15 - Club Malam

Mulai dari awal
                                    

"Ga ada yang bilang boleh. Pindah sana, numpang duduk ketempat lain aja. Disini penuh."

Gadis yang duduk disamping Arsen tampak memeluk lengan laki-laki itu dengan erat. Merekapun tak segan-segan menyentuh daerah sensitif laki-laki itu.

Arsen menepis tangan gadis itu dengan kasar, gadis itu hanya meringis kesal.

"Sok jual mahal banget sih? Masih mending cewek secantik gue bisa tertarik sama lo!" ucap -Visya-, gadis itu menyombongkan dirinya sendiri.

"Oh, haha. Terus, gua harus sujud syukur gitu?" Arsen tersenyum miring.

"Ofcourse lo harus! Ga usah munafik, gue tau lo nafsu. Cowok yang pergi ke club malam, udah pasti bukan cowok baik-baik. Jadi, ga usah sok suci." Visya tersenyum, ia membuka tutup botol bir kemudian menghabiskan setengah dari isi botol itu.

"Bukan cowok baik-baik itu, bukan berarti gua harus bersikap murahan kayak lu, kan?" ia mengangkat sebelah alisnya, sembari menatap gadis sombong itu.

Ke 3 perempuan lainnya hanya diam. Aldo, Adit dan Micho juga diam, menatap Arsen dan Visya yang tengah berdebat.

"Gua emang bukan cowok baik-baik kok. Tapi seenggaknya, gua ga pernah bersikap murahan kayak lu. Okay gua akuin, lu cantik, seksi juga. Terus kenapa? Kalau lu ga bisa ngejaga semua itu buat suami masa depan lu nanti, ya percuma."

Arsen merebut botol bir dari tangan Visya kemudian menuangkan sedikit bir itu kedalam gelas kecil yang kemudian ia minum hingga habis. "Banyak cewek-cewek diluar sana yang suka sama gua, bukan sombong sih. Atas dasar apa gua harus nerima lu yang cantik, seksi tapi murahan?"

Visya terdiam sebentar, "Gue juga muak sama cowok kayak lo." ia tersenyum kecut kemudian ia pergi begitu saja. Meninggalkan Arsen dan ke 3 teman-temannya itu.

"Yahh Visya pergi." bisik salah seorang gadis disebelah Arsen. Arsen menoleh, menatap 3 gadis itu dengan tajam, seolah menyuruh gadis-gadis itu untuk segera pergi.

"Sorry ya, kita ga niat kok. Kita kesini cuma nemenin Visya. Dan kayaknya, dia tertarik banget tuh sama lo." ujar salah seorang gadis itu. 2 gadis lainnya mengangguk, meng-iyakan.

"Dan yang nyentuh lo tadi, bukan kita. Tapi dia..." timpal gadis lainnya.

Arsen menunduk sedikit, menatap daerah yang sebenarnya tidak boleh disentuh, tapi gadis bernama Visya itu menyentuhnya.

"Lu.." Arsen menggantung ucapannya, ia tersenyum tipis. "Mau mati ya?"

Gadis itu langsung bangkit dan berlari pergi entah kemana. Arsen mendengus kesal, ia kembali menghabiskan beberapa gelas bir yang tergeletak diatas meja bundar dihadapannya itu.

"Lo gapapa, Reg?" tanya Aldo, ia menatap Arsen dengan tatapan ragu.

Arsen melirik sekilas kearah temannya itu, "Iya, gapapa kok." sahutnya, cuek.

DDRRRTTTT

Arsen merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya dari dalam sana.

Tante Karin
Rega, rumahmu masih disitu kan? Tante mau mampir

Laki-laki itu mengernyit, tumben sekali wanita beranak satu itu mampir kerumahnya?

Karin adalah tantenya Arsen, ia merupakan adik tiri dari Carmilla. Karin dan Arsen sebenarnya memang sudah dekat karena dulu, Karin sering main kerumah. Sebelum akhirnya, ia pindah ke Singkawang bersama anak dan suaminya.

Waktu itu sepertinya, anak Karin perempuan, dan hanya beda satu tahun dari Arsen. Tapi Arsen, belum pernah bertemu anak itu. Ia hanya tau dari cerita Razel.

Me
Tumben dateng. Rega lagi main dirumah temen, sebentar lagi Rega pulang. Tante sendiri?

Tante Karin
Sama Elsa sih..

"Oh, nama anaknya Elsa.." gumam laki-laki itu.

"Ada apaan? Tadi gua liat kayaknya disini rame, banyak cewek-cewek." ucap Ganang, ia baru saja kembali dari counter bar bersama Gazza dan Bagas.

"Biasa, pesona pangeran kita." sahut Aldo, ia menaik-turunkan kedua alisnya sembari sesekali melirik kearah Arsen yang masih fokus pada ponselnya.

Tiba-tiba, Arsen mengerang kesal. 6 teman-temannya yang terkejut itu sontak menoleh kearahnya.

"Tante gua baru dateng ke rumah. Gua harus balik nih, anjing lah!" kesalnya.

"Yahh, baru jam berapa nih." Adit mendesah kecewa.

"Sorry ya guys. Kalian tetep disini aja, gua balik sendirian."

"Ga bisa gitu dong! 1 balik, semua balik. Solid guys, solid." ucap Aldo, mengingatkan.

"Iya sih. Kalau lo ga ada, kita juga ga bisa tetep disini, Reg." timpal Micho, ia setuju.

Arsen mendesah lelah, "Kali ini aja, have fun sendiri tanpa gua. Ga usah mikirin solidaritas terus. Enjoy malem ini sepuas kalian. Jangan terpaksa pulang saat belom puas cuma demi gua ataupun demi solidaritas. Gua gamau egois."

"Kita udah puas kok." balas Gazza, kemudian ia menatap teman-temannya. "Iya kan, Rascal?"

Mereka mengangguk cepat, sembari menatap Arsen.

Arsen memasukkan tangannya kedalam saku celana, ia menatap ke 6 laki-laki itu dan mengangkat sebelah alisnya, "Yakin?"

Mereka mengangguk lagi. Akhirnya, Arsen menyetujuinya. Mereka pulang bersama-sama ke rumah masing-masing. Arsen penasaran, kenapa Karin ke rumah? Ditambah lagi, dia datang bersama anaknya yang bahkan tak pernah ia lihat.

ARSEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang