- Prolog

2.8K 200 11
                                    

Di suatu tempat, seorang Ilmuwan yang sedang bertugas di malam hari bersama dengan rekan kerjanya dalam sebuah ruangan khusus tempat orang-orang beraktivitas untuk meneliti suatu objek, bisa di sebut sebagai Ruang Laboratorium. Namun, disana hanya terdapat mereka berdua saja yang ada.

Kedua pria dengan wajah berparas cukup tampan berumur panjang itu kini tengah mencoba memasuki benda air berwarna ke dalam wadah air berbusa berbahan kimia.

Keduanya terlihat serius dan berusaha fokus untuk membuat percobaan ini berhasil dengan semaksimal mungkin.

"Apakah kau yakin dengan ini, kita akan berhasil?" ucap pria berlesung pipi dengan pandangan tak yakin.

Sedangkan pria yang sedang mengerjakan penilitiannya kini terhenti dari kegiatannya langsung menatap ke arah rekan kerjanya dengan decakan yang menahan kekesalan.

"Apa sekarang ini, kau tidak mempercayaiku? Cobalah untuk tenang dan percaya padaku, kita akan berhasil untuk mencobanya dengan yakin." balasnya berusaha meyakinkan kemudian kembali lagi dengan pengerjaan yang sempat tertunda itu.

Pria itu menampilkan wajah keraguan dan tersirat rasa khawatir dalam benaknya, karena ia membayangkan hal lain saat ini jika itu benar-benar terjadi.

"Tapi-- aku takut kalau ini tidak akan berhasil, bagaimana jika hal ini nantinya berakibat buruk?"

Kembali terhenti dengan hembusan nafas kasar ia lakukan ketika rekan kerjanya terus saja mengganggu konsentrasinya itu.

"Kita belum mencobanya dengan benar dan sekarang kau memikirkan yang membuatmu merasa tak yakin, sebaiknya kau diam!"

Rasa kekesalan tak dapat ia tahan jika melihat keraguan seperti itu untuknya hadapi hingga membuatnya menjadi tidak leluasa dalam bertindak.

Sedari awal ia sadar, bahwa rekannya memang meragukan penilitian mereka serta rencananya untuk melakukan percobaan.

"Yoon Jin, kau pikir dengan caramu seperti ini akan selesai dan berhasil dengan egomu itu yang ingin membuktikkanya pada Tuan Jung?" cecar pria itu sambil melangkah ke jendela besar yang memperlihatkan hiruk pikuk Kota Seoul berserta bangunan pancakar di malam hari.

Kepalan di kedua tangannya ia lakukan, seberusaha mungkin dirinya menahan amarahnya saat ini.

Dengan menatap tajam tepat di kedua mata rekannya ia berucap tegas. "Memang itu yang aku harapkan, membuktikan padanya bahwa apa yang ia kira tidak seburuk dengan ucapannya itu!"

Merasakan hawa panas serta gejolak amarah dari temannya membuat dia menjadi berpaling pandangan, menghembuskan nafas untuk menetralkan rasa kegusaran.

"Tapi tidak seperti ini caranya Yoon Jin-ah. Karena jika ini terjadi, kau bisa melukai banyak orang dengan tindakkanmu itu, berfikir lah untuk keselamatan mereka." lirih terasa memelas dengan eksperesi lelahnya untuk membujuk watak tersebut.

Yang di panggil demikian menjadi mengatur emosinya untuk berfikir kembali, pandangannya menjadi sedikit menunduk ke bawah.

"Sebenarnya, aku juga tidak mau melakukanya dan melukai banyak orang, tapi aku sudah terlanjur kesal dengan pria tua bangka itu, Namjoon-ah!" lirihnya dengan kepala tertunduk untuk tidak terlalut dalam kekesalan serta luapan emosi.

"Aku hanya memberimu peringatan untuk kali ini saja, jika kau gagal itu tidak jadi masalah melainkan aku akan bersyukur. Dan jika sebaliknya kau berhasil dengan caramu seperti ini dan melukai banyak orang, maka bersiaplah dengan hidup dalam ketidak tenangan."

Kemudian berbalik akan meninggalkan ruangan itu tetapi kembali menghentikan langkahnya.

"Dan satu lagi, aku minta maaf tidak bisa membantumu dengan cara seperti ini. Aku tidak mau melukai bahkan cairan itu sampai pada keluarga ku sendiri, aku tidak akan memaafkanmu jika itu berhasil. Setelah ini, anggap saja aku adalah temanmu yang paling buruk dan jahat. Karena apapun itu yang menyangkut sebuah kesalahan maka tidak akan selamanya di benarkan, sekalipun kita pernah menjadi teman dekat."

Dengan pandangan sendu serta kasihnya ia memilih berbalik meninggalkan ruangan dan temannya dengan perasaan berat.

Berat karena tidak akan bisa membantu rencananya, serta berat telah berkata seperti itu seolah-olah keduanya akan kembali asing dan tak saling membutuhkan.

Ahn Yoon Jin hanya menatap kosong sahabatnya sendiri yang tidak bisa membantu dirinya dalam melakukan rencananya ini. Jika saja tidak menyakut dengan rasa sakit hati dan kekesalanya ia mungkin tidak akan melakukan hal demikian.

Dan sekarang ia menjadi bimbang dalam mengambil keputusannya, namun kembali saat dimana orang-orang berpangkat dengan jabatan tinggi itu selalu menghina kemampuannya ia segera memilih untuk melanjutkan rencananya dari awal.

Entah itu berakibat buruk dan fatal kedepannya ia akan menanggung resiko serta konsekuensinya.

****


F/W. Hallo semua, sebelumnya Terimakasih untuk kalian yang sudah mampir dan membacanya serta memberikan vote. Di cerita ini telah di revisi berusaha menjadi lebih baik, namun mungkin masih ada beberapa kekurangannya mohon bimbingan serta kemaklumannya.😇🙏

VIRUS (Ver. Eunkook) || REVISION✔Where stories live. Discover now