O7 - My Heart

902 136 1
                                    

"Permisi!." Tiba-tiba seseorang berteriak dari luar. Sepertinya aku kenal suara itu. Chanhee.., gumamku.

Aku menghapus air mataku dan meletakkan cutter yang kupengang ke atas meja, kemudian mengambil plester untuk menutupi luka di lengan kiriku, dan memakai baju dengan lengan panjang. Aku segera pergi ke pintu dan membukakan pintu untuk Chanhee.

"Hai, Chanhee.. dan Younghoon. Ada apa?." Tanyaku kepada mereka. Sebenarnya yang aku pikirkan adalah bahaya jika ibu tau Younghoon ke sini, bisa-bisa dia marah besar dan malah mengusirnya.

"CHANGMIN! SIAPA ITU?!."

Tuhkan baru juga dipikirkan, batinku. Aku mengajak mereka berdua untuk tidak berbicara di depan rumah. Kami pergi ke pusat kota.

Mereka pergi dengan wajah bingung. Mungkin mereka penasaran siapa yang berteriak tadi. Kalo mereka bertanya apa yang harus kulakukan? Masa ku jawab ibuku?

Kami duduk di kursi depan sebuah toko es krim setelah memberi 3 buah es krim. Tidak seperti biasanya, kami bertiga tidak banyak bicara hari ini. Semua tampak menjadi pendiam.

Ingin aku membuka pembicaraan, tapi rasanya mulutku tak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Chanhee berdiri dan menggenggam tanganku dan Younghoon.

"Bukankah kita mau jalan-jalan tadi? Kenapa kita malah berdiam disini, ayo!." Serunya. Aku dan Younghoon saling bertatapan dan tersenyum.

Kami bangkit dan berkeliling di dekat sungai Han. Setidaknya aku bisa melepas stres jika bersama mereka. Aku bersyukur mempunyai teman.. Ah, bukan, sahabat yang selalu ada di sisiku.

-----

Matahari mulai tenggelam ke dalam perairan sungai Han, tapi kami masih duduk di rerumputan hijau. Aku ingin sedikit lebih lama disini. Bukan, lebih tepatnya aku tak ingin pulang.

Tiba-tiba handphone Chanhee berdering disakunya. Ah, rupanya itu Sangyeon. Ia menyuruh Chanhee agar segera pulang karena Sangyeon akan bekerja lembur hari ini.

"Mau ku temani di rumah?." Younghoon berdiri sesaat setelah Chanhee mematikan teleponnya. Chanhee menunduk mendengar perkataan Younghoon tadi.

"A-aku bisa pulang sendiri. Kalian berdua pulanglah bersama. Aku duluan ya!." Ia berlari meninggalkan kami berdua. Sebenarnya aku merasakan sesuatu yang janggal diantara mereka.

Bukankah sudah biasa kalau Younghoon mengantar pulang Chanhee? Tidak seperti biasa Chanhee menolak Younghoon untuk menginap di rumahnya.

Tidak terlalu ku pikirkan masalah itu, itu urusan mereka berdua. Aku mempunyai urusanku sendiri.

-----

Jam taman menunjukan pukul 8 malam, aku dan Younghoon duduk disalah satu bangku dengan sebuah lampu redup yang meneranginya.

Suasana canggung diantara kami seakan menambah keheningan pada malam itu. Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Aku tak berani mengungkapkan isi hatiku. Entah kenapa tekad yang tadi ada tiba-tiba lenyap begitu saja.

"Hoonie.. aku ingin jujur padamu. Tapi aku takut.." Kataku sambil agak berbisik. Ia mengangguk dan tersenyum.

Ia memegang tangan kananku. "Dingin.." ia bergumam namun aku masih dapat mendengarnya. Dia memakaikan jaket hitam yang sedang ia pakai di punggungku.

Bukankah dia pernah bilang padanya dia boleh bercerita apa saja kepadanya 'kan?. Aku masih mengingat kata-katanya waktu itu.

"Begini.. " Aku mulai berbicara. Ia mendekatkan tubuhku agar mendengar jelas apa yang dia katakan. Tapi terlalu jelas, aku mengatakan semua isi hatinya yang sudah lama dia pendam. Ia memasang ekspresi terkejutnya. Bukankah selama ini dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya? Kukira dia tidak memiliki perasaan apa pun kepadaku, mungkin dia berpikir seperti itu. Dia pikir di saat dia sudah menyerah padaku, aku justru mengungkapkan semuanya.

" Aku.. Sudah lama punya perasaan kepadamu. Ah, aku harusnya tak berbicara langsung begini. Maaf, tapi aku sudah tak sanggup memendam semuanya. Aku sudah tak sanggup menyimpan semua perasaan ini. Aku tahu kita hanya sebatas sahabat, tapi aku ingin menganggapmu lebih dari itu. Maaf jika cara bicaraku blak-blakan. Maaf jika ini tiba-tiba. Maaf.. " jelasku panjang lebar. Ia tertegun mendengar pernyataanku.

Awalnya ia pikir aku baru menyukaiku saat aku dan Chanhee putus, tapi tidak. Suasana canggung kembali menyelimuti sebuah bangku dengan sebuah lampu redup sebagai penerangannya.

Ia berdiri, wajahnya sangat suram. Kurasa aku terlalu jujur tadi. " Maaf, aku ada urusan." Dia langsung pergi tanpa pamit.

Bodoh, bodoh! Apa yang kau lakukan Ji Changmin? Kau mengeluarkan semua isi hatimu begitu saja. Ah, hancur sudah semuanya.

Aku mengeluarkan semua air mataku. Menangis di tengah kesunyian malam. Di tengah taman yang sepi hanya terdengar suara isak tangisku. Mau bagaimana lagi? Aku sudah tidak tahan memendam semuanya. Changmin, kau bodoh!

Malam itu, hanya terdengar suara isak tangis seseorang yang menyesali satu perbuatannya.

36,5° | bbangkyu Where stories live. Discover now