NICHOLAS GAEL

111 8 0
                                    

Cuaca cukup cerah saat pesawat landing dengan baik di Bandara Soekarno Hatta. Kulirik jam dipergelangan tangan kiriku, jam 8 pagi. Satu persatu penumpang menurunkan bawaannya dari kabin.

Aku dan beberapa orang lain yang duduk dibangku belakang masih belum beranjak dari tempat duduk. Lorong masih penuh. Tentu butuh waktu agar para penumpang di bagian depan bisa turun terlebih dahulu.

Ah sayang banget aku mungkin tidak bisa bertemu Rendy lagi. Dan malangnya, aku belum menanyakan nomer telp dia. Biarlah, toh Rendy punya nomer telfonku. Jika dia berniat, tentu bisa menghubungi.

20 menit berselang. Akhirnya lorong sedikit lengang. Aku berjalan tergesa menuju tempat pengambilan barang dibagasi.

"Yud, dimana?" Tanyaku sambil menunggu barang.

"Kantor" Yudi membalas cepat.

Ragu, aku menghela nafas membiarkan pesan itu tanpa membalas.

"Kenapa?" Yudi mengirim pesan kembali beberapa menit kemudian.

Setelah mengambil koper, aku segera berlalu menuju pintu keluar. Pesan Yudi belum terbalas.

"Hotel Arta Muria." Aku menyebutkan tujuan setelah duduk didalam sebuah taxi berwarna putih. Sopir taxi mengangguk dan melajukan mobil menyusuri jalanan Bandara yang ramai.

***

Setelah proses registrasi peserta rapat, panitia memberiku kunci kamar. Aku segera bergegas, yang kubutuhkan adalah berbaring dan mandi untuk menyegarkan badan.

Tepat jam 12 siang. Masih ada waktu 2 jam sebelum rapat kerja dimulai.

"Aku di Jakarta." Tulisku setelah sampai dikamar, membalas pesan Yudi tadi pagi.

Membuka sepatu, blazer lalu kemudian merebahkan badan. Kasur bergoyang kasar menahan berat badanku yang cukup berat.

Saat hendak memejamkan mata sejenak, gawaiku berdering.

Yudi. Nama yang tertera dilayar.

"Hai, Mel. Ada agenda apa di Jakarta?" Yudi menyapa ramah.

"Kerja. Ada rapat sampai hari Rabu."

"Wah, wellcome to Jakarta. Aku siap jika kamu butuh sesuatu disini, Mel."

"Oiya."

"Atau aku ajak kamu dinner malam ini, gimana?"

"Rapatku sampai jam 9 sih. Apa enggak terlalu malam?"

"Its Ok. Aku baru pulang kantor biasanya jam 8 kok. Nanti aku jemput dilobi ya."

"Oke."

Obrolan kami berakhir. Aku harus bersiap-siap untuk rapat.

***

"Hai, Mel. Kenalkan ini Nicholas." Yudi menyapa ramah. Sosok bule, tinggi dan tampan tersenyum disebelahnya. Aku tersenyum kikuk,menyambut uluran tangan Nicho.

"Aku sudah mengenalnya. Akhirnya kita bisa bertemu ya." Sahut Nicho.

"Kenal? Nicho.. ." Yudi mencubit perut Nicho dengan gemas. Lelaki bertubuh tegap itu meringis dan tersenyum.

Aku salah tingkah. Uugh, mereka yang bermesraan pipiku yang bersemu merah. Tubuhku tiba-tiba kaku.

"Kita kemana nih?" Aku mencoba mencairkan suasana.

"Dihotel ini ada cafe. Daripada harus berjibaku dengan kemacetan Jakarta, iyakan." Sahut Yudi.

"Baiklah. Aku ikut saja." Jawabku.

Single AvailableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang