2. Lost Memories

2K 173 7
                                    

"REMIND ME"

Ada yang lebih menyakitkan ketimbang melihatmu melupakanku, yaitu melihatmu melupakan cinta kita.

Part 2 : Lost Memories

Author Pov

"Kaa-san."

Ahito menyentuh lembut tangan wanita yang dipanggilnya ibu itu. Hinata, sang empunya memasang wajah yang bocah kecil itu tak pernah lihat sebelumnya. Tatapan aneh, seakan ia adalah orang asing bagi ibunya sendiri.

"Siapa kau?"

"Hinata, apa maksudmu menanyakan itu pada putra kita?" Naruto mulai meradang, ia tidak terima dengan ucapan Hinata yang mulai melantur apalagi terhadap bocah yang ia sebut sebagai anak Hinata.

Naruto mengerutkan keningnya melihat gelengan kepala Hinata meskipun itu begitu pelan. Ia tak habis pikir pada wanita dihadapannya itu. Ia bisa terima jika Hinata menyebut nama pria lain, namun ia tidak akan terima jika seorang anak kecil tidak diakui oleh ibunya sendiri.

"Tidak mungkin. Aku belum menikah. Sekalipun aku menikah, seharusnya aku menikah dengan Sasuke."

Bagai disambar petir Naruto mematung dengan segala pertanyaan yang berputar di kepalanya.

Sungguh ia sedikit khawatir dengan apa yang terjadi pada wanita dihadapannya itu. Detik selanjutnya ia mengerjap pelan dan segera menggendong Ahito lalu menekan tombol dia samping ranjang Hinata untuk memanggil dokter sebelum akhirnya mendudukkan anak itu di sofa.

"Tenanglah sayang, kaa-chan mu hanya sedang kebingungan. Sebentar lagi jii-san mu akan tiba kau tidak boleh terlalu lama di rumah sakit. Okay?" Sebuah kecupan ia daratkan di kening Ahito. Bocah berumur empat tahun itu mengangguk menurut. Sementara Hinata hanya terdiam melihat gelagat dua orang yang menurutnya aneh itu.

Krek

Suara pintu kamar yang terbuka mencuri perhatian ketiganya. Naruto segera bangkit dan mendekati dokter dan perawat yang masuk ke dalam ruangan.

Mereka pun saling berbisik. "Entah kenapa dia tidak mengenaliku dan anak kami." ucap Naruto berbisik yang hanya bisa didengar oleh sang dokter dan perawat itu.

"Kami harus melakukan ronsen pada kepalanya untuk mengetahui apa yang salah pada otaknya. Bisa jadi benturan itu menyebabkan kerusakan saraf."

Hinata hanya diam sambil melihat gelagat mereka dari kejauhan dan Ahito yang masih menatapnya secara bergantian.

"Hinata-san." Suara dokter itu menginterupsi pikiran Hinata. Ia fokus menatap ketiga orang dihadapannya itu bergantian, terutama sang dokter yang mengajaknya bicara. "Apa kau ingat tanggal berapa sekarang?"

Hinata nampak berfikir. "Umm... Entahlah. Aku tidak ingat. Kurasa tanggal 20."

"Bulan dan tahun?" sang dokter bertanya lagi, yang membuat Hinata justru bingung. Bagaimana bisa seorang dokter tidak tahu bulan dan tahun berapa sekarang ini.

"Desember 2014 kan." Ucapan Hinata sukses membuat ketiga orang itu terutama Naruto terkejut. Sangat terkejut lebih tepatnya. Ia tidak mengira Hinata akan mengalami hal ini.

Beberapa saat Hinata terdiam tiba-tiba rasa nyeri itu kembali menyerang kepalanya. Ia pun meringis kesakitan dengan tangan yang menekan keningnya kuat-kuat. Ia berharap dengan begitu rasa sakitnya akan hilang. Hal ini sontak membuat Naruto dengan sigap menyentuh kepala Hinata yang terbalut perban.

REMIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang