CLBK 21

20.5K 2.8K 283
                                    

Pertandingan melawan SMA Tumbuh berlangsung sengit. Sempat terjadi keributan untungnya semua bisa dikendalikan. Salah satu pemain SMA Tumbuh bernomor punggung 12 terlihat mengincar Langit dan cowok itu menyadarinya.

Langit yang dari awal sudah tidak menyukai lawannya itu pun berambisi memasukkan bola. Tapi karena ambisi yang dilapisi emosi membuatnya selalu kehilangan bola yang dia pegang.

"Kita itu tim! Kamu harus kerjasama. Abaikan pemain nomor 12. Kamu harus fokus! Paham!" ucap Pak Gunarso saat quarter 3 berakhir.

Langit mengangguk dengan napas memburu. Karena dirinya, poin SMA tumbuh terus bertambah. Langit menyadari itu. Matanya menatap Lovatta yang berada di samping Pak Gunarso.

"Fighting!" ucap Lovatta tanpa suara.

Ketegangan jelas terlihat di setiap ekspresi pemain dan penonton selama pertandingan. Kala melakukan chest pass dan ditangkap oleh Langit yang sudah dipepet lawan. Tapi dengan gerakan cepat akhirnya Langit bisa memasukkan bola di detik-detik terakhir sebelum peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi.

Sorakan terdengar keras dari kubu SMA Gemintang meski hanya menang gipis. Wajah-wajah lega menjadi sebagian ekspresi penonton. Semua pemain saling bersalaman sebelum akhirnya kembali ke pinggir lapangan.

Lovatta memberikan minum pada seluruh pemain sembari mengucapkan selamat. Termasuk pada Langit. Cowok itu menahan tangannya saat akan memberikan minuman pada Kala.

"Apa?"

"Lo kenal cowok nomor punggung 12?" tanya balik Langit dan dibalas anggukan oleh Lovatta. "Siapa?"

"Leon," jawab Lovatta lalu mengulurkan air mineral pada Kala. "Kenapa?" tanya Lovatta karena Langit masih menatapnya. Bukan menjawab Langit justru mengabaikan pertanyaan Lovatta, menengguk air mineralnya.

"Mau ke mana?" Langit meraih pergelangan tangan Lovatta saat cewek itu hendak pergi dan melambai pada Leon.

"Mau ke Pak Gunarso. Tuh, gue dipanggil."

Langit melirik Kala yang tertawa.

"Leon itu tetangga gue," ucap Kala dan diabaikan Langit. Sang Kapten masih memilih diam dengan mata terus tertuju pada Lovatta.

****

Ketika semua bersiap untuk pulang, Lovatta tidak terlihat. Langit diam-diam mencari keberadaan cewek berambut pendek itu.

"Lova di mana?" tanya Senja yang sudah ikut bergabung dengan Langit dan Kala.

"Pulang duluan kali. Tadi gue lihat pamitan sama Pak Gunarso," jawab Kala sembari memainkan bola basket di tangannya. "Ayo, pulang! Capek gue."

"Nggak tanya dulu Lova di mana? Tadi kan berangkat bareng kalian," ucap Senja.

Meski diam, mata Langit menyorot ke segala sudut mencari sosok Lovatta. Tapi Lovatta tidak terlihat di sekitar lapangan.

"Lha itu dia bocahnya." Kala menunjuk ke arah di mana Lovatta tengah ngobrol dengan Leon di dekat pintu keluar. "Gue samperin mereka dulu ya, bentar. Kalian ke parkira dulu aja."

"Gue ikut," ucap Langit dan Senja bersamaan. Kala pun nyengir melihat ekspresi keduanya.

"Hai, Leon!" seru Kala lalu mereka saling menempelkan tangan yang mengepal.

"Keren lo tadi," ucap Leon. "Mau pulang bareng nggak?"

"Gue bareng temen-temen gue. Kenalin, Senja sama Langit."

"Hai. Leon," ucap Leon, memperkenalkan diri.

"Kalian saling kenal?" tanya Senja pada Lovatta dan Leon.

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Where stories live. Discover now