SHOULD I TRUST HIM?

18 2 1
                                    

Terdiam sekitaran lima menit dan aku tersadar tidak ada gunanya mematung seperti ini. Pikiranku kacau, memikirkan ini itu, segala alasan yang akan Ben buat, dan segala tindakanku menanggapi alasan Ben.

Aku memikirkan opsi pertama dimana aku berpura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku akan ikuti aturan main Ben. Sampai kemana semua ini berujung.

Atau opsi kedua, aku meminta kejelasan Ben, memintanya jujur, lalu dengan segala alasan yang Ben berikan, akhirnya aku berpura-pura mengalah dan percaya padanya.

Atau opsi yang ketiga dimana aku. . . Aku pergi dari rumah ini.

Tapi apakah itu tidak terlalu terburu-buru? Kalau aku pergi harus kemana aku?

Pikiranku benar-benar kacau. Benarkah aku telah menikahi seorang pria yang menyimpan rahasia terhadap istrinya sendiri.

Atau,

Benarkah dia suamiku?

Mungkin saja semua itu juga kebohongan.

Mungkin saja pernikahan ini hanya omong kosong belaka.

Kalau benar begitu adanya, untuk apa aku berlama-lama di sini?

Tapi untuk apa dia menyimpan semua rahasia ini?

Bukankah semua yang dilakukannya terhadapku selama satu minggu belakangan ini, tidak ada satupun yang membuatku terluka. Ben menjagaku dengan baik, memperlakukanku selayaknya aku benar istrinya.

Mungkin saja rahasia itu memang wajib iya simpan karena jika aku tahu itu akan membahayakan diriku sendiri.

Semua kekacauan ini membuat semakin penasaran dengan apa yang ada dibalik lemari baja atau pintu baja ini. Perlahan aku mendekat.

"Ehm, permisi!" Ya mungkin saja dengan bersuara akan ada sesuatu yang membantuku untuk masuk ke dalam pintu baja ini, tapi tidak terlalu sopan seperti itu juga, Eve!

" Halo?" Panggilku masih mencoba mendapatkan jawaban.

"Halo, Eve!"

Aku mundur beberapa langkah. Bukan. Suara halo balasan tadi bukan suara Ben, melainkan suara semacam robot atau apapun yang sudah Ben atur dengan sengaja untuk tahu siapa namaku atau mengenali suaraku?

Aku menarik nafas panjang, memberanikan diriku untuk mendekat kembali.

"Ya, aku Eve. Apa kau bisa beritahu aku bagaimana membuka pintu, eh.. pintu baja ini?" Suaraku tercekat karena gugup.

"Halo Eve! Kau bisa membukanya dengan memasukan kata sandinya" jawab robot tanpa wujud dari pintu baja ini.

"Kata sandi?"

"Ya, tinggal kau sebutkan saja."

Aku terdiam, lagi. Kata sandi? Tapi apa? Aku tidak ingat apapun? Ayolah Eve! Ingat sesuatu.

"One.. "entah bagaimana tetapi bibirku mengucapkan kata itu, seperti keluar begitu saja. Pikiranku tiba-tiba teringat akan mimpi saat di rumah sakit, semua nomor nomor di mimpi itu, mungkin saja... "Seven" lanjutku.

"Dua nomor lagi eve!" Sahut si robot.

Ya, aku tahu robot pintar! Tapi itu masalahnya, seingatku aku hanya ingat dua nomor itu di dalam mimpiku, bahkan mimpiku hanya memberiku dua nomor itu tanpa tahu apa maksudnya.

Aku kembali memutar otak, dua nomor lagi! Apa yang berhubungan dengan nomor yang kira-kira Ben pernah beritahu kepadaku.

Seingatku nomor.. nomor..

Tunggu!

Apa mungkin nomor rumah ini?

Nomor rumah ini terdiri dari dua dijit bukan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 12, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

beLIEveWhere stories live. Discover now