enambelas.

4K 733 160
                                    

Dua hari kemarin merupakan hari yang berat bagi Jeara. Keputusannya untuk pergi dari hidup Angkasa memang berpengaruh karena kini dirinya tiba-tiba merasa menyesal entah karena apa. Ada sedikit perasaan berat dan tidak terima ketika otaknya terus menerus menyadarkan dia kalau Angkasa sudah bukan lagi miliknya.

Moodnya sedang tidak bagus saat ini, eksistensi Lukas bahkan dia abaikan karena pikirannya terus menerus memikirkan mantan pacarnya yang kini dirasa sudah berbahagia dengan pilihannya. Sesekali Jeara menghela napas lelah, menatap sekelilingnya tidak minat. Perpustakaan pusat terlihat sepi dan itu berpengaruh pada hatinya.

"Habis putus harusnya seneng, ini malah sedih. Kenapa lo?" Tanya Lukas.

"Kas, kangen Angkasa." Jawab Jeara.

"Baru sehari putus, Je." Sahut Lukas. Dia merapikan semua barangnya, termasuk barang milik Jeara dan mengambil tas gadis itu. Tersenyum pada Jeara dan tanpa banyak bicara langsung menarik tangan Jeara untuk pergi dari perpustakaan pusat.

Beruntung Jeara hanya diam saat Lukas menariknya pergi karena sebenarnya Lukas hanya tidak mau Jeara melihat Angkasa yang ternyata juga ada disana bersama Talitha. Dia sangat paham dengan keadaan Jeara kalau habis putus karena Lukas juga pernah melihat Jeara seperti ini dulu saat SMA. Terakhir kali Jeara putus sebelum ini, dia butuh waktu yang cukup lama untuk bisa sepenuhnya lupa dengan mantan kekasihnya. Lukas hanya berharap Jeara bisa cepat melupakan Angkasa kali ini sehingga nanti saat dia pergi ke Paris, Lukas bisa tenang.

"Kak Jea!"

Langkah Jeara dan Lukas terhenti ketika mereka hampir menuju parkiran di depan FEB, mereka menoleh dan menemukan Aham sedang menyusul bersama Jean di sampingnya.

"Aham, Jean? Ngapain?" tanya Jeara.

"Ini kak, si Aham habis denger kakak putus terus pengen ketemu katanya." Jelas Jean. Jeara terkekeh dan tersenyum pada Aham.

"Kenapa, Ham?" tanya Jeara.

Aham membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana, satu box macaron dan beberapa batang coklat dia serahkan pada Jeara. "Katanya kalau lagi sedih terus makan manis, nanti sedihnya hilang. Tadinya mau beliin Chez Moi, tapi nggak ada kak. The Harvest aja nggak apa-apa ya?"

"Ya ampun, repot banget sih, Ham. Sebenarnya nggak usah juga nggak apa-apa, tapi makasih ya?"

"Iya, Kak Jea. Kalau masih sedih, udah pacaran sama aku aja, nanti aku bikin kakak lupa sama Kak Asa."  Canda Aham.

"Lho? Mau? Ya udah, ayo jadian." Balas Jeara. Aham hanya tertawa karena dia mengerti kalau Jeara memang suka membalas candaannya. Tapi tidak dengan manusia yang tiba-tiba mengintrupsi dengan eksistensinya. Tak lupa suaranya yang berat nan jutek terdengar tidak suka.

"Et, apa pacaran pacaran. Nggak ada. Gue yang deketin lo duluan, masa jadian sama yang lain sih, Je?"

Arsenio Damatria. Siapa lagi kalau bukan dia.

Arsen tiba-tiba muncul begitu saja, mengagetkan semua orang disana terkecuali Jean dan Aham yang justru tertawa. Masih dengan muka juteknya, Arsen berdiri di tengah-tengah Jeara dan Aham, memandang kotak di tangan gadis itu dan kemudian menatap Jeara.

"Apaan sih, orang cuma bercanda." Kata Jeara.

"Bercanda sih bercanda, tapi jangan gitu dong. Gue duluan lah harusnya yang jadian sama lo." Sahut Arsen.

"Mau banget jadian sama aku?"

"Ya mau lah."

"Ya udah."

"Apa?"

"Kak Arsen sekarang pacar aku."

"Beneran?"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang