Warning 17+
Dalam cerita ini banyak mengandung bahasa kasar dan memuat adegan pelecehan. Dimohon untuk bijak dalam membaca serta mengambil pesan dari cerita ini.
🌻🌻
"Elana sudah mati." Perempuan itu menatap ke arah Junna secara intens. "Gadis lema...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Neng, ai maneh kunaon deui atuh? Salingkuh deui? Jeung saha ayeuna? Jeung juragan embe atawa budakna pak lurah?" Semprotnya sangat marah pada lawan bicaranya.
"..."
"Geus ayeuna mah anggeuskeun weh, kurang naon sih aing teh, ha? Hayang skincar aing bere duitna ayeuna, hayang jajan seblak aing bere oge, maneh mah moal nyaho aing didieu dagang hayam bari kuliah ngarah bisa ngabere maneh duit jang kabutuhan maneh. Geus capek aing teh dibohongan wae. Sabodo teuing lah aing hayang putus jeung maneh ayeuna!"
"..."
"Naon deui? Can siap putus ayeuna? Sok buru siapkeun, aing dagoan!"
"..."
"Heh, Neng Euis dangukeun bener-bener pasang celi sing gede. Urang hayang putus, maneh di lembur ngeunah-ngeunah dhar seblak jeung lalaki lain, aing didieu jualan hayam jang ngahirupan maneh. Cihh teu sudi teuing aing mah. Geus weh ayeuna mah urang putus weh. Lo dan gue end. We're done!" Dadang mematikan ponselnya lalu netranya kembali fokus pada tujuh orang di sekelilingnya
Ah... dia lupa, mereka; Junna, Raka, Reno, Andin, Elana, Nisa, dan juga Fira sedang kerja kelompok menyusun perencanaan wawancara ke beberapa psikater untuk tugas mata kuliah Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental.
"Gue kira cowok doang yang bisa selingkuh dan nyakitin, hahaha," celetuk Nisa, sedangkan Raka hanya bisa mengusap bahu kiri Dadang.
"Sikat lah, Nis," timpal Fira asal.
"Lo kira muka gue kloset, main disikat," balas Dadang, mengundang tawa sebgaian dari ketujuh orang itu.
Selebihnya mereka tidak mengerti semua kalimat yang Dadang lontarkan melalui telpon alhasil hanya sibuk dengan urusan masing-masing.
"Pacar lo yang kembang desa itu, Dang?" Raka bertanya dan diangguki oleh Dadang. "Biasanya kalau kembang emang suka dikerumunin tawon, udahlah di sini juga banyak yang cantik, tinggal pilih aja salah satu diantara ciwi-ciwi ini, eh tapi kalo Elana jangan, saingan lo Junna, pasti kalah. Hahahaha," sambungnya lagi.
Lima dari kedelapan orang itu tertawa, namun ada pula yang hanya tersenyum dan satunya lagi—Elana, tidak memasang ekspresi apapun bahkan dia sibuk mengotak-atik Ipadnya.
"Udah-udah balik lagi, jadi rencananya mau gimana? Setuju nggak plan awal?" tanya Reno mengalihkan pembicaraan, lebih tepatnya menghimbau agar teman-temannya fokus terhadap tugas mereka yang akan dikumpulkan 4 hari dari sekarang.
Enam dari kedelapan orang itu setuju hanya sisa dua lagi; Andin dan Elana. Ketika ingin mengatakan yang sebaliknya pun percuma, mereka kalah suara. Alhasil semuanya menyetujui planning awal, yaitu :
