duapuluhsatu.

4K 714 159
                                    

Sudah lewat 45 menit dari jam yang Renan beritahukan pada Angkasa. Sepertinya dugaan Renan sebelumnya benar, Angkasa tidak datang. Tentu saja pria itu mana mau menemui Renan. Percaya saja mungkin tidak. Renan menyuruhnya membuka laptop miliknya karena disanalah dia menyimpan semua foto Talitha dengan pria lain dan disana juga dia menyimpan foto Talitha saat wanita itu sedang berbuat hal yang buruk pada orang lain dengan teman-temannya.

"Ren."

Oh ternyata dugaan Renan salah. Angkasa akhirnya datang. Lengkap dengan membawa laptop miliknya. Raut wajahnya sudah tidak enak dan Renan tau dia dalam masalah besar.

"Gue nggak ngerti kenapa lo nunjukin ini ke gue."

"Biar lo sadar."

"Sadar karena gue milih Talitha daripada Jea gitu?"

"Iya, gue bingung kenapa lo bisa-bisanya berubah gitu aja padahal dulu lo bucin banget sama Jeara?"

Angkasa menghela napasnya, meletakkan laptop milik Renan di atas meja dan menatap pria di hadapannya itu. "Lo pernah ngerasa bosen banget nggak, sampai titik dimana lo ngerasa kalau udah nggak ada cara lain buat ngilangin rasa bosen lo?"

"Itu yang gue rasain kemarin, Ren. Gue nggak tau lagi gimana caranya gue buat ngilangin rasa bosen gue ke Jeara. Gue lebih milih buat selesai sama Jeara dan pilih Talitha ya karena gue ngerasa Talitha itu asik dan gue nggak bosen juga di deket dia."

Renan mengangguk paham, menyesap kopi panasnya dan membuka laptopnya untuk kembali menunjukkan semua foto Talitha yang dia dapatkan secara tidak sengaja.

"Gue emang nggak expert masalah percintaan karena gue sendiri aja belum dapet pacar, tapi harusnya lo juga tau, Sa. Selingkuh bukan cara yang tepat untuk nyelesein masalah di hubungan lo. Lo cuma berakhir nyakitin diri lo sendiri dan nyakitin Jeara karena keputusan gegabah yang lo ambil."

"Jeara akhirnya mutusin lo karena dia mau lo sadar kalau apa yang lo lakuin itu salah. Lo perlu buat disadarin dan lewat kata-kata aja nggak bisa buat bikin lo tuh sadar sama kelakuan lo sendiri." Renan memutar laptopnya dan membiarkan Angkasa kembali melihat foto dimana Talitha tengah tersenyum senang di samping seorang pria, namun bukan Angkasa.

"Lo kalau lihat ini apa yang lo rasain?"

"Gue nggak ngerasain apa-apa, bisa jadi itu saudaranya atau si─"

"Ini yang awalnya Jeara rasain, sewaktu dia sering lihat lo sama Talitha jalan bareng. Dia nggak ngerasain apa-apa karena dia punya pikiran yang sama kayak yang lo pikirin sekarang. Tapi lo tau kan akhirnya gimana? Pikiran Jeara salah. Ternyata cowoknya brengsek dan cowoknya berpaling sama orang lain."

Angkasa hampir menjawab ucapan Renan karena tidak terima atas apa yang pria itu ucapkan padanya. Dia merasa dipojokkan dalam hal ini dan sudah seharusnya dia melempar pembelaan karena Angkasa pikir, Renan tidak mengerti tentangnya. Tapi belum kata-kata pembelaan itu keluar, Renan sudah lebih dulu berbicara.

"Adrian Nathanael, anak Fisipol, departemen Ilmu Komunikasi. Lo mungkin sekarang bisa kepikiran kayak gitu, tapi gue yakin nggak lama lo bakal berubah pikiran."

"Lo pikirin baik-baik, Sa. Gue balik. Semoga lo sadar."

───────────────────

Perkataan Renan malam itu benar-benar mengganggu pikirannya. Sekalipun keesokan harinya dia menanyakan soal Adrian ke Talitha dan jawaban yang dia dapat cukup bisa menjawab rasa penasarannya, entah kenapa masih ada rasa tidak percaya dalam hatinya.

Sudah satu minggu perasaan itu mengganggu dirinya. Membuat Angkasa mau tidak mau harus segera mengetahui kebenaran soal hubungan Talitha dan Adrian. Maka dari itu, hari ini dia memutuskan untuk bertemu dengan Adrian di selasar timur GSP. Tepat di seberang gedung FEB.

AngkasaWhere stories live. Discover now