28: Terakhir

15.4K 2.6K 496
                                    

Bertemu Winwin adalah salah satu hal yang sangat aku syukuri dalam hidup.

Setelah menikah, aku dapat melihat banyak hal positif dari seorang Dong Sicheng yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Dan aku dapat mengambil kesimpulan, jika Winwin adalah laki-laki yang menjadi idaman setiap ibu-ibu yang memiliki anak perempuan di luar sana.

Aku sebetulnya masih tidak paham dengan alasan ia mengajakku berkenalan, bahkan sampai mengajakku untuk membangun rumah tangga. Padahal menurutku, masih banyak wanita di dunia ini yang pantas untuk bersanding bersama Winwin.

"Qing."

Aku menoleh dan sebuah senyum tercetak di wajahku saat melihat Winwin. Pemuda itu tengah memakai sheet mask bergambar kelinci.

"Loh?" Aku menunjuk sheet mask yang melekat di wajah Winwin. "Ini sheet mask aku kan?"

Winwin terkekeh pelan. "Iya. Aku tadi ngambil di tempat kamu. Lucu banget banyak gambarnya."

Aku menghela nafas panjang. Perlu kalian tau, setiap hari, Winwin sangat rutin melakukan serangkaian night skincare routine sejak menikah.

Setiap kali aku bertanya tentang kebiasaan barunya tersebut, laki-laki itu selalu memilih untuk tidak menjawab lalu memainkan boneka-boneka milikku yang aku letakkan si atas tempat tidur atau memainkan game di ponsel sambil sesekali mengeluarkan kata-kata umpatan.

"Oh iya, aku mau ngomong sesuatu." Winwin terlihat mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Aku mau..."

"Mau? Mau apa?"

"Ngucapin makasih sama kamu. Makasih kamu mau terima aku jadi pendamping hidup kamu. Makasih kamu udah jadi ibu yang baik buat anak-anak aku."

"Aku yang seharusnya ngucapin makasih ke kamu." Aku tersenyum tipis. "Makasih udah pilih aku jadi istri kamu. Padahal aku gak ada apa-apanya loh kalo dibandingin sama cewek-cewek di luar sana."

Senyum Winwin seketika luntur saat mendengar ucapanku. Laki-laki itu kini menatapku dengan tatapan datar.

"Tuh kan mulai lagi," katanya, membuat sebelah alisku terangkat.

"Maksud kamu?"

"Kamu mulai insecure lagi." Winwin mendecak kesal. "Aku gak suka kalo kamu kayak gitu. Aku udah bilang berapa kali sih kalo kamu itu cantik? Kamu gak kalah sama cewek-cewek yang kamu bilang itu."

Aku terdiam, tak mampu membalas perkataan Winwin. Aku tau Winwin sudah berjuta kali memberitahukan hal ini kepadaku, tapi tetap saja aku merasa tidak percaya diri.

"Daripada kita ngomongin ini, mending sekarang kita tidur aja." Winwin kembali tersenyum. Tangan kanannya terangkat untuk mengelus rambutku dengan lembut. "Jangan tidur malem-malem, gak baik buat kesehatan."

Winwin berjalan lebih dulu masuk ke dalam kamar, meninggalkan aku sendiri di balkon apartemen kami.

Aku menatap punggung Winwin yang perlahan menghilang, kemudian aku memutar tubuhku dan menatap pemandangan kota Jakarta di bawah langit malam pukul 12.

Entah mengapa, langit Jakarta malam ini tidak seperti biasanya. Malam ini bintang-bintang bertebaran di langit dan bersinar begitu terang.

Dan entah mengapa juga, pertanyaan-pertanyaan yang sudah aku lupakan kini perlahan mulai muncul kembali dalam ingatanku.

Termasuk pertanyaan mengenai alasan sebenarnya Winwin kembali ke masa lalu.









"Kamu tau gak sih?"

Aku mendongakkan kepala, lalu memasukkan laporan kesehatan milikku dan milik Weiwei kembali ke dalam amplop seperti semula.

"Tau apa?"

"Itu tadi, aku dapet chat dari grup angkatan aku pas SMA. Katanya salah satu temen aku baru aja meninggal."

Mulutku menganga lebar saat aku mendengar kabar menyedihkan itu. "Sayang banget masih muda udah meninggal."

"Begitulah hidup, penuh misteri." Winwin terlihat menghela nafas panjang. "Hidup mati kita gak ada yang tau."

Winwin meletakkan ponselnya ke atas meja lalu melanjutkan, "Padahal kemaren dia masih upload foto di Instagram, tapi tadi siang udah meninggal. Aku kaget banget."

Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Ya, aku tau betul bahwa kematian seseorang adalah sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh Sang Pencipta. Kita tidak tau kapan hari terakhir kita bisa menghirup nafas kehidupan. Karena itu, Mama selalu mengajarkan aku untuk berbuat baik kepada semua orang setiap hari.

"Terus, aku makin kaget pas tau kalo temen aku itu meninggal karena sering begadang. Dia dari dulu emang sering banget begadang. Tapi aku gak tau kalo sering begadang bisa berakibat fatal kayak gini."

Winwin tersenyum tipis, kemudian lelaki itu bangkit dari duduknya. "Bentar ya, aku mau charge handphone dulu."

"Oke."

"Handphone kamu mau sekalian aku charge gak?"

"Gak usah." Aku menggelengkan kepala berkali-kali. "Sebelum pergi tadi aku udah charge kok."

"Hao ba."

Winwin mengangguk pelan dan berjalan menuju kamar kami sambil membawa ponselnya. Aku menatap punggung lelaki itu selama beberapa saat, hingga ucapan Yeri secara tiba-tiba muncul dalam benakku.

'Semoga lo seterusnya bisa tidur pagi. Biar gak kayak anak fakultas sebelah yang mati muda gara-gara sering begadang.'

Jujur, sejak masuk kuliah, aku sangat sering begadang. Hampir setiap malam aku begadang hanya untuk mengerjakan tugas yang sebenarnya dapat aku kerjakan besok harinya. Dalam sebulan, mungkin hanya ada dua hari di mana aku tidak begadang.

Kebiasaan buruk ini terus aku lakukan sampai aku lulus kuliah, dan aku baru mencoba berhenti ketika Winwin datang mengunjungiku saat itu.

Kalau Winwin tidak datang dan memaksaku untuk tidur lebih awal, aku akan terus begadang sampai detik ini.

Dan mungkin, aku akan pergi meninggalkan dunia ini dalam usia muda. Sama seperti orang-orang yang sering begadang sepertiku.

Tunggu sebentar,

Jangan-jangan, alasan Winwin datang ke masa lalu karena aku sudah tidak ada lagi di masanya?

END







akhirnya cerita ini selesai juga! maaf banget ya kalo endingnya kayak gini, aku emang ga bisa buat ending yang bagus 😭

jangan diremove dulu dari library karena
aku bakal kasih bonus!

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang