19. 39,9 Celcius

274 41 15
                                    

"Lebih mudah mengubah persahabatan menjadi cinta, daripada mengubah cinta menjadi persahabatan." -Unknown

🌻🌻

"Kamu deket banget sama Luke, sejak kapan?" Pertanyaan itu terlontar setelah Junna dan Elana masuk ke dalam mobil.

Usai menyelesaikan tugas wawancaranya bersama Inna kemudian bernostalgia antara Luke dan juga Junna saat mereka masih berusia 10 tahun. Sekilas mengenai Junna dan Luke, keduanya memiliki hubungan saudara; Ayah dari Luke merupakan Kakak tertua dalam keluarga Ibunya Junna, sedangkan Inna merupakan anak bungsu dari keluarga itu.

Memang kala itu ada konflik mengenai harta warisan yang mengakibatkan Ayahnya Luke pergi membawa keluarganya pergi dari Indonesia lalu pindah ke Hongkong, alhasil Junna terakhir bertemu dengan Luke pada usia 11 tahun.

Anehnya di sini bukan terletak pada hubungan Luke dan Junna, melainkan antara Luke dan Elana. Interaksi keduanya terkesan sangat dekat di mata Junna. Tidak ada benteng yang sengaja Elana buat ketika bersama Luke, beda sekali jika kepada Junna.

Bersama Luke, Elana tersenyum walau hanya sesekali pada saat lelaki itu mencetuskan candaan. Dalam pandangan Junna, Luke tidak perlu repot jungkir balik seperti dirinya hanya untuk membuat Elana tersenyum.

"Kita teman," jawab Elana sekenanya.

"I know... but your interaction with him, is different. Sedeket apa kalian? Bahkan aku tadi lihat kamu senyum ke dia. Giliran aku, kamu nggak ada bosen-bosennya sinis." Junna seolah mengintrogasi.

Elana melemparkan tatapan datar. "Sedeket apa kita sampe lo harus ngurusin hidup gue?"

"El, kita bahkan udah tidur bareng," kata Junna frontal. "Walau dalam mimpi. But... we've kissed at night, you forget it?"

Rasa ingin menembak isi kepala lelaki itu begitu besar dalam benak Elana. Bisa-bisanya dia mengungkit 'mimpi' sialan itu. Haruskah Elana membedah isi kepala Junna lalu mengambil dan membakar semua ingatan lelaki itu tentangnya?

"Gue pulang sendiri!" Elana berancang-ancang keluar dari pintu mobil, namun tangannya ditahan oleh Junna.

"Nggak bisa dong, laporannya kan belum selesai."

"Lo kerjain sendiri."

"Jangan dong, hehe. Oke-oke..." Junna mencondongkan tubuhnya ke arah Elana, lalu memakaikan perempuan itu sabuk pengaman. "Lupain pembahasan kita tadi, nggak peduli kamu sedeket apa sama Luke, tapi yang pasti aku sayang banget sama kamu, aku nggak akan ninggalin kamu seperti waktu itu, El. Beneran. I want to be with you all the time, whether you like or dislike my presence, I will stay. In here. With you... all the time." Junna mengakhiri katanya dengan menatap mata Elana dalam-dalam, seolah melalui tatapannya perempuan itu dapat melihat ketulusan dan kesungguhan dalam diri Junna.

Dilihat tidak ada respons dari Elana membuat Junna menginginkan lebih. Ibu jarinya mengusap lembut pipi Elana, dan lagi-lagi tidak mendapat respons apapun. Jarak mereka menipis, Junna memusatkan tumpuannya pada tangan kiri yang sedang menahan sandaran kursi penumpang sedangkan tangan kanannya menangkup sisi kiri wajah Elana.

"El, may I kiss your lips?" Pandangan Junna jatuh kepada bibir Elana.

Tidak ada jawaban. Katanya, jika diam mengisyaratkan persetujuan. Oleh karena itu, Junna semakin mendekatkan wajahnya, hidung mereka mulai bersentuhan, namun pada saat itu pula Elana menahan bahu Junna.

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang