27. Pemberi lamaran palsu

En başından başla
                                    

Dave mengusap wajah frustasi, pria itu terpaksa mengambil mantel pilihan Vana lalu memakainya saat itu juga "Iya aku mau, jangan marah."

Dave yakin jika kedua temannya, Raka ataupun Rangga menyaksikan kelakuannya. Mungkin mereka akan berteriak "BUCIN" Tepat didepan wajahnya.

Mengenaskan!

**

Dave melirik menatap Vana, gadis itu sedang menggosokan kedua tangannya yang dibalut sapu tangan tebal. Hawa dingin dari salju berhasil menembus mobil milik Dave. Tepat setelah 6 jam lebih perjalanan akhirnya Mereka sampai di Mount Buller, destinasi wisata bersalju yang cukup terkenal di Australia. Salah satu resort yang menyediakan banyak fasilitas. Seperti ski, snowboard, snow shoe, ataupun kereta luncur yang ditarik oleh anjing siberian husky.

Tepat setelah Dave menghentikan laju mobilnya, pria itu menggandeng tangan Vana untuk turun sebelum tadinya sempat membenarkan letak topi mantel Vana terlebih dahulu.

Senyuman bahagia tak pernah sirna dari bibir mungil milik Vana, gadis itu melepas salah satu satu tangannya, merasakan sensasi dinginnya kristal putih itu untuk pertama kalinya.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Dave terangkat keatas. Melihat bingkaian senyum dibibir Vana sukses membuat hatinya menghangat. Sesederhana itukah bahagianya kini?

"Don't let them in, don't let them see, be the good girl you always have to be,"

Dave mengerutkan dahinya, apa gadis ini sedang bernyanyi? Suaranya terdengar seperti orang sakit perut.

"conceal, don't feel don't let them know, well now they know,"

"Um Vana-" Dave mencoba mengingat kan Vana, pasalnya hampir seluruh pandangan pengunjung disana terarah ke arahnya.

"Let it go...let it goo." Senandung Vana dengan nada tinggi "Can't hold it back anymoreee."

Ya Tuhan! Jika bukan karena cinta, mungkin Dave sudah membekap mulut Vana saat ini juga. Bagaimana tidak? Suara melengking gadis itu sukses membuat mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung.

"Kau memiliki suara yang bagus tapi lebih baik kau simpan untuk nanti ya." Kata Dave dengan nada halus agar tak menyinggung perasaan Vana, dia tahu akhir-akhir ini Vana mudah sekali terbawa emosi.

Vana menghentikan nyanyiannya "Kenapa?" Tanyanya.

"Aku tidak ingin pita suaramu habis."

"Ouhh" Vana hanya mengangguk paham "Hey Dave lihat, aku berhasil membuat olaf, katakan halo padanya!"

Dave mengulum senyumnya melihat buntalan salju yang lebih mirip dengan pocong ketimbang olaf.

"Halo Olaf, ekhm-" Dave derbeham sesaat "Bagaimana jika kita bermain ski?" Lebih baik dia mengalihkan perhatian Vana ke hal lain.

"Apa itu?"

"Apapun itu, kau pasti suka."

**

"Aku yakin aku tidak bisa melakukannya" Kata Vana ragu.

"Aku akan mengajarimu." Balas Dave, pria itu sedang sibuk membuat tali simpul di sepatu milik Dave.

"Sudah." Kata Dave setelah selesai menalikan sepatu Vana, "Ayolah, berdiri pelan-pelan."

Vana memegang erat pundak Dave sembari mempertahankan keseimbangannya. Perlahan tapi pasti dia menggerakkan kakinya sesuai arahan Dave.

"Bagus begitu, ayolah, anak kecil saja bisa!" Kata Dave sembari menunjuk salah satu gadis kecil yang memang mahir bermain ice skiting.

Zrelost (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin