[55] dirayain ceritanya

851 208 156
                                    

Sore ini aku olahraga. Habis pulang dari kampus yang mulai mengurusi skripsi (jangan kaget aku sudah mau lulus lagi soalnya time do flies), dimudahkan bertemu dosen pembimbing hari ini, makanya aku mau reward untuk menyapa semua orang yang aku temui dari gerbang kompleks. Aku sudah sapa pak satpam, tadi sapa ibu RT, sapa bocah kecil walaupun aku berakhir di ceng-cengin dasar anak orang suka gak tahu diri, untung mood aku lagi senyentrik matahari sore.

Jalanan senggang sebelum rumahku terlewati, jalanan yang bulan kemarin sempat di buat aspal baru jadi tidak terlalu banyak krikil di jalan, jadinya tidak ada mainan buat aku untuk menendang. Tidak sedih, sih. Soalnya kadang-kadang aku sering kesandung, sekarang jarang.

Tapi ya, gara-gara aku beberapa tahun ini keseringan naik ojek online yang benar-benar diantarkan sampai depan rumah, aku sekarang rada ngos-ngossan terus aku baru sadar kalau aku sudah tua. Padahal, bawaan aku tidak seberat zaman SMA yang sudah seperti kuli bangunan. Aku cuma bawa tas isi kertas-kertas print, walau isinya berupa coretan dosen semua sebab banyak yang harus di revisi lagi. Tapi semua gak masalah, yang penting aku ketemu dulu sama dosennya. Meskipun aku tahu banget sih, tidak lama lagi teror berupa tagihan bab per bab akan menjadi mimpi buruk tiap malam.

"Capek bener, neng."

Kendati begitu, sekarang ada yang disebut kembali.

"Sore, Cinta. Kok bengong? Awas jadi siluman."

Walaupun ngeselin.

Tapi tak mengapa, aku mematri senyuman kecil sambil memamerkan plastik hitam yang aku tenteng sedari tadi, "Aku gak bawa kue, tapi tadi ada nenek-nenek jualan gorengan, aku kasian terus aku beli lontongnya."

Kak Hoseok mematikan selang airnya setelah menyiram semua tanaman di pekarangan rumahnya (kadang-kadang dia iseng sampai siramin pekarangan rumahku juga dari rumahnya), "Gak papa, amal. Nanti kita tambah langgeng."

Sehabis mengelap tangannya ke bajunya, dia menghampiriku dan langsung menggaet tanganku buat digenggam. Lantas kami berakhir di balkon kamarnya dengan sepiring lontong dan sambal kacang yang disiram di atasnya dan otak kreatif Kak Hoseok ngide sendiri untuk menusuk lilin angka 3 di atas lontongnya.

"Korek, korek," aku ambil korek yang ada di meja belajarnya, kebetulan melirik bungkus rokok yang tergeletak di atasnya  "Kamu udah ngerokok berapa kali seminggu ini?"

Kak Hoseok menyalakan lilinnya sebelum menjawab, menyengir garing, "Maaf, maaf, janji, abis itu sesuai jadwal lagi, ya?"

"Awas ya mangkir lagi dari jadwal, beneran aku mah, kamu aku dorong sekarang juga."

"Iya, maaf, gak ngulang lagi, suwer," semulus wajahnya, dia langsung mengalihkan topik menjadi tepukan tangan yang meriah, "Selamat happy anniv, kami ucapkan, selamat langgeng banget kan kita doakan, selamat sejahtera, sehat, sentosaaaaa, selamat happy anniv dan bahagiaa!"

Sekali-kali bangga punya pacar yang otaknya keseringan out of box, aku juga menjadi pacar yang suportif yang selalu mendukung apa yang dia lakukan, contohnya; ikutan tepuk tangan sesuai nada dan belum punya keinginan buat nampol.

"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya!"

Belum aku hitung Kak Hoseok sudah tiup lilinnya, pakai hidungnya. Mikir gak sih lu. Dia ketawa sendiri, aku lagi mikir gimana caranya buat bersikap manis tapi pacarnya malah makin freak dari segala angle. Untung sayang.

"Kamu jangan makin freak dong," dumel aku, menonjok bahunya pelan, yang lagi proses makan, ngunyah terus, tapi masih sayang karena sudah siap suapin aku yang aku terima ikhlas lapang dada. "Aku revisi lagi tahu."

"Semangat!" Kedua tangannya mengepal sambil digoyang-goyang, "Jangan nangis, tapi gak papa sih, aku juga waktu itu mau nangis, tapi kalo mau nangis bilang aku? Nanti aku peluk."

"Aku trauma liat kamu ngerjain skripsi waktu itu, udah kayak mayat hidup, kalo aku kayak gitu gimana?"

"Nanti aku bantuin, jangan takut dulu, jalanin aja dulu," sangat memotivasi meskipun aku tidak—belum termotivasi, soalnya ya benar juga kata Kak Hoseok, harus di jalanin dulu. Tapi sih, kalaupun aku bakal jadi mayat hidup kayak Kak Hoseok dulu, yang susah Kak Hoseoknya sendiri, biar sama persis sama aku dulu yang kebingungan harus hibur pakai metode apa lagi supaya dia gak tertekan sama skripsinya. Waktu itu, aku ajak keluar, aku jajanin malah, pikirannya di awang-awang, makannya gak fokus, sakit dua kali, marah-marah tiap minggu sudah kayak aku pms, aku peluk cuma balas hm, aku gombalin lewat chat, gak dibaca. Pusing. Setelah aku menerima suapan yang ketiga, dia berimbuh kembali, "Kamu mau 3,5 tahun, ya?"

"Iya, bub, doain ya. Supaya cepet kelar."

"Amiiiin," menenggak minumannya, kali ini Kak Hoseok menyediakan sirup marjan sebagai minuman kita hari ini dan rasanya pas, gak terlalu manis. "Oh iya, kamu inget Bang Seokjin yang aku pernah ceritain?"

"Inget mulu, aku mau minta nomornya tahu sama kamu."

"Hah? Buat apa? Kok kamu tahu dia ganteng?"

"Emang iya?"

Kak Hoseok dorong bahu aku, "Gak! Gak aku kasih nomornya," sahutnya galak, padahal aku mau bilang makasih sama Bang Seokjin Seokjin itu, berdasarkan cerita Kak Hoseok, Bang Seokjin ini senior yang paling baik sama dia. Kalau aku dengar cerita perlakuannya selama jadi pegawai baru di kantornya dulu, aku mau obrak-abrik satu angkatan senior divisinya tapi kata Kak Hoseok, Bang Seokjin ini beda sama yang lain. "Dia rekomendasiin aku. Jadi, tiga hari setelah hari ini aku dikirim jadi tim perusahaan."

Mulut aku menganga, speechless, beneran aku gak tahu lagi mau ngomong apa, tapi senang banget? Tanganku menyambar kedua tangan Kak Hoseok, "Wow? Beneran?! Kemana?"

"Singapur."

"Yes! Oleh-oleh berarti!"

"Tapi itu," Kak Hoseok menghadap aku, wajahnya tidak seantusias aku yang sudah kepikiran mau titip barang apa saja kalau dia kesana, "Tapi lama," lanjutnya, jarinya merapihkan poni yang ada di dahi aku, "Tiga bulan."

Sip👌👌 ldr ini mah.

Tapi si Hoseok emang licin banget kayak belut, aku sudah pasang muka sedih terus dia ambil kesempatan buat minta peluk yang keenakkan di dia soalnya bisa mengendus terus cium kepala, pas dilerai, dia nyengir, "Kamu tipe pacaran yang ciuman pas pacaran atau ciuman kalau udah nikah?"

Kurang ajar, belut.

"Aku bilangin ke Mamih ya kamu."

"AMPUN! IH, BERCANDA!" Wajahnya menggambarkan panik tapi jelas-jelas ada pesan tersirat yang akhirnya keluar dari bibirnya, mencicit kecil, "Cepu."

Y aj. Dasar belut listrik.

"Aku mau ke kamar mandi dulu!"

Sudah memastikan kamar mandi terkunci dan seratus persen aman, sekarang kalau aku mau kolaps lima menit Kak Hoseok curiga gak, ya?

---

pasti kalian gregetan kan

oiya untuk masalah skripsi maaf bgt kalo ngasal >___< akunya belom pernah skripsi ^___^ yg baik kasih tau dong step-stepnya ixixixixixi ^___^

get ready for another 》》》time gap《《《

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now