23 - Semester Akhir

4.4K 346 58
                                    

"Apa kau kekasihnya Jisoo heh orang tua?" dengan berani dan suara lantang Bambam bertanya dengan raut wajah tak percaya bercampur kesal.

"Jaga mulutmu bocah kencur! Setua-tuanya aku setidaknya aku lebih tampan dari kau." Seokjin membentak Bambam dan melindungi Jisoo dibelakang tubuhnya.

"Aku tidak peduli kalian mau menyebarkan rumor tentang apa disekolah toh dua bulan lagi kalian lulus." Seokjin menarik lengan Jisoo dan membawanya ke dalam mobilnya sedangkan Jisoo hanya menurut dan masih membeku dengan apa yang Seokjin katakan.

"Tidak mungkin, kalau sampai Sowon Unnie mengetahuinya bagaimana? Kasian kau Unnie." ucap Nayeon dalam alam pikirannya.

Hanbin dan Dahyun pun mendekat pada Bambam dan mengelus pelan dada serta pundak lelaki itu.

"Tabahkan hatimu bung." Kata Bambam sambil mengelus dada Bambam agar anak ini bisa mengikhlaskan apa yang sudah terjadi.

"Iya, ada kami, dan lagi sebaiknya kau menyerah saja soal perasaanmu dan Jisoo lalu banyak juga perempuan lain di dunia ini contohnya aku." Dahyun pun menepuk pelan bahu Bambam.

"Ya!" entah apa yang membuat Hanbin marah sampai membentaknya mungkin karena kalimat terakhir tadi kah?

"Wae?" Dahyun malah bertanya kembali dengan raut wajah tak kalah kesal.

"Andwe, lupakan."

"Bambam banyak wanita didunia ini contohnya aku dan Dahyun, kami tidak kalah cantik dari Jisoo kok." ucap Nayeon lagi dengan percaya diri dan membuat Hanbin dan Dahyun geli sendiri.

"Bukan saatnya menggangunya kau ini." Hanbin pun menjauh dan menarik Dahyun.

"Baiklah, tak masalah kalau begitu. Aku akan belajar mengikhlaskan gadis itu. Ngomong-ngomong aku mau pulang." Bambam pun berjalan keluar dari rumah Dahyun sambil menarik lengan Nayeon

"Kenapa membawaku?"

"Temani aku, aku mohon."

Lalu Bambam dan Nayeon pergi dan menyisahkan Dahyun dan Hanbin.

"Kelihatannya semua orang berkencan, bagaimana kalau kita berkencan juga Dahyun?"

"Hah?!"

****

"Ahjussi kenapa sampai membentaknya? Kalau ada rumor tentang aku disekolah bagaimana?" Jisoo menarik-narik lengan baju Seokjin seolah tengah meminta pertanggung jawaban.

"Sudahku bilang, aku tidak peduli, kau milikku paham?!" Jawaban Seokjin itu membungkam mulut Jisoo.

"Kau egois Ahjussi! Kau sama saja dengan remaja-remaja labil! Kau tidak memikirkan nasibku nanti! Aku membencimu!" Jisoo berteriak kencang dan membuat Seokjin menyorotnya dengan tatapan mengerikan.

"Apa tidak boleh aku egois dengan rasa cintaku? Aku bicara seperti itu agar tidak ada lagi pria yang mau mendekatimu Kim Jisoo."

"Tapi aku bisa menolaknya tadi dengan lembut Ahjussi, kau tidak perlu membentaknya atau pun memukulnya, iya kau hampir memukulnya tadi."

"Jadi kau menyukai pria itu heh?" Seokjin memberhentikan mobilnya sesaat dan menatap Jisoo dengan seringai tajam.

"Andwe bukan begitu!" Jisoo menggelengkan kepalanya dan rasanya lidahnya begitu kelut.

"Jangan berbohong! Kau lebih membelanya dari pada aku itu sudah cukup untuk membuktikannya." sangkal Seokjin lagi.

"Kenapa kau seperti ini Ahjussi? Kau begitu posesif, dan kau selalu mengomeliku seolah kau adalah suamiku, iya kau mengekangku!" Jisoo tertunduk sekarang dan menangis sambil menutup wajahnya.

The Diary We Meet (JinSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang