Part 7

3.6K 176 1
                                    

Perempuan cantik di kursi roda itu tampak cemas. Menanti kehadiran sang suami yang dikabarkan akan dipindah ke ruang inap sebentar lagi. Demi bisa satu ruangan dengan sang suami, Indah telah pindah ruangan ke kelas satu yang berisi dua ranjang di tiap kamar.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Galang datang juga dengan berbaring di ranjang dorong. Indah ditemani Hani menanti dengan antusias pemindahan pria itu ke ranjang kamar.

Usai menjalani proses pemindahan yang cukup ribet dan pengecekan kondisi ulang, akhirnya para perawat keluar setelah memastikan semua prosedur telah selesai dilakukan. Kini, yang tersisa di ruangan 5x7 meter itu hanya Galang, Indah, dan Hani.

"Yang, kamu nggak pa-pa, kan? Apa yang kamu rasain? Aku khawatir banget sama kamu, Yang ...." Wanita itu mencoba meraih tangan Galang yang tertancap selang infus. Namun, pria itu serta merta menghalau.

"Jangan sekali-kali menyentuhku! Sana!"

"Yang ...."

"Bawa majikanmu ke ranjangnya, Han! Terus tutup tirainya!" perintah Galang pada Hani.

"Tapi, Yang--" kilah Indah.

"Sudah, Mbak. Ayo, istirahat dulu. Mas Galang juga mau istirahat," potong Hani seraya menarik kursi roda kemudian memapah sang majikan naik ke ranjang lalu menutup tirainya.

"Sayang ...!" teriak Indah.

Hening. Tak ada sahutan.

"Mbak, sebaiknya Mbak Indah istirahat dulu. Kalau Mbak teriak-teriak, nanti perutnya sakit lagi." Gadis berjilbab itu mencoba menenangkan.

"Tapi, Han--"

"Sudah, Mbak. Sudah. Mas Galang juga perlu istirahat. Kakinya barusan dioperasi karena patah. Mas Galang pasti kesakitan. Jadi, biarin istirahat dulu."

Atas penjelasan itu, akhirnya wanita berambut panjang itu menyerah juga. Ia lantas diam, tak berkata-kata lagi. Mungkin pengaruh obat yang diminumnya beberapa waktu yang lalu, kini kantuk menyerang. Mata mulai menutup perlahan.

Hani menyelimuti sang majikan yang telah pulas. Membereskan bekas tempat makan yang telah kosong lalu meletakkannya di depan pintu kamar untuk diambil kembali oleh petugas kebersihan.

Sekembalinya masuk ruangan, Hani mendengar desah napas di ranjang sebelah. Ia lalu segera menghampiri arag sumber suara.

"Mas ... Mas Galang ...," lirih gadis itu memanggil untuk memastikan keadaan Galang.

Pria itu menoleh ke arah Hani.

"Kenapa, Mas?"

"Dingin, Han. Tolong matiin AC. Platina yang barusan dipasang bikin ngilu kalau kena dingin."

"Oh, iya, Mas."

Perintah segera dilaksanakan.

"Sudah, Mas. Ada lagi? Mas mau minum? Mau makan?"

"Iya. Aku haus. Tolong ambilin minum, Han."

Gadis itu segera mengambil botol air mineral yang ada di meja lalu menyerahkan pada Galang.

"Makasih," ucap pria bermata hitam itu.

"Gimana keadaan Mas Galang? Sakit, ya, Mas?"

Sebuah senyum sinis tercetak di bibir pucat pria itu.

"Sakit?! Iya, sakit banget! Bukan di kaki atau badan, tapi di sini." Telunjuknya menempel di dada. Melukiskan betapa hati itu terluka. Kesakitannya bahkan melebihi rasa sakit patah kaki akibat kecelakaan tadi.

"Yang sabar, ya, Mas ...."

Mata hitam itu menatap Hani.

Tik tok tik tok!

Sweet Honey (COMPLETED √)Where stories live. Discover now