Radio. 66.6 FM.

793 100 11
                                    

Aku tidak pernah merasakan ketakutan yang mendalam pada radio. Malam itu adalah pengalaman mendengarkan radio yang tak akan pernah bisa hilang dari memoriku. Aku duduk termenung karena harus menjalani long distance relationship. Haha tak ku sangka. Aku masih melamun dan tak tau harus berbuat apa sedangkan handphone ku sedang lowbat dan setidaknya butuh tiga puluh menit dicharge untuk bisa hidup.

Sepuluh menit berlalu dengan duduk di depan jendela. Gerimis adalah momen yang paling ku benci. Bukan apa, tapi saat gerimis pekarangan rumahku terasa cukup menyeramkan. Aku memang agak penakut terlebih lagi kuliah di kota membuatku harus menge-kost.

Aku ada inisiatif untuk menyalakan radio. Sebenarnya tv lebih asik tapi sudah dua hari tv ku harus diservice. Malam belum larut jadi pasti siarannya masih bagus bagus. Kuarahkan tombolnya ke saluran yang kusuka. Bodoh sekali sekarang hari kamis tentu acaranya tentang curhat para pendengar yang dibacakan oleh penyiar lewat message line.

Harus kuakui karena gerimis salurannya menjadi tidak terlalu jelas. Aku harus memutar tombolnya beberapa kali untuk mencari saluran yang bagus. Dan akhirnya kutemukan saluran yang hmm boleh juga. 66.6 FM. Oh astaga, apa itu tadi? Triple 6? Oh tidak tidak, buang jauh jauh pikiran seperti itu. Dengar kau harus menikmati malammu.

Dengan ragu kuputuskan untuk duduk dan mendengarkan isi siarannya. Terdengar agak jelas di seberang sana sang penyiar menyiarkan secara live acara Curhat Rindu. Dengan bintang tamu seorang inspirator yang tidak aku kenal. Beberapa kali sang penyiar menyebutkan nomor yang bisa dihubungi untuk sekedar berbagi curahan hati.

Andai handphone ku tidak lowbat, mungkin aku bisa menelepon untuk curhat tentang long distance relationship ku.

Sekitar setengah lusin pendengar yang menelepon langsung dan bisa kudengar curhatan mereka baik itu tentang pacar, keluarga, teman, bahkan pekerjaan dan dengan sabar sang inspirator menanggapinya dengan beberapa saran. Aku tau sejauh ini tidak ada yang aneh. Sampai aku menggeser posisi dudukku ketika kudengar ada seorang penelepon yang menyebutkan namanya. Ya, tidak salah itu adalah pacarku. Oh ya ampun apa ini jodoh, bahkan saat tidak saling tukar informasi pun kami saling terhubung seperti ini.

Kudengarkan baik-baik setiap kata yang ia ucapkan. Benar saja dia berbicara panjang lebar hanya untuk bercerita mengenai hubungan kami. Sang inspirator pun menanggapinya dengan halus.

Sampai menit berikutnya ia mulai membicarakan hal yang aneh. "Saya sangat mencintai pacar saya. Tapi sayang kini kami terpisah cukup jauh" ujar pacarku. "Sangat jauh. Mungkin sekarang dia tengah duduk di depan radio dan mendengarkan siaran ini".

Aku terguncang, ada rasa senang dan takut. Mungkin dia sangat peka terhadap ku, dan pikiranku yang sedang creepy. "Dia duduk, menggeser kursinya agar lebih dekat. Saya tau handphone nya sedang dicharge. Saya tau tv nya sedang diservice. Saya tau dia sedang ketakutan dengan gerimis di luar." Sambungnya.

Aku benar benar ketakutan. Bagaimana ia bisa tau. Bahkan aku belum memberitahunya kalau tv ku sedang diservice, atau bahkan diluar sedang gerimis. Tidak mungkin ia ada disini dan memerhatikanku dari tadi.

"Aku ikut terharu dengan hubungan kalian. Seandainya dia tau jika kau ini sudah tenang." Kata si inspirator. Tunggu, apa yang dia bilang tadi? Tenang? Apa maksudnya? "Mungkin akan menyakitkan, tapi kau harus melepasnya dan pergi dengan tenang." Aku benar-benar ketakutan. "Bisa kulihat pacarmu menggigil dengan pernyataanmu. Bisakah kita sudahi saja sambungannya. Tak ku sangka ada manusia yang bisa mendengar siaran langsung acara ini."

Aku sangat ketakutan. Aku maksud semua itu. Apakah si inspirator nya adalah seorang cenayang? Tapi kenapa dia menekankan kata manusia? Apa dia bukan manusia. Aku takut tapi juga penasaran dengan semua ini.

Tapi kemudian kudengar sambungan teleponnya terputus dan penyiar mengumumkan penelepon berikutnya, tapi sebelumnya. "Baiklah, sebelum kita next ke pelepon selanjutnya harus kuperingatkan pada kekasih penelepon tadi untuk tidak melanjutkan memutar siaran ini kalau kau tidak ingin mimpi buruk haha." Kata si penyiar.

Tubuhku menggigil dan reflex kumatikan radionya. Aku tidak berani menatap ke arah radio. Kugigit bibirku mengecek apakah aku sedang tidak bermimpi. Ya, aku sadar. Aku tidak bermimpi. Aku lari ke kamar dan kuambil handphone ku. Sudah bisa hidup. Langsung saja bar statusnya dipenuhi oleh berbagai notifikasi.

Ada beberapa missed call dari teman-teman ku, SMS, dan line. Kubuka salah satu dan betapa terkejutnya aku dengan isi pesannya. Pacarku tewas dalam kecelakaan mobil dua jam yang lalu. Mobilnya menabrak pembatas jalan dan tenggelam di sungai. Namun bukan hanya itu yang membuatku ketakutan tapi juga fakta bahwa radio yang ia nyalakan masih menyala di dalam air dengan saluran yang sama. 66.6 FM.

6 FM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




AN:

Hehooo😋
Double update muehehe:v

Dan,,,, this is my first long story in mine. Wkwkwkwkwk akhirnya bisa nulis yang rada panjang juga.

Tapi maaf kalo ceritanya kurang memuaskan atau gimana karena aku sendiri lagi dalam fase ga mood (wlee) juga ga ada pict buat bikin bayangan dikit tentang ceritanya hehe...

Tapi percayalah aku sudah menulis dengan susah payah (apasi lebay)

Readers: "udah thor, ga jelas banget-_-"

Gw: "oke, cape juga jadi bawel"

Happy reading📖 jgn lupa voment nya yawww🦄

PUBLISHED ON 12th AUGUST 2019 || WONOSOBO, JATENG.

Short Creepypasta (Karya Asli)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang