13. Meet the past

165 16 5
                                    

Cecil menggenggam tangan Exlyn, sambil menatapnya khawatir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cecil menggenggam tangan Exlyn, sambil menatapnya khawatir. Exlyn tersenyum ke arah Cecil, mencoba menenangkan sahabatnya itu. Ia tahu betul bahwa sekarang Cecil tengah mengkhawatirkan dirinya.

"Gue gak apa-apa Cil," Cecil menghembuskan napasnya kemudian merengkuh tubuh Exlyn.

"Yaudah, inget kalau selalu ada aku ya?" Exlyn tersenyum kemudian balik memeluk Cecil.

"Ini gak bisa dibiarin, bisa-bisanya kalian uwu-uwuan tanpa gue? Tega banget," Ujar Silvi yang baru saja tiba dikelas.

Exlyn dan Cecil sontak melepaskan pelukan mereka lalu tertawa sambil menatap Silvi yang sudah terlihat kesal.

"Udah selesai?" Tanya Cecil yang melihat Silvi menuju bangkunya. Silvi mengangguk sebagai jawaban setelah ia duduk.

"Abis ini bel soalnya," terang Silvi yang membuat Exlyn mengangkat sebelah alisnya heran.

"Kan bisa dispen,"

Silvi hanya menghendikkan bahunya menanggapi ucapan Exlyn. Urusan per-OSISan ini sungguh membuat Silvi pusing, hati dan pikirannya tertekan karena oknum bernama Arka.

Bel berbunyi, dan tak berselang lama guru mereka tiba. Seperti biasa Sean sang ketua kelas menyiapkan mereka semua dan memimpin memberi salam. Setelah semua memanjatkan doa, guru matematika sekaligus wali kelas Exlyn itu pun tersenyum.

"Ada kabar gembira, karena kelas kalian terdapat bangku kosong maka hari ini kalian kedatangan teman baru."

Mendengar itu detak jantung Exlyn naik, napas nya mulai sesak. Ia terengah-engah, dengan keringat dingin yang mulai mengucur keluar dari pori-pori kulitnya. Cecil memegang tangan Exlyn dengan erat dan mengelus nya. Cecil mencoba menguatkan Exlyn sebisa mungkin.

"Silahkan masuk, dan perkenalkan diri pada teman sekelas mu."

Pemuda yang diketahui sebagai murid baru itu pun masuk dan berdiri didepan. Tanpa memberikan senyuman ramah dan hanya menatap tajam.

Exlyn sangat mengenal wajah itu. Mata dan tatapan tajam itu. Bahkan...

"Salam kenal, gue Yeza."

Suara berat itu. Tubuh Exlyn melemas, menatap seseorang yang paling Exlyn takutkan tengah berdiri didepan sana. Apalagi saat tatapan mereka bertemu, saat bibir itu membentuk sebuah senyuman Exlyn berdiri dan berlari meninggalkan kelas.

Cecil langsung berdiri dari duduknya, "Maaf pak, Exlyn sedang kurang enak badan. Saya akan menyusul nya dan membawa dia ke UKS," ujar Cecil yang mendapat anggukan dari sang wali kelas.

Cecil bergegas, ia berlari keluar kelas menyusul Exlyn. Cecil berlari dikoridor sekolah dengan panik, ia berhenti setelah melihat Exlyn berada di gendongan Juna sudah tak sadarkan diri.

"Ayo segera ke UKS," ucap Juna tegas yang mendapat anggukan dari Cecil.

~Kapten Basket~

Kapten BasketWhere stories live. Discover now