5

374 35 3
                                    

Part ini berlatarkan saat mereka masih SMP.



Hyunjin memundurkan langkahnya saat indranya melihat suatu bangunan, memastikan apa yang ia lihat barusan. Hyunjin hanya mematung melihat isi bangunan itu yang terlihat jelas dari luar, ya berdinding kaca.

Kemudian...

"Hyunjin! Kampret ya kau, aku seperti orang gila yang berbicara dengan angin." Ucap Jaemin yang tidak lupa menoyor kepala Hyunjin.

Jaemin sedang menceritakan betapa kesalnya ia terhadap Yeji karena telah mempermalukannya, bagaimana tidak Yeji mengguyur Jaemin dengan air yang bercampur lumpur juga berbau. Sebenarnya Jaemin juga salah, bagaimana Jaemin bisa membawa korek api ke sekolah, apalagi ia sangat jail, menyalakan korek itu tepat di pantat Yeji. Dan sekarang Jaemin menggunkan seragam olahraga.

"Ya itu juga salahmu sendiri. Apa kau tidak lelah berbicara seperti rumus luas persegi panjang?"

"Baiklah aku diam, btw kenapa kau berhenti di sini?"

"Kau tau mereka menjual apa?"

"Iya, aksesoris wanita, kenapa?"

Hyunjin menggeleng "Sudahlah ayo pergi." Hyunjin hendak merangkul Jaemin.

"Hmm Hwang Hyunjin! aku tau maksudmu. Sudahlah pasti Heejin senang." Jaemin menarik tas Hyunjin ke dalam bangunan tersebut.

"Tidak apa-apa kita masuk ke sini?"

"Kenapa tidak. Coba kau lihat-lihat, pilih yang menurutmu cocok untuk Heejin." jelas Jaemin. Hyunjin hanya mengangguk.

"Kau tidak ingin membelikannya untuk Yeji? Hitung-hitung untuk permintaan maaf."

"Kau tau sendiri kan, Yeji lebih suka makanan." Jelas Jaemin. Hyunjin mengangguk dan mulai memutari ruangan tersebut.

"Aku dapat."







Ke esokan harinya setelah kelas bubar Hyunjin dan Jaemin menghampiri bangku Heejin dan Yeji.

"Kenapa kau kesini?" Ucap Yeji dengan nadanya yang sedikit meninggi. Heejin yang di sebelahnya hanya menahan tawa.

"Baiklah aku salah Yeji, Aku tidak akan mengulanginya lagi. Janji." Jaemin mengulurkan jari kelingkingnya. Yeji berdecih.

"Ayolah Yeji! aku sudah janji." rengek Jaemin.

"Baiklah." jari kelingking Yeji melingkar sekilas.

"Tapi, apa yang kau bawa?" Yeji melirik kantong plastik yang ditenteng oleh Jaemin.

"Ini? Oh ini cemilan untukmu. Tanda perdamaian hehe." cengir Jaemin seraya menyodorkan kantong plastik itu ke Yeji.

"Asik! terima kasih Jaemin. Aku juga minta maaf telah mengguyurmu, tapi kau pantas mendapatkannya."

"Apa-apaan kau ini." Jaemin tidak bisa berkata apa-apa lagi dan diselingi kekehan dari mereka bertiga.

"Hyunjin! Kau tidak mau memberikannya?"

"Apa? Memberikan apa ya?" Hyunjin memasukan tangannya ke dalam saku celana.

"Tinggal berikan apa susahnya, tidak ingat kemarin kau berdiri di depan toko seperti orang bodoh." Rocos Jaemin.

"Teman-teman yang budiman ayo ke kantin, Jaemin akan membayarnya." Hyunjin berjalan mendahului mereka, disusul oleh Heejin dan Yeji dengan senang hati.

Jaemin menggeleng "Wah! Hyunjin, Hyunjin, -Apa? Membayarnya? Hwang Hyunjin!"







Hyunjin beberapa kali menelan salivanya. Hyunjin tidak mengeluarkan suara sama sekali kecuali jika Heejin yang memulainya. Sangat canggung padahal biasanya mereka rusuh.

"Hyunjin apa kau sakit? Kenapa diam saja?" Heejin kembali membuka suaranya. Sudah ke tiga kalinya Heejin bertanya seperti itu.

"Aku tidak sakit."

"Apa kau sedang menahan se-sesuatu? Apa kau tidak bisa mengeluarkannya?" Tanya Heejin kembali dan terdengar kekehan kecil dari Heejin.

"Apa aku terlihat seperti itu?" Hyunjin semakin malu.

"Ya bagaimana ya? Ya seperti itu."

Hyunjin menggaruk kepalanya yang tak gatal "Ayo percepat langkahnya aku ingin cepat sampai rumah, ku rasa kau benar." Dusta Hyunjin.

"Hahaha, baiklah."
























-tbcVote and comments chingu 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-tbc
Vote and comments chingu 💕

WAITING || 00 Line [COMPLETED]Where stories live. Discover now