17: Undangan Pernikahan

12.1K 2.7K 291
                                    

"Sebentar!"

Aku bergegas turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu pada seseorang yang sedaritadi tidak henti-hentinya mengetuk pintu rumahku.

Dan begitu aku membuka pintu, aku benar-benar merasa kalau aku sedang bermimpi.

"Hai, Grace! Apa kabar?"

"Ba-baik," jawabku. "Lo sendiri gimana? Kok masih inget rumah gue?"

"Masih lah." Laki-laki itu menaikkan kedua alisnya. "Kan dulu gua sering main ke sini tiap Sabtu. Udah lupa ya?"

Aku membukakan pintu lebih lebar supaya ia dapat masuk ke dalam sambil berkata, "Gue masih inget kok. Gue pikir lo udah lupa rumah gue."

Lelaki dengan tubuh tinggi yang bernama Lucas Wong itu hanya tertawa pelan sambil duduk disalah satu sofa rumahku. Aku menyiapkan minum sambil sesekali melirik ke arahnya.

Lucas yang dulu dan sekarang tidak jauh berbeda. Kalau Lucas yang dulu tidak begitu memperhatikan penampilan, Lucas yang sekarang berpenampilan dengan sangat rapi. Jujur, aku terpesona dibuatnya.

"Eh, bentar." Lucas menatapku yang baru saja meletakkan segelas susu coklat di atas meja. Laki-laki itu kemudian memegang tangan kananku, membuatku terkejut bukan main. "Ini cincin apa? Cincin nikah?"

Aku melepas tanganku darinya lalu mengangguk. "Bukan, gue baru dilamar beberapa hari yang lalu. Kenapa emangnya?"

Lucas tersenyum. "Gapapa kok. Gua kaget aja. Gua pikir lu gak bisa move on dari gua."

"YA BISALAH!" seruku, tidak terima dengan semua tuduhan Lucas padaku. "Abis gue masuk kuliah gue juga udah move on dari lo. Tapi kadang suka inget kenangan kita gitu sih."

"Gapapa, gua juga suka gitu." Lucas mengambil gelas susu coklat itu, lalu menyesapnya perlahan. "Oh iya, cerita-cerita dong tentang calon suami lu."

"Kepo ah!" ujarku. "Nanti aja lo liat sendiri pas resepsi nikah gue."

Lucas mengangguk-angguk. Lelaki dengan sweater putih bertuliskan Supreme dibagian depan itu kemudian mengeluarkan sebuah amplop berukuran sedang dari dalam tas yang dibawanya.

"Oh iya." Lucas menyodorkan amplop tersebut padaku. "Gua dateng ke sini sebenernya mau ngasih ini ke lu."

Aku mengambil amplop berwarna navy itu dan membukanya. Mataku membelalak saat membaca tulisan yang tertera pada sebuah karton transparan dengan motif bunga dibagian pinggirnya.

DEAR GRACE,

WE CORDIALLY INVITE YOU TO
THE WEDDING OF

LUCAS WONG

and

Aku segera memasukkan kembali karton itu ke dalam amplop sebelum aku selesai membaca seluruh isinya. Entahlah, aku tidak tau mengapa rasanya berat bagiku untuk membaca nama sang mempelai wanita.

"Dateng ya." Lucas tersenyum dan tangannya terangkat untuk menepuk-nepuk kepalaku pelan. "Ajak calon suami lu. Awas kalo lu sampai gak dateng."

"Iya, gue pasti dateng."

Aku dapat melihat rona bahagia di wajah Lucas. Pemuda bertubuh tinggi itu kemudian bangkit berdiri dan menepuk pundakku.

"Gua pulang duluan ya. Makasih banyak buat susunya."

"Oke. Hati-hati ya!"

Aku mengantar Lucas sampai pintu keluar, kemudian setelah pemuda itu meninggalkan area rumahku dengan mobilnya, aku segera menghela nafas panjang.

Ternyata, begini rasanya ketika mengetahui jika cinta pertamaku dalam hidup akan segera melepas masa lajangnya bersama wanita lain.

Cukup berat, namun aku harus ikhlas.










"Nih."

Yeri menyodorkan sebuah kotak berukuran persegi berwarna biru muda dan pink dengan tulisan Grace dibagian depan.

"Apa nih?" tanyaku sambil membuka kotak tersebut, dan aku langsung terkejut saat melihat tulisan yang tertera dalam kotak itu.

CHOI YEONJUN & KIM YERI
together with their families

request your presence at the celebration of
their wedding at

RITZ CARLTON HOTEL

"Yer?" Aku menatapnya tidak percaya. "Ini beneran?"

"Ya masa becanda?" Wajah Yeri terlihat pasrah. "Sumpah deh, gue masih gak percaya kalo gue bakal nikah sama cowok yang sering nempelin permen karet ke bawah meja gue."

Aku tertawa pelan, lalu memasukkan kotak itu ke dalam tasku. "Namanya juga jodoh, Yer. Mau lo lari ke ujung dunia buat ngehindarin dia tetep aja bakal ketemu lagi."

"Yaudah deh gapapa. Yeonjun ganteng juga sih cuma nyebelin."

Selanjutnya, aku dan Yeri larut dalam obrolan. Ada banyak topik yang kami bicarakan, mulai dari Dejun yang tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi, persiapan pernikahan Yeonjun dan Yeri, sampai hal yang tidak penting.

Hingga akhirnya, obrolan kami terhenti saat aku melihat Winwin yang tengah berdiri menatapku di luar café dengan tatapan yang tak dapat aku artikan.

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang