6: Pertengkaran

14.5K 3.1K 299
                                    

"Yangyang? Hendery?"

Aku tanpa sengaja menjatuhkan paper bag di tanganku saat aku melihat Yangyang dan Hendery yang sedang duduk di sofa rumahku sambil menatapku dengan tatapan tajam, bahkan sangat tajam.

"Kalian—"

Ucapanku menggantung saat aku melihat kunci dengan boneka Sally yang ada di tangan Hendery. Ya Tuhan, aku sampai lupa jika kami pernah bertukar kunci rumah masing-masing. Hendery memegang duplikat kunci rumahku, dan aku juga memegang duplikat kunci rumahnya.

"Asik ya."

Hendery berdiri dari duduknya dan melangkah lalu berhenti tepat di hadapanku. Tatapan tajamnya masih terus menyorotku, membuatku hanya dapat diam.

"Bisa kamu jelasin siapa cowok ini dan apa hubungan kamu sama dia?"

"A—"

"—Loh kok nanya lagi? Saya kan udah pernah ngenalin diri ke kamu. Saya Dong Sicheng, suami Grace dari masa depan. Apa ucapan saya masih kurang jelas?"

Perkataan Winwin tentu saja membuat atmosfer di ruang tamu menjadi semakin panas.

"Kamu.." Tatapan tajam Hendery berpindah ke Winwin. "Lagi berhalusinasi?"

"Saya gak berhalusinasi." Winwin balas menatap Hendery dengan tatapan yang tak kalah tajam. "Memang saya yang bakal gantiin kamu jadi suaminya."

"Gantiin?" Hendery tertawa. "Emang saya ke mana sampai harus digantiin? Hahaha."

Winwin tidak membalas perkataan Hendery. Laki-laki itu malah berjalan masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai dua, membuat Hendery mengepalkan kedua tangannya.

"Hendery..."

"Kenapa?!" jawab Hendery dengan nada ketus. "Kamu kalo mau putus bilang sama aku baik-baik. Gak perlu dengan cara kamu selingkuh kayak gini."

Mendengar tuduhan Hendery, aku langsung berteriak, "AKU GAK SELINGKUH YA!"

"Gak selingkuh?" tanya laki-laki dengan kaos berwarna kuning itu. "Terus kalo gak selingkuh itu apa namanya, Grace? Bisa kamu jelasin ke aku?"

"Aku tuh sebenernya gak kenal sama dia! Dia tiba-tiba dateng terus ngenalin diri sebagai suami aku."

"Terus kamu percaya?"

"Gak tau.."

"Kok gak tau?" tanya Hendery lagi. "Kamu sendiri yang ngelakuin kok kamu gak tau jawabannya?"

Aku mengusap wajahku kasar. Entahlah, aku semakin pusing dengan situasi sekarang. Hendery terus menerus memojokkanku, membuatku tidak dapat berkutik.

"Kurangnya aku apa sih? Kurang bisa bikin kamu bahagia?"

"Ga—" Lagi, aku tidak dapat melanjutkan kata-kataku saat melihat wajah Hendery saat ini. Selama berpacaran dengan Hendery, belum pernah aku melihatnya semarah ini.

"Tuh kan, kamu gak bisa jawab."

Ekspresi wajahnya berubah. Tidak ada lagi emosi yang sempat menyelimutinya, yang ada hanyalah ekspresi datar.

"Bukan gitu, Der."

"Ya terus apa? Kalo bukan gitu terus apa? Aku minta kamu jawab, tapi kamu gak bisa."

Aku menghela nafas. Pandanganku tertuju pada Yangyang yang sedaritadi hanya diam mendengarkan. Lelaki dengan rambut coklat gelap itu tersenyum penuh arti saat aku melihatnya.

"Udah deh. Kita selesai aja."

"Selesai?!"

Hendery mengangguk mantap. "Iya, kita putus."

"Gak mau!" jawabku refleks. Aku tidak mau jika hubunganku dengan Hendery harus berakhir dengan cara seperti ini. Kami memulai cerita dengan baik, maka akhirnya harus dengan baik pula. "Aku gak mau kita putus."

"Tapi aku mau."

Begitu kata Hendery, sebelum akhirnya ia melempar kunci rumahku ke sofa dan ia berjalan keluar rumahku bersama Yangyang yang mengikutinya dari belakang.










"Ada atau gak ada aku, kalian tetep bakal putus."

Winwin duduk di sebelahku sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang dibelinya tadi siang.

"Oh iya, Qing, kamu mau tau gak kenapa Hendery meninggal?"

Aku yang semula tidak tertarik menatap Winwin, kini menoleh ke sebelah kiri. "Kenapa?"

"Kecelakaan abis pulang dari rumah kamu," jawab Winwin sambil melipat handuk yang telah dipakainya. "Aku emang belom pernah cerita ya?"

"Kayaknya belom. Aku lupa juga."

Winwin mengangguk-ngangguk, lalu ia kembali memberiku pertanyaan, "Kamu mau tau gak kenapa aku balik ke masa lalu? Kenapa aku balik ke waktu kamu baru aja selesai kuliah?"

"Kenapa?"

"Karena..." Winwin menggaruk-garuk kepalanya. "Eh gak jadi deh."

Aku mendengus kesal. Aku paling benci dengan orang-orang yang sudah membuatku penasaran, namun akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan perkataan mereka.

"Karena apa? Kamu udah terlanjur ngomong jadi gak ada kata gak jadi."

Winwin terdiam sejenak. Aku bisa melihat dahinya yang berkerut. Apa yang sedang ia pikirkan?

"Sebenernya, kedatangan aku ke masa lalu kamu ada hubungannya sama kepergian Hendery."

Aku menatap Winwin tidak mengerti. Apa maksudnya?

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang