'Apa rumahnya memang selalu tak di kunci?' batin gadis itu. Mengapa Yeji bisa menyelinap masuk? Karena hanya semak lah yang menjadi pagarnya.
Setelahnya Yeji mata Yeji bergerak mencari sela, seperti jendela untuk melihat Soobin atau mendengar sesuatu di sana. Sampai pandangannya berhenti di jendela kiri bagian samping rumah itu. Ya, selanjutnya ia melangkah ke situ dan mendengar diam-diam dari sana.
--//--//--
"Kau sudah pulang Choi?" Ucap seorang pria paruh baya disertai dentingan sendok dan garpu, yang samar-samar bisa di dengar oleh Yeji.
"Apa kau peduli?" Sahut si dengan nada anak datar.
"Teruslah bersikap seperti itu dan tunjukkan pada orang-orang bahwa kau memang seorang monster." Ucap pria paruh baya itu datar namun terselip rasa bangga di dalamnya.
Dan tak di sangka jawaban si anak adalah "Aku manusia, kau juga. Mengapa, orang-orang seperti kita harus bersikap layaknya monster?" Tanya pria itu--- Soobin.
Aku harap kalian tidak lupa, seorang gadis yang sedang menguping di balik jendela. Tentu gadis itu membelalakkan matanya.
'Apa Soobin benar-benar bertanya seperti itu?' batin Yeji terkejut, Lantas ia semakin mendengarkan dengan cermat.
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu Choi? Apa kau ingin merasakan sakit seperti mereka di luar sana?" Tanya sang Appa dengan tatapan tajamnya.
"Entahlah appa. Namun entah kenapa, aku seperti merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan seumur hidupku." Ujar Soobin sembari menatap pria paruh baya yang disebut appa itu.
"Kau mulai lemah Choi, apakah yang kau rasakan?"
"Seperti, rasa ingin tahu. Bagaimana rasa bahagia, sedih, senang, dan bagaimana rasanya... Jatuh cinta. Namun, aku seperti pernah merasakan sesuatu dulunya. Tapi aku tidak ingat. Terakhir adalah saat Eomma masih__" perkataan Soobin di potong.
"Masa lalu harus di lupakan, yang perlu diingat adalah bahwa semua manusia yang mudah berekspresi adalah parasit Choi." Jawab sang Appa.
"Sekarang, kuberi kau pilihan Choi. Apakah kau ingin menjadi monster sepertiku? Ataukah kau ingin bersama orang-orang rapuh itu?" Tanya Appa Soobin lagi.
Soobin kini di landa kebingungan untuk yang pertama kali.
Hei! Sepertinya dia sudah bisa merasakan 3 ekspresi?
"Ada apa Choi? Kenapa kau menjawab begitu lama? Apa kau juga mulai merasakan sesuatu yang di sebut rasa bingung?" Tanya sang appa---- Choi Minhwan.
'Rasa bingung? Ah, yang pernah di ajarkan eomma padaku? Ekspresi yang memiliki banyak arti? Apa aku tidak tahu arah? Tidak, bukan bingung yang seperti itu. Ataukah bingung yang seperti gugup yang tak tahu memilih yang mana? Ah, mungkin bingung yang seperti itu' Pikir Soobin.
Pria tampan ini seperti orang bodoh sekarang. Melihat satu ekspresi yang baru di lihat Choi Minhwan pada putranya itu. Dia berpikir bahwa dugaannya benar. "Ternyata benar, kau bingung Choi. Kau tak pantas berekspresi Choi. Jadilah monster tak berperasaan sepertiku. Orang-orang yang mengenalmu tak peduli akan kebahagiaanmu. Maka kita, tak perlu hal yang di sebut bahagia." Sarkas Minhwan kali ini.
'Tak ada yang peduli? Lalu bagaimana dengan Hwang Yeji yang setiap harinya ingin aku tersenyum bahagia?'
Tanyanya dalam hati.
Namun akhirnya Soobin menepis rasa bingung itu dan pada akhirnya memilih untuk mengikuti jejak Appanya.
"Aku masih menunggu jawabanmu Choi."
"Aku... Akan jadi seperti appa." Jawab Soobin kembali dengan nada datarnya.
'Ya, inilah hidupku. Menjadi patung bernyawa yang tak di inginkan orang-orang.'
Cip's Notes:
Annyeong~
Wah, Soobin bingung guys.
Yeji bisa bantu ga yah:|
Gimana menurut kalian? Apakah ini perlu di next? Oh kagak yah? Yaudah, makasih mau mampir gaes:v. Gada yang komen jugak kan:v
YOU ARE READING
Without expression
FanfictionHwang Yeji. Dia adalah gadis yang sangat ceria. Dia cantik, dan juga populer di sekolahnya. Dia selalu dikejar banyak lelaki karena visualnya yang tidak main-main. Sampai ia jatuh cinta pada pria tampan bernama Choi Soobin yang selalu dijauhi oleh s...
Part 5
Start from the beginning
