[1] senin, di sore hari

3.5K 532 179
                                    

Aku itu pengeluh.

Jago, bisa dibilang.

Padahal Mama sering menegurku karena itu dan aku cuma melirih pelan kalimat yang sama lagi, "Iya, iya, maaf, Ma," dan mengaku sudah melekat dan menjadi kebiasaan.

Lalu?

Satu-satunya ingatan terakhir yang terbesit sebelum terbirit-birit masuk kamar adalah siluet sapu lidi yang siap menerjang kapan saja. Ah, serem.

Sore hari setelah pulang sekolah adalah waktu yang tepat untuk mengeluh, perihal; tugas, tugas, guru, sekolah lagi, senin yang lelah, temen nyebelin, teman cepu, temen makan temen, tugas kelompok, teman gak tahu diri, ambisius, tugas, teman, ih aku kok bodoh.

Kerikil beradu dengan ujung sol sepatu milikku tapi pemenangnya selalu sepatu usang nan buluk ini lantaran sebagian kerikil hanya berakhir disundul atau terinjak, meskipun sebagian dari mereka juga gak sampai hancur berbubuk sih.

Melewati jalanan senggang, tepatnya sebelum rumahku, ada rumah tetangga yang sering aku pandangi sebelum benar-benar masuk pekarangan rumah. Fokusku berada di ujung atap sebelah kirinya, gak terlalu kiri sih, di sana ada matahari sore. Matahari jam setengah lima yang sudah gak terlalu menyengat seperti di jam tiga. Matahari dengan warna oranye hangat.

"Dasar kampret, sialan." peluhku berucap, kasar, sambil memandang matahari begitu. "Gak tahu diri, sialan, fuckers."

Pesialan yang aku maksud adalah teman-teman sekelompok—gak sudi sebenarnya—yang numpang nilai presentasi sedangkan sebagian jawaban dibebankan kepadaku. Kampret.

"Rasanya mau nikah aja."

"Kalau kamu cukup umur, saya juga mau."

Aku tersentak kaget. Tahu menahu ada orang lain—eh bukan, ini mah tetangga baruku, menyengir sambil menekan ujung selang airnya supaya bisa menjangkau kebun bunga pekarangan rumahnya. Pertanyaannya; aku sebego apa sih sampai gak sadar ada orang disini?

"Oh, hai Kak."

"Hai juga."

"Udah lama ya, Kak? Disitu?"

"Sepuluh menit? Gak tahu deh, lupa. Gak ngitung."

Iya, mampus aja aku. Menyematkan senyum kikuk aku berucap sopan, "Kalau gitu, aku masuk ke rumah dulu ya, Kak. Sore, Kak Hoseok."

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now