2. Tantangan untuk Aidan

1.4K 64 3
                                    

Siang ini pada jam istirahat Aidan dan kelima temannya asik bermain di lapangan basket

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Siang ini pada jam istirahat Aidan dan kelima temannya asik bermain di lapangan basket. Lapangan basket adalah tempat favoritnya disekolah selain kantin dan kopsis tentunya. Aidan dan teman-temannya memang jarang berada disekolah untuk waktu-waktu tertentu, bukan bolos melainkan disibukkan oleh lomba dan turnamen.

Sekarang Aidan dan kelima temannya yang tengah bermain basket tiga lawan tiga sedang menjadi tontonan menarik bagi banyak siswi yang sudah duduk rapi di tribun lapangan basket.

Mereka asik bermain hingga tak mempedulikan bel jam pelajaran yang telah berbunyi. Bel itu membuat para penonton pergi meninggalkan lapangan basket, tapi tidak untuk Aidan dan teman-temannya.

Tak terkecuali dengan ketiga gadis yang kini tengah berjalan memasuki lapangan basket. Aidan men-dribble bola sambil matanya fokus membaca situasi, kepada siapa ia harus mengoper bola yang berada ditanngannya.

"Dan! Oper ke gue Dan!" Teriak Seno yang kedua tangannya sudah diangkat keatas, ancang-ancang untuk menerima operan bola dari Aidan.

Aidan mengoper bola menggunakan overheadpass dengan sekuat tenaga. Bola bukannya melambung kearah Seno, tetapi malah melambung jauh melewati Seno begitu saja. Sehingga Seno tak dapat menangkapnya meski sudah melompat setinggi mungkin.

Aidan yang melihat arah bola yang menuju ke ketiga gadis yang tengah berjalan di tepi lapangan basket itu pun mencoba berteriak memperingatkan mereka. Bahaya!

"AWAS!" Teriak Aidan pada ketiga gadis tersebut, terlambat sudah.

Tapi ternyata teriakannya tidak berguna, karena teriakannya kalah cepat dengan bola yang sudah mengenai kepala salah satu dari ketiga gadis tersebut hingga membuatnya jatuh tersungkur.

"Sial!" Umpat Aidan, kemudian ia buru-buru menghampiri ketiga gadis tersebut untuk memastikan bahwa mereka baik-baik saja dan juga untuk mengambil bola.

"Shhh..." Exlyn mendesis menahan sakit, kepalanya terasa pusing dan bokongnya masih terasa sakit karena tadi ia jatuh terduduk.

Bolanya sangat kencang mengenai kepalanya, apa lagi bola basket sangat keras. Jika itu Cecil bukannya Exlyn bisa dipastikan ia akan langsung menangis seketika.

"Kamu nggak papa Lyn?" Tanya Cecil dengan raut wajah khawatirnya, juga Silvia yang yang cemas. Ia memegang bahu Exlyn, berharap sahabatnya itu baik-baik saja.

"Eh lo gak papa?" Tanya Aidan yang menghampiri mereka di tepi lapangan basket.

Exlyn memandang Aidan dengan tatapan kesal, pasalnya pemuda itu lah pelaku pelemparan bola basket yang mengenai pelipisnya. Mata Silvia dan Cecil terbelalak melihat siapa yang menghampiri mereka. Ya itu dia, seorang Jonathan Aidan sang kapten basket kebanggaan Jabos. Sedetik kemudian tatapan Silvia berubah, tapi tidak untuk Cecil yang masih terkagum-kagum dengan Aidan.

"Gak apa-apa mata lo soak! Liat nih pelipisnya! Kegores bola sialan lo! Kalo tadi dia pingsan gimana?!" Bentak Silvia pada Aidan, ia mulai berapi-api. Rasanya kepala Exlyn semakin nyut-nyutan medengar suara teriakan Silvia. Silvia sedikit berlebihan, padahal Exlyn tidak akan pingsan hanya karena bola basket. Tapi lain cerita jika itu Cecil.

Kapten BasketDonde viven las historias. Descúbrelo ahora