Part 12

4.1K 293 73
                                    

Next part, judul ganti SWEET HONEY, oke?

Debar di dada pria dengan jaket bomber dan celana jeans itu semakin tak beraturan kala gadis di hadapan menatapnya lekat.

Tatapan dua insan itu bersirobok untuk beberapa detik. Lalu ...

"Ehm!" Hani kembali ke alam sadarnya sebelum pesona pria itu berhasil merenggut kewarasannya.

"Sudah, ya, Tuan. Saya harus pergi. Oh, iya, jangan lagi temui saya atau pun kedua majikan saya!" sambungnya kemudian.

"Jadi, kamu nolak aku?" tanya Reymond.

"Terserah mau disebut apa, yang jelas, saya berharap kita nggak akan ketemu lagi." Usai mengucapkan kata terakhir, gadis itu berlalu. Kembali ke tempat di mana majikannya berada. Sedang pria jangkung itu hanya menatap kepergiannya dalam diam.
________

Saat Hani kembali, Kakek tengah duduk bersama kedua orang tua Indah di kursi tunggu depan kamar inap. Sedang dua orang yang mereka bicarakan berada di dalam kamar.

"Maaf, Bapak, Ibu, bukan saya mengusir Indah dari rumah, tapi ... sebaiknya Indah tidak lagi kembali ke rumah Galang. Galang sudah memutuskan untuk mengambil jalan perpisahan. Keputusannya sudah bulat. Maaf, saya tidak bisa membantu menyatukan mereka kembali, Galang sudah terlalu sakit hati."

Bapak dan Mamak hanya tertunduk lesu. Wanita paruh baya itu, menitikkan air mata.

"Maafkan kami, Pak Bambang. Kami telah gagal dalam mendidik anak. Jadi, kalau Galang sudah memutuskan untuk menceraikan Indah, kami menerimanya. Akan kami ambil kembali Indah." Suara serak Bapak mengisyaratkan ada tekanan di batinnya. Lengan hitam terbungkus kemeja yang hampir pudar warnanya itu mengusap mata untuk menghapus genangan di sana.

Kakek menghela napas panjang. "Meski usia pernikahan mereka baru dua bulan, tapi apa mau dikata, Galang sudah memutuskan untuk bercerai. Meski begitu, saya, selaku kakeknya, tak akan lepas tanggung jawab begitu saja. Saya akan berikan uang kompensasi atas keputusan cucu saya."

"Maksudnya, Pak?"

"Saya akan memberikan seratus juta untuk Indah. Biarkan dia mengelola uang itu untuk membuka usaha kecil-kecilan. Bimbing dia ya, Pak, Bu."

"Se-seratus juta?" Dua pasang mata itu membeliak kaget.

Senyum kecil terpoles di bibir pria tua itu. "Kenapa? Bapak Ibu kaget? Sebenarnya, saya memang punya banyak uang untuk saya wariskan kepada Galang sebagai cucu satu-satunya. Tapi, Galang belum mau menerimanya. Ia ingin mencoba usahanya sendiri sekarang. Berusaha dari nol. Ingin merasakan susahnya cari uang meski nantinya, saat saya meninggal, semua harta yang kupunya akan jatuh padanya. Termasuk aset-aset berupa hektaran tanah dan sawah di kampung."

"Ja-jadi Pak Bambang ini sebenarnya orang kaya?"

"Sebenarnya, saya dilarang mengatakan hal ini sama Galang. Dia ingin sekali mempunyai seorang istri yang nggak materialis. Galang pikir, Indah seperti itu. Tapi ternyata kami salah menilai. Maaf, saya mendengar pembicaraan kalian di taman waktu itu."

Bulir bening berjatuhan tanpa henti di pipi Mamak. Sedang Bapak hanya terdiam, mengusap wajah kasar. Mereka merasakan malu yang luar biasa atas kelakuan putri mereka. Terlebih, kakek Galang mengetahui kenyataan ini. Wajah seperti dilumuri kotoran oleh putri mereka sendiri.
_______

Sementara itu, di dalam kamar inap, Galang yang duduk di kursi roda, menatap langit melalui jendela. Indah duduk di ranjang menghadap ke arah pria berwajah tegas tersebut.

"Yang ...."

"Sebaiknya kamu nggak usah manggil dengan kata 'Sayang' lagi. Hubungan kita udah nggak seperti dulu lagi."

Sweet Honey (COMPLETED √)Where stories live. Discover now