7

4.4K 421 37
                                    

"Nakal lah yang terhormat dan liarlah yang bertanggung jawab."

~Enjoy it guys~

Alva berjalan menuruni tangga rooftop, ia melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya menunjukkan pukul 07.30. Ia sudah terlambat, tentu saja. Niat awal untuk cari perhatian kepada semua murid di sekolahnya hilang begitu saja atas kejadian tadi. Lupakan, ya lupakan hal yang membuatmu sakit hati karena masih banyak hal yang membuatmu bahagia.

Drrttt

Drrttt

Suara getar dari handphone Alva menandakan pesan masuk, ia merogoh saku celananya lalu mengeluarkan benda pipih itu.

"Ke lapangan sekarang Al."

Isi pesan dari Vero membuat alis Alva terangkat, mengapa ia disuruh ke lapangan oleh temannya. Menepis rasa penasaran, Alva segera berlari ke arah dimana lapangan berada yang nyatanya jaraknya cukup jauh dari tempatnya saat ini.

"Oh ini dia ayam satunya lagi." Ucapan Pak Budi itu membuat Alva tidak mengerti.

Ia sudah ada di lapangan, dan benar ada Vero disana. Bukan hanya Vero tapi juga Devan yang melihat ke arahnya dengan senyum em, sedikit mencurigakan?

"Hormat bendera sekarang juga!" Perintah Pak Budi dengan menjewer telinga kiri Alva.

"Astaga Pak, aduh sakit jangan ditarik. Pak ya ampun si anjir." Celoteh Alva mengiringi langkahnya mendekati tiang bendera dimana kedua temannya juga berada di situ.

"Kalian bertiga hormat bendera sampai dua jam ke depan, dan jangan kabur!" Perintah Pak Budi selaku guru BK kelas XI.

"Iya pak." Ucap mereka bertiga kompak lalu bergerak mengangkat tangannya dengan gerakan hormat.

🔰🔰

"Lu dihukum ngajak-ngajak gua. Sialan." Ucap Alva saat bergabung dengan dua temannya.

"Iya lah enak aja kita dihukum lu kagak." Balas Devan dengan melihat ke atas dimana bendera berkibar terkena angin.

"Lu emang dari mana? Mobil ada, orang nggak ada, udah kayak setan aja." Ucap Vero menoleh ke arah Alva dengan tangan kanan tetap terangkat.

"Rooftop." Jawab Alva singkat.

"Kenapa malah jadi ngobrol? Ini bukan sesi curhat ya kalian itu sekarang dihukum!" Seru Pak Budi yang telah kembali dari ruang guru untuk mengambil buku pelanggaran.

"Emang bukan, orang di sini nggak ada Mamah Dedeh." Celetuk Devan disambut kekehan oleh kedua temannya.

"Kamu diam! Udah tau salah masih aja berani ngomong." Ucap Pak Budi.

"Nama kamu siapa?" Tanya Pak Budi dengan membuka buku panjangnya menunjuk Alva.

"Saya?" Tanya Alva dengan menunjuk diri sendiri.

"Iya kamu, ya masa anak kamu." Jawab Pak Budi.

"Soal anak saya belum buat Pak, nanti deh kalau udah kepikiran saya ngomong ke Bapak." Balas Alva santai. Bodoh memang.

"Astaga kamu itu ya memang suka bikin darah tinggi!" Seru Pak Budi menjewer telinga kanan Alva.

"Ya ampun pak sakit woy astaga suka banget jewer telinga saya!" Seru Alva keras.

"Cepat sebutkan siapa nama kamu!" Perintah Pak Budi dengan melepaskan jewerannya dari telinga Alva.

"Alva." Jawab Alva singkat.

"Sebutkan nama lengkap!"

"Alvandra Dakara."

"Cuma dua kata tapi repotnya naudzubillah buat nyebutin." Komentar Pak Budi.

VA&VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang