O8 - Suddenly

878 123 5
                                    

- Author Point of View -

Malam itu rintik hujan turun ke tanah, yang awalnya sedikit lama kelamaan manjadi deras. Namun, seorang pria masih duduk di bangku sebuah taman, menyesali semua perbuatannya. Mungkin sekarang ia sedang berpikir kalau memendam perasaan lebih baik.

"Jika saja aku tidak mengatakannya, jika saja aku memendam perasaanku lebih lama, jika saja aku.." kata-kata itu terus ia ulang dengan bibir manisnya. Kini air mata semakin membasahi pipinya. Tangisnya semakin menjadi.

Ditengah kepurukannya, seorang pria datang dan memayungi kepalanya yang sudah basah kuyub. Pria itu bukan yang diharapkannya, ia pikir laki-laki bermarga Kim itu datang menjemputnya. Ternyata tidak, hampir saja dia keceplosan menyebut namanya.

"L-lee Juyeon?" Dia membalikkan tubuhnya, menatap pria berambut kecoklatan di belakangnya.

"Disini dingin, pakai saja payung ini atau setidaknya berteduhlah." Laki-laki itu memberikan payung yang ia bawa. Changmin menerima payung tersebut, tak lupa ia berterima kasih. Mereka berjalan dan memutuskan untuk berteduh sebentar di depan sebuah minimarket.

Juyeon membelikan dua buah kopi panas untuk mereka berdua. Lagi-lagi Changmin membungkam, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Suasana sepi yang hanya diisi suara rintik hujan menyelimuti keduanya.

"Ah, sepertinya sudah larut. Aku harus pulang. Terima kasih Juyeon!." Changmin berdiri. Belum selangkah dia berjalan, pria yang masih terduduk di sampingnya menarik tangannya. Ia terdiam dan menghentikan langkahnya.

"Tunggu, duduklah dulu." Juyeon terus menggenggam tangan Changmin bahkan saat dia sudah duduk.

Changmin menurut dan duduk di kursi yang berseberangan dengannya. Namun sekali lagi, hanya suasana sepi yang menyelimuti keduanya.

Changmin tak berani membuka pembicaraan, bahkan menatap pria di seberangnya saja tidak. Juyeon terlihat menundukkan kepalanya. Dengan tatapannya yang terlihat sayu, dia perlahan menegakkan kepalanya dan menatap Changmin.

"Changmin-ah, aku menyukaimu."

Deg!

"E-eh?." Changmin menjauhkan sedotan yang dia gunakan untuk minum kopi dari mulutnya. Kalau saja dia sudah meminumnya, mungkin dia akan tersedak kopi itu.

Ia terkejut dengan pernyataan tiba-tiba oleh orang yang sudah dia anggap sebagai kakak sendiri selama ini. Mungkin Juyeon kurang beruntung, ia menyatakan perasaannya disaat orang di dihadapannya sudah menaruh perasaan kepada orang lain.

Changmin berdiri dan berjalan sedikit menjauh. "Mian hyung.." Gumamnya yang masih dapat di dengar oleh Juyeon.

Sebenarnya Juyeon sudah mengetahui kalau ini akan terjadi. Dia hanya tak ingin memendam perasaannya lebih lama. "Ah, pasti karena laki-laki bermarga Kim itu ya." Ucapnya. Changmin reflek menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap laki-laki di belakangnya.

"Aku sudah tau ini akan terjadi. Tapi aku lega telah mengatakan ini kepadamu." Juyeon berjalan dan berhenti tepat di samping Changmin. "Terima kasih Changmin-ah." Pria itu tersenyum setelah memberi Changmin sebuah payung transparan. Ia langsung pergi tanpa sepatah kata lagi.

Changmin menatap kepergian pria itu dari belakang. Rasanya juga tidak enak menolaknya. Tapi hatinya sudah tertuju pada orang lain.

Ia sekarang kembali menahan air mata, kembali mengingat apa yang ia katakan kepada orang yang dia sukai beberapa waktu lalu.

Dia memilih menahan air matanya daripada harus menangis di tengah hujan malam ini. Hatinya sungguh sangat rapuh.

Malam itu ia terdiam dibawah hujan. Ditemani sebuah payung dari seorang laki-laki yang dia pikir dia sudah menyakiti hatinya. Ia terus memikirkan semua masalah yang ia hadapi. 

Tanpa sadar air mata yang membasahi pipinya tertutup oleh derasnya hujan saat itu.

-----

(n.) From now this story is
change to author point of view
Thanks for read my story^^

36,5° | bbangkyu Where stories live. Discover now