limabelas.

4K 721 187
                                    

"Kak, please putus aja ya? He doesn't deserve you, really. Dia bela si bangsat lho daripada kakak."

"Jean omongannya."

"Kak???"

Jeara menghela napasnya, berbalik badan untuk menatap Jean yang terus-terusan menyuruhnya putus. "Jean, kakak sama Angkasa perlu waktu untuk mikirin hubungan kita ke depannya. Kakak nggak bisa ambil keputusan gegabah buat putus dari Angkasa kalau nyatanya dia masih belum mau berhenti."

"Tapi apa yang mau dipertahanin dari hubungan Kakak sama Kak Angkasa? Bukannya udah jelas kalau Kak Angkasa lebih memilih buat sama selingkuhannya?" Kata Jean.

"Jean, kamu perlu tau kalau semua sulit untuk kakak. Ngelepasin Angkasa pergi adalah hal paling sulit buat kakak karena Angkasa─"

"Jean benar, Jeara. Kamu harus pisah sama Angkasa karena dengan begitu kamu bisa bahagia."

Percakapan Jeara dan Jean terpotong ketika Juan masuk dan menyela tiba-tiba. Membuat keduanya bungkam dan tidak berani menyahut karena mereka yakin, ucapan Juan tidak berhenti sampai disini.

Karena jika Juan sudah ikut campur, maka semuanya menjadi hal yang serius.

"Jean sama aku cuma mau kamu bahagia. Ya emang kamu sama Angkasa pernah bahagia sebelumnya dan kakak belum pernah lihat kamu sebahagia itu selain sama Angkasa. Tapi sekarang keadaannya beda, Jeara. Angkasa bukan lagi sosok yang bisa bikin kamu bahagia. Angkasa melanggar janjinya sendiri dan kamu tau kan, kakak paling nggak suka sama orang yang tidak mau berpegang teguh sama janjinya." Jelas Juan.

Suasana di ruang makan kali itu sungguh tegang, Juan yang terus memberikan pendapatnya pada Jeara, Jean yang terus menyetujui ucapan Juan, dan Jeara yang merasa terintimidasi. Sekalipun sebagian diri Jeara menolak untuk menerima fakta bahwa sekarang semuanya sudah berbeda, sebagian lainnya justru menamparnya dan membuatnya sadar bahwa semuanya memang sudah berbeda.

Baik Angkasa dan dirinya sama-sama sudah berubah. Tidak ada lagi mereka yang sama dan tidak ada lagi hal yang patut diperjuangkan. Jika pada kenyataannya Angkasa berbahagia dengan pilihannya sekarang untuk bersama Talitha, maka bukankah Jeara juga berhak untuk mendapat kebahagiaan?

Angkasa memang membuatnya bahagia. Tapi sekarang, Angkasa tidak lagi memberikan hal itu padanya karena semua sudah berbeda.

'Kita' tidak lagi pantas diperjuangkan. 'Kita' lebih pantas untuk berhenti dan kembali menjadi aku dan kamu, bukan 'kita'.

Jeara memilih berhenti pada akhirnya, membiarkan dirinya untuk kembali menjadi Jeara yang hidup tanpa Angkasa di sisinya. Kembali menjadi Jeara yang berusaha mencari kebahagiaan sendiri, tanpa bergantung pada Angkasa.

Iya, sudah saatnya Jeara bahagia.

────────────────

Butuh waktu semalam penuh bagi Jeara mengumpulkan keberanian untuk mengajak Angkasa bertemu sore ini. Dia tidak tau pasti apakah Angkasa mengajak Talitha bersamanya atau tidak, mengingat kemarin Jeara melihat mereka berdua berjalan bersama di perpustakaan pusat dan berada di sana hingga sore hari. Tidak lupa pulang bersama juga.

Beruntung Arsen menghampirinya tiba-tiba, jadi setidaknya dia tidak merasa sakit sendirian.

Eksistensi seorang Arsenio Damatria memang sedikit memberinya kekuatan karena Arsen sendiri selalu berhasil mengisi kekosongan harinya walaupun hanya dengan obrolan tidak berguna seperti pertanyaan konyol tentang bagaimana cara gajah duduk.

Tentu saja, Jeara tidak mungkin berada di Seven Sky sendirian sekarang tanpa kehadiran Arsen yang menemaninya dan terus mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

AngkasaWhere stories live. Discover now