O4 - Just U

1K 144 4
                                    

Gelap dan sunyi, hanya ada lampu-lampu redup yang mengelilingi tempat ini. Tapi tak apa, aku suka suasana ini. Daripada harus kembali ke rumah. Aku duduk di salah satu ayunan di pinggir taman. Bersenandung kecil dan berayun pelan. Rasanya sangat damai. Andai dunia selalu seperti ini, gumamku.

"Minie!!" Suara itu mengagetkan aku sampai hampir jatuh dari ayunan. Aku sepertinya mengenal suara dan sebutan itu.

"Hoonie?! Kenapa kau bisa-" belum selesai bicara, Younghoon mendekatkan wajahnya. Sangat dekat, suasana macam apa ini. Jantungku berdetak tak beraturan. Rasanya panas sekali disini. "H-hey, a-a-apa yang-.." dia malah tersenyum lalu duduk di ayunan di sampingku. Aku berusaha mengatur nafasku, perasaan macam apa ini?

"Kau mengagetkanku. Kau tak pulang? Bukankah kau mengantar Chanhee tadi?" Tanyaku. Younghoon malah mengayunkan ayunannya dengan cepat. Dasar kekanakan.

"Hey! Jawab aku!" Teriakku. Dia sepertinya baru sadar bahwa dari tadi aku berbicara kepadanya.

"Ah, maaf. Aku tidak mendengarkan. Apa kau bilang tadi?" Ia justru balik bertanya. Aku agak kesal dengan sikapnya itu. "Sudahlah, lupakan." Aku menundukan kepala sambil  mengayunkan perlahan ayunan yang kunaiki.

"Kau tidak pulang ke rumah?" Tanyanya. Aku berhenti mengayunkan ayunan, berpikir sejenak aku harus pulang atau tidak. "Aku.. hanya ingin di luar sebentar," jawabku.

Sebenarnya aku tak ingin pulang sama sekali jika disana aku hanya akan mendengar suara benda berjatuhan dan benda-benda kaca yang pecah. Yah, keluargaku tak seindah yang lain kurasa. Ayahku pergi begitu saja, kakakku yang terus jadi pelampiasan ibuku yang stres karena ditinggal ayah, semuanya kacau. Bahkan rasanya aku ingin mati saja. Tanpa sadar air mataku tiba-tiba mengalir. Cih, kenapa harus sekarang. Aku mengusap air mataku.

Younghoon sepertinya menyadarinya dan menoleh kearahku. "Eh? Minie? Kenapa kau menangis?" Aku terkejut. "Ah, tidak. Mataku kemasukan debu" aku terus menggaruk mataku. Tiba-tiba Younghoon mengambil sapu tangan berwarna keabuan dari sakunya. "Pakai ini", katanya. Aku mengambil sapu tangan itu dan menggunakannya.

"Hei, kau tahu? Kau bisa bercerita jika punya masalah. Kalaupun kau tak mau cerita aku mau jadi sandaranmu saat kau menangis" ucapnya. Aku tidak terlalu mengerti, aku reflek menyandarkan kepalaku pada bahunya. Rasanya nyaman. Aku ingin begini lebih lama lagi. Younghoon sekali-kali mengusap rambutku. Sepertinya aku sudah jatuh hati padanya. Rasanya aku ingin mengungkapkan isi hatiku. Aku ingin bilang bahwa hanya ada dia di hatiku, tapi tak bisa, aku tak bisa. Dia sudah memiliki seseorang, bagaimana aku bisa menyukainya? Aku sudah gila.

-----

Aku menegakkan badanku. Mengusap mataku untuk menghilangkan bekas agar tak terlihat seperti habis menangis. "Aku akan pulang." Ucapku sambil berdiri dari ayunan. Younghoon menatapku sekilas dan ikut berdiri. "Akan ku antar"

Kami berjalan melewati lorong yang gelap dan sunyi. Sepertinya lampu disana mati. Younghoon menyalakan lampu handphone-nya.

"Aku takut.." gumamku, disini saat gelap. Younghoon mempererat pegangannya pada tanganku. Tangannya hangat.

Akhirnya kami sampai di depan rumahku. Sepertinya semua sudah tidur. Syukurlah, aku bisa masuk dengan tenang. Aku mengucapkan terima kasih pada Younghoon, dia hanya menjawab dengan senyumnya. Setelah dia pergi, aku juga masuk ke rumah.

"KYAAAAAA"

Deg!

Sudah kuduga, aku sudah tidak kuat mendengar suara teriakan itu. Aku duduk di depan pintu rumah, tak berani masuk. Air mataku sudah tak bisa ku bendung lagi. Ditambah hujan yang tiba-tiba turun, sungguh sial. Aku masih menangis diluar. Ku tutup kedua telingaku agar suara teriakan itu tak terdengar.

"Cukup, hiks.. sudah cukup.."

-----

- Choi Chanhee Point of View -

Udara malam ini sangat dingin, aku mengambil selimut untuk bersiap tidur. Sebenarnya aku pulang diantar Younghoon sehabis dari sungai Han tadi tadi. Tapi Changmin pulang sendiri, aku khawatir padanya. Sampai dirumah juga Sangyeon hyung tidak ada. Mungkin dia sedang lembur, pikirku.

Tok tok tok!

Saat akan ke tempat tidur, tiba-tiba aku mendengar suara pintu diketuk. Siapa yang datang malam-malam begini. Aku berjalan kearah pintu dan membuka pintu perlahan.

"Eh? Changmin-ah?!"

"Hiks.. Chanhee-ya.."

36,5° | bbangkyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang