BAB 32

3.8K 186 1
                                    

Hasan melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam menunjukkan pukul 11.21. Hasan menekan bell di dekan daun pintu. Seketika pintu itu terbuka, Hasan mencoba tenang. Ia menatap Nihan tepat di hadapannya. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan dress putih yang dikenakannya.

"Hasan" ucap Nihan.

"Hay, bolehkah saya masuk" ucap Hasan.

"Ya, tentu saja" ucap Nihan, ia memperlebar daun pintu.

Hasan melangkahkan kakinya masuk, ia melirik Nihan sedang menutup pintu. Hasan masih mengatur nafasnya. Entahlah ia harus berpihak kepada siapa. Sementara disisi lain ia juga kasihan terhadap Nihan. Nihan wanita cantik, mencintai orang yang salah sejak awal. Bodohnya kenapa semua para wanita mencintai Ali. Terlihat jelas bahwa Ali bukan jenis laki-laki baik.

Hasan juga kembali berpikir mungkin laki-laki seperti Ali, lebih agresif, di banding dengan dirinya yang selalu memaafkan. Ali lebih percaya diri, ia akan berusaha mendekati wanita yang ia sukai, dan tidak takut ditolak. Terbukti bahwa Ela jatuh hati kepada Ali, padahal mereka berkenalan juga cukup singkat. Ia mungkin bersikap dingin kepada semua wanita, tapi jika membuatnya resah, maka ia adalah orang pertama yang melindungi wanitanya, secara fisik dan emosional. Laki-laki seperti Ali, menandakan mereka adalah laki-laki tangguh. Mungkin suatu saat ia akan mencontoh sikap Ali.

Lihatlah sekarang dihadapannya adalah Nihan. Wanita cantik yang tidak di pedulikan oleh Ali. Wanita inilah yang di campakkan Ali. Ali mungkin laki-laki bodoh menolak pesona Nihan. Apakah semua seperti ini, tidak ada perjalanan cinta yang berjalan lancar. Bodohnya lagi Nihan mempunyai cara licik, untuk mendapatkan Ali. Ia pikir nyawa itu bisa ia beli begitu mudah dengan uangnya.

Nihan melangkah mendekati Hasan. Laki-laki itu berdiri didekat sofa, ia melipat tangannya di dada.

"Ada apa Hasan?".

Hasan menarik nafas, ia melangkah mendekati Nihan. "Saya sudah tahu semuanya" ucap Hasan.

"Apa maksud kamu?" Nihan tidak mengerti.

Bibir Hasan terangkat, ia mengeluarkan ponselnya. Ia membuka galeri miliknya, memperlihatkan video berdurasi 35 detik.

Nihan melihat video itu, ia kembali melirik Hasan. "Apa maksud kamu memperlihatkan video itu?" Tanya Nihan.

"Max bersama saya" ucap Hasan.

Nihan tidak percaya apa yang di ucapkan Hasan. Bagaimana Hasan tahu tentang Max. "Sial, begitu cepatkah semuanya terbongkar?" Umpat Nihan dalam hati.

Ia mengepal tangannya, ia sudah membayar Max, tidaklah murah.

"Kamu ingin membunuh Ela" ucap Hasan, menahan geram.

"Kamu, tega sekali ingin membunuh Ela. Saya sudah katakan kepada kamu, Ela tidak bersalah dengan tindakknya. Ela wanita baik-baik, bahkan dia sama sekali tidak mengenal diri kamu. Kamu menggunakan cara licik seperti ini, ingin membunuh Ela. Oh Tuhan, dimana otak pintar kamu. Jika kamu ingin membunuh, bunuhlah Ali, bukan wanita itu. Ali pantas kamu perlakukan seperti itu, bukan wanitanya".

"Bukankah sudah jelas, Ali lah yang menyakiti hati kamu, Ali yang memutuskan hubungan kamu, Ali pantas kamu bunuh bukan wanitanya. Oh Tuhan, betapa liciknya otak kamu Nihan. Kamu terlalu bodoh bertindak seperti itu" suara Hasan mengeras.

"Pantas saja, Ali meninggalkan kamu, karena pikiran kamu begitu picik. Kamu melakukan segala cara agar mendapatkan apa yang kamu inginkan" Hasan menggeram, ia menyudutkan tubuh Ela, hingga ke dinding.

Nihan hanya diam, ia tidak menyangka Hasan begitu peduli terhadap wanita itu.

"Jika kamu ingin melihat betapa besarnya cinta Ali kepada Ela. Kamu bisa melihatnya di rumah sakit. Ia hampir gila, Ali menangis, ia bahkan tidak berhenti menangis, menyesali perbuatannya. Karena dirinya lah yang membuat wanita itu hampir terbunuh. Ali juga tahu bahwa Ela tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Pantas saja Ali mencintai wanita itu, karena wanita itu sederhana, tidak seperti kamu Nihan. Tidak semua orang mencintai wanita dengan segala pesona kamu, sadarlah jika saya lebih dulu mengenal Ela. Saya pasti akan mendapatkan wanita itu dan tidak akan membaginya dengan laki-laki manapun".

"Apakah sekarang kamu puas atas tindakan kamu itu? Kamu bertindak seperti itu, justru membuat Ali semakin mencintai wanitanya".

Hasan mengatur nafasnya, emosinya sedang naik. Ia ingin sekali meninju wajah cantik itu, tapi ia mencoba menahannya.

"Saya bisa memasukan kamu penjara, saya mempunyai bukti-bukti yang kuat".

Nihan tersentak atas ucapan Hasan, ia tidak ingin di balik jeruji besi itu. Oh Tidak, apa yang harus ia lakukan.

"Tolong jangan lakukan itu, saya mohon".

"Kamu tetap akan di penjara Nihan" timpal Hasan.

"Hasan saya mohon jangan lakukan itu. Apakah kamu tidak kasihan terhadap saya, saya adalah wanita yang tersakiti. Saya wanita yang memiliki mimpi menikahi Ali, saya mencintai Ali".

Tubuh Nihan luruh ke lantai, ia tidak kuasa menahan tangis. Tangisnya pecah, "saya mohon terhadap kamu Hasan, jangan lakukan itu terhadap saya. Saya melakukan itu, agar sakit hati saya terobati, Ali meninggalkan saya begitu saja. Dimana hati kamu, kamu sudah mengenal saya, betapa saya mencintai Ali. Hati saya sakit, tolong mengerti saya. Saya tidak bisa berpura-pura semuanya baik-baik saja. Nyatanya saya menangis setiap malam, memikirkan Ali".

"Tapi tindakkan kamu itu terlalu bodoh. Kamu hampir membunuhnya Nihan".

Nihan memegang tubuh Hasan, ia menangis lagi. Hasan lalu memeluk tubuh Nihan, ia sebenarnya juga kasihan terhadap Nihan. Dari awal memang Nihan lah yang tersakiti. Wanita mana yang tidak tersakiti, melihat calon suaminya akan menikahi wanita lain. Memutuskan pernikahannya begitu saja. Ali memang berengsek, atau mungkin ia terlalu baik.

"Sudahlah jangan menangis lagi" ucap Hasan, ia mengusap punggung Nihan, menengkan wanita itu.

"Pergilah jauh, hingga ke Qatar, Dubai, atau Paris. Jangan pulang ke Beirut, karena cepat atau lambat, Ali pasti akan mencari kamu. Ali pasti akan tahu semua kebenarannya. Saya tahu Ali, ia pasti akan mencari tahu siapa dalang penembakkan itu" ucap Hasan.

Hasan melepaskan pelukkanya, ia mengelus wajah cantik Nihan. Wanita itu begitu rapuh, tidak setegar Ela.

"Kamu mengerti maksud saya" ucap Hasan.

Nihan mengangguk, "iya, saya tahu".

"Carilah laki-laki yang membuat kamu bahagia. Lupakan Ali, lupa kan semuanya. Kamu cantik, kamu mempunyai segalanya, kejarlah cita-cita kamu, bukankah kamu ingin menjadi desainer terkenal".

Nihan tertegun atas ucapan Hasan, ia lalu memeluk tubuh Hasan, dipelukknya dengan segenap hati dan perasaanya. "Terima kasih Hasan".

*********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang