Donghyuk

552 47 5
                                        

Sebulan sudah berlalu.

Aku memandang buku catatanku yang berisi rincian sebuah rencana. Aku bahkan sudah melakukan percobaan-percobaan kecil selama sebulan ini untuk memastikan rencanaku berjalan lancar.

"Chanwoo, saatnya makan." Yuhyeong Hyung memasuki ruangan kami dan menghampiriku. Aku segera membalik halaman buku pelajaranku yang kugunakan untuk menyelipkan buku catatan.

"Kau belajar pagi-pagi begini? Tumben." Yunhyeong Hyung menatap bukuku tanpa minat.

Semua member disini benar-benar tidak suka membaca buku kecuali Donghyuk si anak pintar. Aku dan Junhoe terpaksa membaca buku karena tuntutan sekolah. Kami bertiga masih bersekolah meski jarang masuk karena kesibukan kami sebagai trainee.

"Yah, ujian sebentar lagi, Hyung." Aku menutup buku dan mengembalikannya ke rak kecil. Aku tidak perlu khawatir buku catatanku akan ditemukan member lain. Mereka tidak akan mau menyentuh buku pelajaran.

Aku sengaja menyimpannya di tempat terbuka begini. Bila aku menyembunyikan di tempat tak seharusnya meletakkan buku, itu malah akan membuat mereka menemukannya secara tak sengaja, mengingat hyung-hyungku yang pecicilan dan hiperaktif.

"Pantas saja wajahmu terlihat serius akhir-akhir ini. Biasanya kau selalu cengengesan membuatku ingin menendang pantatmu."

Aku tertawa dan mengekori Yunhyeong Hyung menuju ruang tengah. Tinggal Hanbin Hyung dan Jinhwan Hyung yang belum ada disana. Mereka memang sangat sulit dibangunkan.

"Ini untukmu dan Hanbin yang tidak pedas." Yunhyeong Hyung memberiku dua piring nasi goreng kimchi. Baunya sangat enak.

Sebelum duduk, aku menggantikan Yunhyeong Hyung untuk membangunkan mereka berdua. Aku hanya perlu menyodorkan piring tepat di depan hidung mereka dan itu sangat efektif untuk membangunkan beruang hibernasi seperti mereka.

"Padahal aku sampai membangunkan mereka berkali-kali." Yunhyeong memandangku keheranan saat aku kembali dengan dua manusia kelaparan yang mengekorku di belakang.

Kami menikmati sarapan dengan obrolan-obrolan kecil. Aku mengambil tempat di sisi Donghyuk. Hari ini aku akan menghabiskan waktuku sebaik mungkin dengannya sebelum aku tak bisa merasakannya lagi.

.

"Angkat tanganmu sedikit lebih tinggi lagi." Donghyuk mengajariku menari dengan sabar. Dia memperhatikan detail-detail kecil yang kulewatkan.

Aku menari di depannya dan menurutnya gerakanku sudah lebih baik dari sebelumnya. Kini dia menyuruhku beristirahat bersama member lain sementara dia mendiskusikan koreo bersama Hanbin Hyung.

Ah, Donghyuk. Bagaimana bisa ada manusia sebaik dirinya? Dia selalu tersenyum dan tak pernah mengeluh. Dia adalah anak polos yang sangat menyayangi orang-orang di sekitarnya.

"Donghyuk, mau makan di luar?" tanyaku saat Donghyuk sudah selesai berdiskusi.

"Tentu." Dia tersenyum. Padahal aku tau dia lelah, tapi dia memilih untuk menemaniku. Yah, aku juga tahu Donghyuk tak akan bisa menolak dimintai bantuan. Member lain memilih untuk delivery karena terlalu lelah.

Kami berjalan kaki menuju kedai yang tak terlalu jauh. Sepanjang perjalanan kami mengobrol banyak hal mengenai sekolah, musik, dan lainnya.

Setelah makan, Donghyuk memintaku mengantarnya ke suatu tempat. Aku sudah menduganya, hari ini adalah ulang tahun ayahnya. Karena itu aku mengajaknya makan bersama siang ini karena tahu dia akan mengunjungi ayahnya di waktu istirahat.

Aku melihat Donghyuk yang menangis di pusara ayahnya. Aku hanya melihatnya dari kejauhan, membiarkannya sendiri. Pasti berat sekali rasanya kehilangan sosok ayah di usia dini.

Return: After a WhileDonde viven las historias. Descúbrelo ahora