23: Ngapain?

11.6K 2.5K 190
                                    

Dear, G.

Happy birthday, my love!
I hope you love this necklace
Maaf ya aku cuma bisa kasih kamu ini

p.s: I love you forever <3

From, H.

Hanya itu isi surat yang ditulis oleh mendiang mantan pacarku beberapa bulan sebelum ia meninggal. Dalam kotak dengan warna pink itu, terdapat sebuah kalung dengan liontin berbentuk huruf G.

"Ini hadiah ulang tahun dari Hendery Ge buat Jiejie. Dia sebenernya mau ngasih pas Jiejie ulang tahun, tapi gak jadi karena Hendery udah gak ada saat itu."

"Terus kenapa hadiah ini bisa ada di kamu?"

"Hendery Ge simpen ini di meja belajarnya. Waktu itu aku main ke rumahnya dan Mamanya minta tolong aku buat ngasih ini ke Jiejie."

Aku meletakkan dua benda pemberian Hendery ke atas meja dan membaringkan diri di atas tempat tidurku. Aku menatap langit-langit kamar, dan pikiranku secara tak sengaja kembali pada saat-saat bersama Hendery.

Tapi pikiran itu kembali terkubur dalam otakku saat ponselku tiba-tiba berdering, dan menampilkan nama Winwin di layar.

"Halo?" Aku segera memilih pilihan berwarna hijau dan menempelkan ponsel ke telinga. "Halo, Win? Ada apa telepon aku?"

"Gapapa." Terdengar suara kekehan pelan dari seberang sana. "Oh iya, kamu kan bentar lagi ulang tahun, mau hadiah apa dari aku?"

"Kamu balik sama aku aja."

Mataku melotot tanpa sadar setelah mengucapkan kata-kata permintaan itu. Tanganku seketika bergetar dan jantungku berdebar tidak karuan. Berbagai pemikiran tentang reaksi Winwin setelah mendengar ucapanku mulai meramaikan isi kepalaku.

"Aku—"

Winwin tak melanjutkan katanya selama beberapa menit. Aku menghela nafas panjang sambil menetralkan detak jantung yang berdebar cepat karena kesalahan bodoh yang aku lakukan beberapa detik yang lalu.

"Aku..." Aku dapat mendengar helaan nafas dari ujung sana. "Gak tau bisa balik lagi sama kamu atau enggak."

Mulutku seketika menganga lebar. Jawaban yang keluar dari mulut Winwin benar-benar sukses membuat tubuhku terdiam bagai patung.

"Halo, Qing? Kok kamu diem aja?"

"Eh? Maaf," ucapku, sebisa mungkin untuk terlihat seolah aku tidak apa-apa. "Aku abis nyisir rambut tadi."

"Oh gitu. Bagus deh, aku pikir kamu marah sama omongan aku."

Aku menjauhkan ponselku dari telinga dan memutuskan panggilan. Rasanya, aku seperti dipermainkan. Atau jangan-jangan, apakah ini semua adalah dampak negatif dari aku yang menaruh ekspektasi terlalu tinggi pada Winwin karena kedatangan pemuda itu di masa laluku?










"HAPPY BIRTHDAY, GRACE!"

Aku terkejut setengah mati saat aku membuka pintu dan mendapati Yangyang beserta Yeri di depan rumahku. Dua orang itu membawa sebuah spanduk berukuran sedang dengan fotoku saat SMA dan tulisan 'Happy Birthday Grace!' tepat di sebelah fotoku.

"Buset ini foto gue pas masih poni rata." Aku tidak dapat menahan tawaku saat melihat ekspresi wajahku yang begitu aneh di foto tersebut. "Pasti dapet dari Yeri nih?"

Yeri terkekeh. "Iya dong. Lo tau kan gue bandar foto dulu? Lo mau foto siapa aja gue ada!"

Aku tertawa lagi dan melempar pandang ke arah Yangyang. Pemuda itu sebelumnya sudah pernah memberikanku kejutan ulang tahun bersama Yeri, Hendery, dan Dejun beberapa tahun yang lalu, tapi melihatnya sekarang entah mengapa rasanya cukup aneh.

"Happy birthday, Jiejie!"

"Makasih banyak, Yang." Aku tersenyum dan mengambil kue ulang tahun yang disodorkan Yangyang.

"Sama-sama, Jie." Yangyang tersenyum lebar. "Kadonya menyusul ya. Mau kado apa?"

"Terserah kamu." Aku tertawa pelan. "Apa aja yang kamu kasih, aku pasti suka."

Yangyang mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku kembali memandang ke arah Yeri yang kini menyodorkan spanduk ulang tahun padaku.

"Nih, pegang," pinta gadis itu. "Nanti gue fotoin lo sama spanduk lo terus gue post di Instagram."

Aku menggelengkan kepala. "Gimana mau pegang? Tangan gue penuh."

"Sini, biar aku bantu pegangin."

Sebuah suara yang sangat aku kenali sukses membuat aku, Yangyang, dan Yeri menghentikan aktifitas masing-masing. Kami bertiga menoleh ke asal suara yang tepat berada di belakang kami.

Dan orang itu adalah Dong Sicheng, yang tengah mengulurkan tangan kanannya ke arah kami, dan tangan kirinya memegang sebuah paper bag dengan warna hitam.

"Winwin? Kamu ngapain di sini?"

hai hai hai!

makasih banyak buat temen-temen semua yang udah ngasih aku saran di chapter kemaren! aku ngakak banget bacain komen kalian satu-satu 😂

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang