ARSEN (END)Where stories live. Discover now