MLB-7

3.2K 278 6
                                    

Ramon menuruni anak tangga riang, bersiul pelan hingga membuat Rey yang sedang berada di ruang keluarga menjadi heran.

Rey heran.”Mau kemana, kak?”

“Pergi ... dengan Riby,” jawab Ramon ringan.

“Kalian mau kencan?” Rey meletakkan stick Ps-nya, menatap Riby dan Ramon dengan sejuta tanda tanya dan juga tanda baca.

“Kenapa kaget gitu? Ini cuma jalan-jalan biasa aja kok.” Ramon menggulung kemejanya sampai siku.

“Berdua ... itu namanya kencan. Kecuali aku ikut, maka itu disebut jalan-jalan biasa.” Rey memainkan alisnya, menggoda Ramon.

“Kali ini aku tidak ingin mengajakmu, biarkan kami berdua.” Ramon melotot ke arah Rey.

Rey mengalah, kembali meraih stick dan melanjutkan gamesnya. Riel datang menghampiri Rey.

“Ikutan main donk.”

“Loh, nggak keluar emang, Riel?” tanya Rey, sambil terus fokus ke layar televisi.

“Keluar ke mana? Ke hongkong?” balas Riel datar, lebih datar dari papan setrikaan.

“Loh, mama bilang ... kau punya kekasih, namanya ... Sheina,” sambung Ramon.

“Udah putus,” jawab Riel sedikit ketus.

Rey langsung tertawa terpingkal-pingkal. Riel langsung garuk-garuk kepala melihat kelakuan Rey.

“kak Rey kenapa? Seneng banget kayaknya denger adeknya jomblo.”

“Lucu aja. Perasaan kemarin masih baik-baik aja, Riel. Sekarang seorang Riel ... pangeran kampus, menjomblo. Tapi ... besok juga sudah menggandeng yang lain,” tebak Rey.

“Benarkah ... setenar itu kamu, Riel.” Ramon tertawa, sesekali ia melirik ke arah lantai dua, menunggu Riby keluar.

“Tidak juga. Kak Rey ... sok tau nih.” Riel menepuk lengan Rey dengan keras.

Karpet deh Riel ... pake besi mukulnya.” Rey meringis, mengusap lengannya yang terasa pedih.

“Kak Ramon, yuk.” Tanpa sadar Riby sudah hadir di antara mereka.

Ramon mengangguk. “Hei ... kalian... Rey dan Riel, adik kesayangan, jaga rumah baik-baik.”

“Hmmm mentang-mentang deh,” sungut Rey.

Riby tak bicara apapun, ia hanya melemparkan senyuman pada Riel dan Rey.

“Kayaknya kakak sedang jatuh cinta, deh,” ucap Riel tanpa sadar.

“Ya memang kak Ramon sedang jatuh cinta, gimana sih,” balas Rey.

“Sama siapa?”

“Sama Riby. Haishhh ... sudahlah,” kata Rey.

Riel menepuk jidatnya,”maksud Riel itu kak Riby. kayanya lagi jatuh cinta. Kalau kak Ramon ... jadi kak Ramon beneran suka sama kak Riby? kita semua kan kakak beradik.”

“Kita lihat saja nanti, Riel, bagaimana kelanjutannya. Aku juga merasa ada perubahan pada Riby.Tapi Riby jatuh cinta sama siapa ya. ” Rey menopang dagunya dengan tangan kiri.

“Bisa aja dengan teman sekantor, Kak. Teman sekantornya kan kebanyakan laki-laki.” Kini Riel ikut menopang dagunya.

“Wah ... iya. Itu gawat, Riel.” Rey memukul lengan Riel.

“Kenapa gawat?” Riel menatap Rey dengan bingung.

“Ah .. tau deh, ayo main aja.” Rey meraih Stick dan mengabaikan segala pikiran-pikiran buruknya. Mungkin ia bisa mendiskusikannya nanti dengan Ramon.

My Lovely BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang