Ika melirik gambar itu, "Bagus! Tuxedo buat siapa, La?" Tanya Ika.

Rafka yang tadinya sibuk dengan pekerjaan rumahnya mendekat, melihat ke arah gambar Laila.

"Ah, asal aja, Mi" Jawab Laila sekenanya.

"Asal aja udah sebagus ini, gimana kalau serius?" Sahut Rafka tanpa mengalihkan perhatiannya.

Ika dan Rafka saling tatap. Ibu dan anak ini tidak terlihat seperti ibu dan anak pada umumnya, mereka lebih seperti teman jika di lihat dari luar. Terlebih lagi Ika yang memang awet muda.

"Mau desain nya dong, La!" Seru Rafka.

"Ya udah ambil aja" Jawab Laila santai.

"Mi, untuk acara pembukaan cabang perusahaan Ayah, aku mau buat tuxedo ini!" Seru Rafka pada Ika.

Ika mengangguk setuju, "Setuju! La, selesaikan detailnya dong!"

Pinta Ika pada Laila. Laila menyerngit, "Tunggu! Maksudnya desain ini bakal di jadiin baju beneran?"

Ika dan Rafka saling tatap, lalu mengangguk serentak.

Laila membelalakkan matanya, "Nggak! Aduh, Mi, pakai desainer beneran aja lah. Yang Lala gambar jelek, Mi"

Ika menggeleng kuat, "Bagus, La! Ayo selesaikan detailnya!"

Ika meraih pensil yang ada di atas meja, lalu mengulurkan nya lagi pada Laila. Laila mendesah pelan, tapi mau tidak mau melanjutkan gambarnya.

Rafka dan Ika melihat Laila melanjutkan gambarnya. Sementara Laila melanjutkan memberikan sedikit detail untuk membuat tuxedo yang dibuatnya terlihat semakin pas untuk Rafka.

Setelah selesai, Laila tersenyum puas, lalu menatap Rafka dan Ika bergantian, "Nih udah!"

Ika menarik gambar Laila, lalu tersenyum. Rafka turut berdiri, melihat gambar akhir Laila lalu melakukan high five dengan sang ibu.

"Pada kenapa ini kok ribut - ribut?" Suara seseorang membuat Ika dan Rafka memutar tubuhnya.

Bimo dan Adnan yang berdiri di ujung anak tangga menatap ketiga manusia yang ada di lantai bawah itu heran.

Ika tersenyum sumringah, lalu berlari menaiki anak tangga. Bimo membulatkan matanya lalu menyusul Ika, "Bisa nggak kamu nggak usah lari-lari kayak gitu, Mi? Kalau jatuh gimana?" Omel Bimo pada istrinya.

Ika hanya bisa cengar-cengir, lalu memberikan gambar Laila pada Bimo, "Gambar Laila, buat tuxedo Rafka ke peresmian kantor baru kamu"

Mendengar nama Laila di sebut, Adnan diam-diam turun ke bawah, berdiri pada 2 anak tangga di atas Bimo, dari sini ia bisa melihat dengan jelas tuxedo yang Laila gambar.

Adnan mematung, tiba-tiba rasa tidak terima memenuhi hatinya. Melihat Laila mendesain langsung sebuah tuxedo untuk Rafka melukai harga dirinya. Bahkan ia saja sebagai suami belum pernah dibuatkan.

"Ekhm, permisi Pak Bimo, saya mau pamit pulang, besok saya penerbangan pagi" Pamit Adnan yang membuat konsentrasi Bimo dan Ika beralih.

"Iya, Mi. Aku juga mau ngantar Lala pulang" Timpal Rafka.

Laila dan Adnan membulatkan matanya. Sementara Laila karena terkejut, Adnan lebih ke arah marah.

"Nggak usah, Ka. Aku pulang sendiri aja" Sahut Laila cepat. Ia melirik Adnan, jelas sekali Adnan tengah menahan emosinya kini.

"Ini udah malam, La. Nanti kamu kenapa-napa lagi, atau mau nginap disini aja?" Sambung Ika yang membuat Adnan semakin mengepal tangannya kuat.

"Laila pulang sama saya" Potong Adnan cepat dan terkesan dingin.

LAILAWhere stories live. Discover now