7

370 29 0
                                    

Selamat Membaca




















Calling...

"Sayang, ada telfon!" ujar ibu Heejin dari dapur yg sibuk membuat kue kering. Ponsel ayah Heejin berada di meja makan.

Ayah Heejin yang sedang memberi makan hamster milik Heejin menghentikan kegiatannya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo!"

"..."







Hyunjin menerbangkan pesawat kertasnya di kelas. kemudian ia meletakan kepalanya di meja dan menghela napasnya.

Ia sudah menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Tak! Tak! Tak!

Bunyi tersebut berasal dari bolpoin Jinyoung yang di ketukan di meja.

"Aku bosan belajar!"

Hyunjin mengehela napasnya.

"Bahkan kau belum mengerjakan setengahhnya." ucap Hyunjin setelah melirik pekerjaan temannya itu.

"Aku tau— Pulang sekolah kau mau ikut main futsal tidak?" tawar Jinyoung yang mulai mengerjakan tugasnya kembali.

"Boleh." jawab Hyunjin.

"Eumm! kau sudah bilang, kalau kau menyukainya?" ucap Jinyoung yang masih bersama bukunya.

Tidak lama ini Hyunjin sempat cerita tentang Heejin, yang sebelumnya ia sangat tertutup.

"Belum. Aku tidak akan mengatakannya sampai aku mampu."  jelas Hyunjin. Ia ingin menyelesaikan pendidikannya dan mendapat pekerjaan yang tetap.

"Kenapa?" Jinyoung merubah posisi duduknya menghadap Hyunjin.

"Aku tidak sepertimu yang blak-blakan ke setip gadis." sarkas Hyunjin.

"Sialan!" Jinyoung hampir memukul Hyunjin dengan bukunya dan Hyunjin tertawa puas.

"Tolong jangan diperjelas." tambah Jinyoung.

"Ya! Kalian sudah mendengar berita?" Ucap ketua kelas bername tag Sunwoo yang baru saja kembali ke kelas, mereka membagi fokus ke ketua kelas.

"Kapal yang membawa rombongan siswa tenggelam."

"Ya! Cepat nyalakan TVnya." ucap Jinyoung.

Jantung Hyunjin berdetak lebih cepat, Jinyoung yang di sampingnya menepuk punggung Hyunjin, Hyunjin menatap dengan manik matanya yang berkaca, tidak tau harus berbuat apa.

"Semua akan baik-baik saja, kau paham? Kau harus menemuinya setelah ini." ucap Jinyoung.










Menatap lautan yang luas dan merasakan hawa yang menusuk membuat orang akan merapatkan mantelnya, namun tidak berlaku untuk mereka yang mengetahui mereka yang belum diketahui kabarnya. Hari ini terasa sangat lambat.

Ibu Heejin terus menitihkan air matanya, kakinya pun lemah untuk berdiri. Tidak hentinya ia berdoa, berharap putrinya baik-baik saja.

Ayah Heejin bahkan tidak bisa menangis karena terlalu sesak. Junghwan yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, kebingungan melihat ibunya menangis.

Orang-orang di sini sama seperti ibunya, pandangan mereka gelap. Kedua orang tua Heejin harus kuat menunggu kabar Heejin, yang terakhir kali sempat mengirim pesan kepada ibunya.

"Eomma di sini. Eomma mohom Heejin." ucap ibunya di sela tangisnya.

Ayah Heejin menghela napasnya dan bergumam "Anak nakal, cepat kembali."















Maaf kalo kurang ngefeel yeorobun
Tapi kalo diingat ingat bikin sesek
Oiya buku ini mendekati ending

WAITING || 00 Line [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang