21 - Masalah dengan Arsen

Magsimula sa umpisa
                                    

Laki-laki itu memberanikan dirinya untuk melangkah masuk kerumahnya perlahan dan mengintip kedapur.

Ia melihat punggung seorang pria yang tampak sedang mengacak-acak dapurnya.

"Papa?"

Pria itu berbalik, menoleh dan menatap Arsen kemudian tersenyum hangat. "Hey, anak papa udah pulang?" ia tersenyum lebar kemudian menata beberapa piring makanan ke atas meja makan.

"Papa pulang?"

"Ga boleh ya?"

"Boleh kok.."

"Maaf ya, waktu itu papa emosi. Makanya papa pergi dan pindah rumah, ninggalin kamu sendirian." pria itu mendongak, menatap Arsen yang sedang menatapnya juga. "Ayo duduk, makan." ucapnya kemudian tersenyum ramah.

Arsen duduk disana, menatap Razel yang juga duduk dihadapannya. "Kemaren kata tante Karin, kamu nolak makan telur?"

Arsen tersenyum tipis, "Papa tau kan, aku ga suka."

"Mama kamu, kesini ga?"

Arsen mengangguk-angguk, "Dia ngenalin aku ke Kanaya dan Suhan. Anak tirinya itu.."

Razel mendongak lagi, menatap Arsen. "Kalau kamu ga suka sama mereka, jangan kembali kerumah itu."

"Kenapa papa ngebiarin dia pergi dan menikah lagi?"

Razel terdiam, ia tersenyum tipis. "Karena kalau seseorang udah selingkuh satu kali, dia pasti bakal selingkuh lagi."

Arsen mengambil sesendok nasi goreng buatan Razel kemudian menyuapi makanan itu ke mulutnya. "Papa bakal pergi lagi?"

"Nggak, papa bakal sering-sering mampir bawain kamu makanan. Dan kalau ada waktu, papa bakal nginep disini, nemenin kamu."

Arsen tersenyum tipis kemudian menatap ponselnya yang menyala diatas meja makan.

Ganang
Reg
Balik ke kelas
Gc
Ada yang nyariin lo
Cepetan
Reg
Regaaa!
ARSEN WOY AJG!

Arsen meraih ponselnya, menatapnya kemudian mengerang kesal dan bangkit. "Maaf, Pah. Aku harus balik ke sekolah, ada urusan sendiri. Papa makan duluan sendiri, oke? Aku ga bakal lama, i'm promise!" ucapnya tanpa menunggu jawaban Razel sama sekali ia melesat keluar rumah, menaiki motornya dan melajukannya menuju ke sekolah dengan kecepatan diatas rata-rata.

Saat tiba disekolahan, ia segera melompat turun dari motornya setelah melepas helm kemudian segera berlari ke kelas. Langkahnya memelan saat ia melihat 7 teman-temannya sedang berdiri di kelas bersama 1 orang yang tak ia kenal, dan entah itu siapa.

Arsen mengetuk pintu dengan pelan kemudian melangkah masuk kedalam kelas itu. Ia berdiri di sisi kanan Gazza. Semua teman-temannya sedang menatap laki-laki asing itu.

"Lo temennya Rega juga?" tanya laki-laki itu sambil menatap Arsen dengan tatapan mengejek.

Arsen mengernyit, Ganang baru saja mau bicara namun Arsen menghentikannya.

"Iya, kenapa?" sahut Arsen.

Laki-laki itu tak henti-hentinya mengoceh. Gazza mendekati Arsen, menyodorkan minuman soda kaleng, "Ini titipan adek kelas tadi buat lu."

Arsen meraih kaleng soda itu, ia tersenyum tipis. "Itu siapa?"

"Gue kurang tau, tadi dia nyariin lu lalu ngomong-ngomong ga jelas gitu. Kita sampe pusing banget. Tapi kayaknya, dia dari jurusan OTKP, namanya Yudi."

"Gua ga kenal yang namanya Yudi."

Gazza mengangkat bahunya, tanda ia tak tau.

Mereka kembali menatap kearah Yudi yang sejak tadi tak berhenti berbicara.

"Lo semua nih ya, pengecut-pengecut sok famous. Mau aja diperbudak sama Arsen? Heh, lu kira Arsen itu siapa sih? Ganteng? Kagak. Pinter? Kagak. Terus ngapain lo semua temenan sama dia? Dia tuh make pelet, caper banget kan dia? Telat setiap hari, deket-deket murid cewek, biar apa coba?"

Arsen diam, menatap Yudi yang sedang menjelek-jelekkan dirinya.

Ke 7 temannya juga diam, mereka menatap Arsen sesekali. Arsen tampak kesal, ia mengepal tangannya.

"Arsen Raditya Arkharega ya namanya?" Yudi menyunggingkan senyuman miringnya. "Gue jadi pengen ketemu dia, pengen liat dia orangnya kayak gimana. Palingan cuma tipe cowok sok kegantengan yang caper sana sini. Mendingan lu pada bubar, pikiran ucapan gue baik-baik. Gue muak sama semua orang disekolahan ini yang selalu aja ngobrolin Arsen, Arsen dan Arsen. Sampah banget, tau ga?" Yudi menekankan kata 'sampah'.

Arsen menggenggam kaleng sodanya dengan erat. Terlalu erat hingga kaleng minuman itu hancur dan air sodanya menyembur keluar dengan deras. Teman-temannya langsung menatap kearahnya, kaget. Kecuali Yudi yang masih terus saja menjelek-jelekkannya.

Arsen melempar kaleng yang sudah hancur itu ke tong sampah diluar kelas. Siapa sangka, lemparannya sempurna hingga kaleng itu masuk kedalam tong sampah tanpa meleset sedikitpun.

Ia menghampiri Yudi dan menepuk pundak laki-laki yang sedang membelakanginya itu. Yudi hendak menoleh namun sebelum ia benar-benar menoleh dan menatap Arsen, Arsen sudah lebih dulu melayangkan tinjunya pada wajah Yudi dengan kencang.

Yudi terperenyak ditengah ruang kelas itu, dengan Arsen yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat-sangat tajam. "Jangan pernah sebut nama lengkap gua, pake mulut lu yang kotor itu!" nafas laki-laki itu memburu, kemudian ia pergi meninggalkan kelas itu.

"Dia Arsen?"

Tak ada yang menjawab pertanyaan Yudi. Gazza, Ganang, Verdo, Aldo, Bagas, Micho dan Adit hanya diam saja, menatap Yudi dengan tatapan kasihan dan sedikit takut karena ulah Arsen.

Ganang melangkah menghampiri Yudi yang masih terduduk dengan keadaan terluka disana, wajahnya membiru dan bibirnya sedikit berdarah. "Sorry bro, gue ga bisa bantu lo." Ganang mengangkat kedua bahunya, acuh. Kemudian meninggalkan kelas itu.

"Anggep aja gua gatau apa-apa." timpal Gazza, ia berlari menyusul Ganang.

"Gue ga liat apa-apa, sorry." timpal Micho, lagi. Kemudian ia melesat pergi menyusul Ganang dan Gazza.

Adit menggelengkan kepalanya sambil menatap keadaan Yudi yang mengenaskan kemudian ia menyusul teman-temannya.

Verdo menatap Yudi kemudian langsung menyusul teman-temannya. Tersisa Bagas, dan Aldo, bersama Yudi yang masih disana.

"Makanya jangan cari urusan sama Arsen. Lo ngejelek-jelekin dia, sama aja lo bunuh diri." ucap Aldo.

"Sorry ya, ga bisa bantu." lanjut Bagas. Ia menatap Yudi kemudian tersenyum mengejek dan pergi bersama Aldo, meninggalkan Yudi sendirian dikelas itu.


ARSEN (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon