29. Andai

202 30 4
                                    

"Hadirnya sebuah senyuman baru, berharap mengikis kenangan lalu." -Unknown

🌻🌻

Setelah sepuluh hari Elana habiskan di rumah sakit, akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan beberapa wejangan yang disampaikan membuat Elana ingin segera sampai apartementnya untuk menamatkan serial Netflix kesukaannya, lantaran ketika berada di rumah sakit selalu ada Junna yang selalu mengganggunya, ditambah orang-orang yang menjenguknya sangatlah berisik dan mengganggu. Elana tidak terbiasa dengan itu.

Namun sialnya, setelah sampai apartement ekspetasi Elana hancur begitu saja ketika pintu apartementnya terbuka, atensinya menangkap dekorasi norak—banyak balon tertempel di dinding, hiasan rumbe beraneka warna, dan orang-orang yang sedang berdiri sembari meniupkan terompet.

"What the hell," lirih Elana yang sudah pasrah dengan keadaannya.

"Surprise! Selamat kembali beraktifitas, Elana!" seru mereka yang tak lain adalah Inna, Lee, Meira, Nisa, Andin, Fira, dan Luke.

Elana melirik ke arah Junna seolah meminta penjelasan maksud dari semua ini, namun lelaki itu hanya tersenyum sumringah.

"Tiup lilin!" seru Meira yang membawa kue ke hadapan Elana.

Bukan melakukan apa yang diperintahkan, justru Elana beralih menatap Luke meminta penjelasan. Bayangkan, ketua mafia terbesar se-Asia menggunakan topi berbentuk kerucut di kepalanya dan mulutnya meniup terompet aneh.

"Gue nggak ulang tahun," elak Elana.

"Karena kamu baru mengalami sesuatu yang buruk, kami berusaha menghilangkan aura negatif di apartement kamu. Sengaja kami melakukan ini agar kamu merasa lebih baik dan terlahir kembali," jelas Inna. "Sekarang kamu nggak perlu merasa kesepian, ada teman-teman kamu, ada saya, Luke, Om kamu dan Junna. Kita selalu ada di sisi kamu mulai saat ini. Oke?" sambungnya.

Elana tidak tahu reaksi apa yang harus dia keluarkan, apakah terkejut? Senang? Ataukah sedih? Alhasil dia hanya menatap datar orang-orang di sekitarnya. Rasanya ini tidak adil, mereka tersenyum lebar sembari memusatkan atensinya pada Elana, sedangkan Elana tidak tahu ingin berekspresi seperti apa.

Luke mengambil alih situasinya, karena saat itu hampir tidak ada yang bereaksi, baik Elana maupun semua orang di sana mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Luke meniup lilin di atas kue sembari tersenyum lebar.

"Wellcome, Miss Elana, dari pada bengong di depan pintu lebih baik masuk dan menyusun rencana untuk menghabisi Mark?"

"Luke!" tegur Lee lalu dihadiahi jitakan oleh Inna.

Luke meringis, "Apa? Benar kan, El? Lo juga pasti nggak sabar?"

Junna mendorong perlahan Luke agar menjauh dari wanitanya, lalu membawa Elana duduk di sofa agar lebih rileks. "Kamu duduk dulu di sini, aku mau bantu Tante Inna siapin makan malam," ujar Junna dibalas anggukan dari Elana.

Elana melihat orang-orang di sekelilingnya, sangat banyak. Apartement yang biasanya sunyi di malam hari kini dipenuhi berbagai celotehan dari orang-orang yang berbeda. Canda tawa saling dilemparkan oleh teman-temannya, dan tunggu... sejak kapan Meira sudah mulai akrab dengan ketiga teman kuliahnya?

Elana juga melihat Lee tengah duduk di hadapannya dengan gadget yang tak lepas dari tangannya. Pria itu sudah memiliki kerutan halus di wajahnya, seperti Papanya dahulu. Dan Inna sedang memasak dibantu oleh Junna. Dalam situasi ini memori Elana kembali terpanggil, serangkaian kenangan-kenangan indah memutar di kepalanya.

Jika boleh berandai-andai, Elana ingin kembali ke masa lalu sekedar mengingatkan Papanya agar tidak terlalu khawatir mengenai kerutan-kerutan yang bermunculan di wajahnya karena meski begitu masih tetap tampan. Dia pun ingin mengatakan kepada Mamanya untuk tidak khawatir mengenai tanaman hiasnya, karena sampai sekarang Elana selalu merawat para tumbuhan itu dengan sangat baik. Sebuah angan itu secara acak timbul dalam benaknya, apakah hal ini sebagai tanda bahwa Elana merindukan keluarganya?

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang