6

338 30 0
                                    

"Appa, aku sudah menyiapkan sarapan untuk appa." ucap Heejin yang melihat ayahnya baru tiba di dapur.

"Apa kau yang memasak?" tanya ayah heejin seraya menarik kursi untuk ia duduki.

"Iya, tapi di bantu eomma." jawab Heejin apa adanya, kemudian pandangannya terfokus dengan kedatangan adiknya masih kelas 6 sekolah dasar.

"Kau tidur nyenyak?" Heejin menghampiri adiknya.

"Nuna sudah membuat telur mata sapi untukmu."

"Benarkah? Tumben sekali." Junghwan masih sibuk mengucek matanya dan menguap.

Heejin menggandeng tangan adiknya dan menuntun ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan berkumur. Kemudian kembali dan duduk di sebelahnya sehingga berhadapan dengan ibu ayah mereka.

"Ayo kita sarapan!" ucap ayah Heejin semangat.

"Heejin barangmu sudah siap semua?" Tanya ibu Heejin di sela sarapan seraya manaruh telur dadar di mangkuk Heejin dan Heejin mengangguk.

"Eumm eomma — tidak perlu khawatir." Heejin masih mengunyah makanannya.

"Biarkan anakmu menelan dulu makannya — kau perlu apa lagi? Ah! Appa akan menambah uang sakumu." Tanya ayah Heejin setelah memastikan anaknya menelan makannya dengan baik.

"Tidak perlu. Heejin tidak akan membeli apapun."

"Appa! Appa! Appa akan menambah uang saku Junghwan juga kan?" sela Junghwan.

"Iya kalau Junghwan sudah besar." jawab ayah santai.

"Assa!" kegembiraan Junghwan yg polos akan membuat gemas siapapun yang melihatnya.

"Appa sedang cuti. Hari ini appa akan mengantarmu."

"Benarkah? Itu bagus appa!" Heejin senang sampai tidak sengaja menyenggol gelas berisi air.

"Maafkan aku, aku terlalu senang." Heejin merasa bersalah.

"Tidak perlu seperti itu, itu hanya gelas plastik." jelas ibu.

"Kalau gelas kaca?" goda Heejin.

"Hmm, eomma akan marah." Ibu Heejin mencubit pipi putrinya itu membuat Heejin meringis.






Heejin menarik kopernya keluar rumah dan ibunya mencoba membawa kopernya, namun Heejin menolak. Heejin sudah membawa kopernya sampai perkarangan rumah.

"Pagi Heejin!" sapa Hyunjin yg kebetulan lewat, seperti penampilannya sekarang, Hyunjin selesai lari pagi.

Sebenarnya Hyunjin sengaja menunggu di depan rumah Heejin.

"Oh! Hyunjin!"

Hyunjin menghampiri Heejin.

"Aku akan membantumu tidak ada penolakan." Hyunjin mengangkat koper Heejin dan memasukannya ke dalam bagasi mobil yang sudah disiapkan oleh ayah Heejin.

"Terima kasih Hyunjin."

"Tidak masalah."

"Mau berangkat?"

"Hmm, seperti yang kamu lihat." Heejin merapikan rambutnya.

"Hati-hati — Heejin."

Heejin melihat raut wajah Hyunjin.

"Apa kita berpisah selamanya? Tidak kan? Wajahmu kenapa terlihat sedih? Huh?"

"Baiklah!— lihat wajah tampanku ini? Bagaimana tidak terlihat sedih lagi kan?" Hyunjin membuat berbagai ekspresi.

"Apa apaan sih Hyunjin, hentikan!" Heejin terkekeh setelah itu.

Pandangan mereka ke arah pintu, ibu Heejin yang sedang menasihati adiknya itu agar tidak nakal di sekolah.

"Sudahlah sayang, biarkan Junghwan berangkat sekolah." ucap ayah.

"Hyunjin kau tidak sekolah?"

"Sekolah, Hyunjin selesai jogging." ayah Heejin mengangguk.

"Bagus itu — Ayo Heejin! Kau sudah siap?"

"Eum sudah appa! — Eomma Heejin berangkat."

"Kau harus patuh."

"Iya eomma. Tunggu aku kembali." Heejin memeluk ibunya sebentar dan tangan Heejin melambai ke Hyunjin.

Mobil sudah melenggang pergi menyisakan Hyunjin dan Ibu Heejin yang berada di pekarangan rumah.



-tbc

WAITING || 00 Line [COMPLETED]Where stories live. Discover now