☆prolog☆

5.5K 137 4
                                    

Hello guys, assalamualaikum ^^

Ini adalah cerita pertama aku yang dipublish di wp, jadi harap maklum yak kalo nggak bagus :V

Happy reading ....

"Dunia ini gudangnya sandiwara,
Dimanapun kita berada,
Akan ada manusia yang sedang berpura-pura,
Hingga terjebak dalam duka lara."

🍁🍁

SHAKIRA AZNA MUTIARA, atau akrab disapa Azna ini baru tiba di sekolah sekitar lima menit yang lalu.

Setelah memarkirkan motor matic di parkiran Azna melenggang berjalan menuju gedung bertingkat itu. Tempat di mana nanti dia akan menuntut ilmu selama tiga tahun lamanya.

Gadis berjilbab yang memiliki stempel sekolah berjalan setengah berlari dari parkiran. Melintasi parkiran yang mulai padat menyusuri koridor untuk mencapai kelas.

Hari ini adalah hari senin, dan hari ini ia juga terlambat untuk pertama kalinya, meskipun terlambat bukan dalam artian pagar sudah ditutup, tapi terlambat mengingat bel masuk berbunyi saat ia sampai di parkiran.

'Bruukk'

Akibat ulahnya yang tergesa-gesa tidak sengaja Azna menabrak seseorang.

"Aduh!" Ringis Azna, sambil memegang jidat.

Entah siapa ia sendiri tidak tau, karena yang dia lakukan sedari tadi hanya menunduk ketakutan, ralat bukan ketakutan, hanya saja terlalu malu untuk menatap sang empu.

Tanpa menatap wajahnya Azna dapat menebak bahwa seseorang yang dia tabrak adalah cowok, mengapa? jangan heran, saat Azna yang menabrak cowok itu, justru dirinya yang terpental sehingga harus mundur beberapa langkah.

"Gimana sih! jalan tuh pake mata! jangan malah nunduk gitu! untung gue lagi buru-buru," cerocos cowok yang tak sengaja ditabrak Azna.

'Ni cowok blo'on kali ya, jalan dimana-mana pake kaki bukan mata,' ucap Azna dalam hati.

Tanpa niat memperpanjang perdebatan antara mereka, Azna lebih dulu berlari sebelum cowok tadi menyumpah serapahinya.

"Woy! Dasa-"

Ucapan cowok terpotong saat melihat Azna dari kejauhan mengantupkan kedua tangan yang dia layangkan ke udara, seolah memberi kata 'maaf'  lewat isyarat tangannya.

Azna meleparkan tas ke atas meja asal, lalu mendaratkan bokongnya pada kursi kayu.

"Tumben telat," seloroh teman sebangku Azna.

"Hmm."

Hanya gumaman yang menjadi jawaban bagi Azna. Saat ini dia hanya butuh oksigen, mendadak seperti orang yang memiliki penyakit asma. Faktor lari dari parkiran sampai kelas, nekad.

Menelusupkan kepala pada lipatan tangan di atas meja memberi sedikit ketenangan bagi Azna untuk mengatur nafas.

"Na, lo mau di sini terus? tuh ... udah pada baris di lapangan," tutur Syakila, teman sebangku Azna.

"Emang ngapain ke lapangan?" Bukannya menjawab ucapan Syakila, Azna malah balik bertanya.

Syakila mendengus kesal."U-pa-ca-ra!" jawabnya penuh penekanan.

I'm Fine (END)Where stories live. Discover now