SATU

8K 637 20
                                    


Baekhyun menatap jalanan besar yang padat oleh kendaraan, juga Gedung-gedung pencakar langit yang dilewatinya dengan datar.
Tidak ada satupun yang terlintas didalam otaknya. Fikirannya kosong. Melompong.

Apa yang terjadi pada hidupnya akhir-akhir ini terasa sangat memuakkan. Seperti tayangan drama yang sering ibunya tonton disore hari. Dimana waktu tayangnya berbarengan dengan sinema anak kesukaan Taehyung, kemudian keduanya akan membuat rumah gaduh karna berebut remot. Padahal Taehnyung sangat dekat dengan Ibu. Tapi begitu sore tiba, Ibunya yang katanya paling Cantik didunia, akan berubah menjadi musuh yang patut dimusnahkan.

Ah, sudahlah. Mengingat Orang rumah hanya membuat Baekhyun sedih dan ingin melompat dari dalam mobil, kemudian berlari pulang kerumahnya. Tapi mobil yang saat ini ditumpanginya tengah melaju kencang. Bagaimana mungkin dia masih bisa berlari jika kemungkinan hidup saja sangat diragukan setelah berhasil melompat.

"Apa kau sudah pernah ke Seoul sebelumnya?"
Baekhyun tersentak oleh pertanyaan tiba-tiba dari orang disebelahnya. Lebih tepatnya seseorang yang mengemudikan mobil yang dia tumpangi saat ini.

"Sudah.. Saat umurku 11 tahun. Waktu itu, aku ikut Appa mengantar Sapi."

"Benarkah? Bukankah mengantar sapi menggunakan mobil Truk?"

Baekhyun terkekeh karna pertanyaan Tuan Park mengingatkannya pada masa itu. "Iya.. Saat itu kami menumpang pada mobil kota yang suka mengangkut sayuran dari desa. Appa membiarkanku duduk didepan bersama seorang paman, sedangkan dia harus disembunyikan didalam terpal bersama sapi karna kami harus masuk jalan Tol."

Tuan Park tergelak mendengan cerita Baekhyun. "Appa-mu pasti sangat menderita."

Baekhyun tersenyum sendu. "Benar.. Appa selalu melakukannya. Dia selalu melakukan apapun asal bukan kami yang menderita."

Tuan park tersenyum hangat. Tangan kanannya mendarat diatas kepala Baekhyun, kemudian mengusapnya lembut. "Kau sangat dekat dengan Appamu?" Tanyanya.

Baekhyun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kedua matanya memanas. Tiba-tiba saja dia merindukan sang Ayah.

"Hangeng sangat beruntung memiliki putra yang sangat menyayanginya."

"Aku fikir, setiap anak pasti menyayangi Ayahnya."

"Kau benar." Sahut Tuan Park.

"Hangeng sangat menyayangimu. Buat dia bangga."

"Aku akan berusaha."


************

"Baekhyunie.."

Baekhyun tersenyum canggung pada sosok wanita yang menyambutnya di depan pintu. "Halo.." sapanya sambil membungkuk sopan.

"Aahh kau sangat sopan. Ayo masuk.. kau pasti lelah kan?"

Wanita itu kemudian menggiring Baekhyun memasuki Rumah besarnya. Baekhyun semakin merasa Canggung.

"Apa Baekhyunie sudah makan?" Tanya wanita itu lagi.

"S-sudah Nyonya."

"Kenapa memanggil Nyonya? Kau akan tinggal disini. Panggil aku Eomma.."

Baekhyun hanya mengangguk sambil meringis. "Baiklah, Eomma.."

"Sayang, Bawakan tas Baekhyunie."

"Ah! Tidak perlu, biar kubawa sendiri saja!" Pekik Baekhyun begitu melihat Tuan park bersiap membawakan kopernya yang sangat berat. Akan tetapi sang Nyonya tidak membiarkannya lolos, dan malah menyeretnya menuju lantai atas.

"Sudah, tidak apa-apa. Kau pasti sangat lelah, biar Eomma tunjukkan kamarmu."

"Ta-tapi.." Ucap Baekhyun terbata. Menunjuk pada Tuan Park yang berjalan di belakangnya sembari menenteng koper milik Baekhyun.

Tuan park yang mengerti Baekhyun merasa sungkan, memberikan senyum menenangkan, dan mengatakan melalui gerakan mulutnya bahwa itu tidak masalah.
Baekhyun menggigit mulut bagian dalamnya. Kenapa jadi begini..

"Apa Keluargamu sehat?" Tiba-tiba Nyonya park yang masing menggandengnya, kembali bertanya.

"Mereka sehat.." Jawab Baekhyun.

"Syukurlah.. Nanti kapan-kapan, kita undang mereka kemari untuk makan malam bersama."

Baekhyun tersenyum sungkan. "Terimakasih.."

Nyonya park hanya membalasnya dengan senyuman lebar, kemudian sampailah mereka pada sebuah pintu Coklat yang Baekhyun yakini adalah kamarnya. Bagaimana tidak? Didepan pintu tersebut bahkan tergatung tulisan namanya yang terbuat dari kayu dan di cat indah berwarna..

Tunggu dulu..

Pink?

Baekhyun mengerjapkan matanya.
"Aku harap kau tidak terkejut melihat kamarmu." Tanya Nyonya park dengan sedikit ringisan. Membuat Baekhyun tersadar dari lamunannya.

"Y-ya?"

Pintu dibuka oleh tangan lentik terawat Nyonya park, dan kemudian Baekhyun didorong masuk begitu saja. Sedikitnya Baekhyun terperanjat karna dorongan tiba-tiba tersebut. Namun keterkejutannya ternyata lebih besar begitu kedua matanya melihat secara langsung apa yang ada didalam kamar tersebut.

Dia pasti bercanda..

"Saat melihat Fotomu, aku fikir kau anak perempuan. Wajahmu sangat manis, maka dari itu aku semangat sekali membeli begitu banyak boneka dan beberapa pernak pernik yang imut. Tapi kemudian suamiku bilang, bahwa kau seorang lelaki." Jelas Nyonya park.

"Apa kau keberatan, kalau Baekhyunie keberatan, kita bisa menggantinya dengan warna lain."

"Tidak.. tidak masalah. Aku su- suk- suka.." Potong Baekhyun dengan terbata.

Sejujurnya dia tidak suka.
Baiklah, lelaki sejati mana yang suka tinggal dikamar dengan begitu banyak pernak pernik berbau feminin disekitarnya?

Tidak.. Tidak ada.

Tapi mau bagaimana lagi?
Sangat tidak tahu diri jika Baekhyun mengatakan ketidak nyamanannya yang sesungguhnya. Dia kan hanya menumpang disini. Lagi pula kasihan Nyonya park yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk semua ini.

Sudahlah.. Mungkin lama-lama dia akan terbiasa.

... Semoga

"Aahhh syukurlah kalau begitu." Nyonya park memeluk Baekhyun dengan gemas. "Kau manis sekali. Bahkan lebih manis dari yang kulihat di foto." Pelukan terlepas. Kedua tangan lembut Nyonya park menanggup pipi berisi Baekhyun. "Ya tuhan.. aku jadi merasa memiliki anak perempuan."

Baekhyun melotot. "A-apa?"

"Sayang, sudah cukup. Biarkan Baekhyun beristirahat." Tuan park yang khawatir istrinya semakin bertingkah aneh, segera menghentikannya.

Bagaimana jika Baekhyun meminta pulang karna takut dengan kelakuan istrinya?

"Benar.. kalau begitu istirahatlah, karna besok kita akan pergi untuk mendaftarkan sekolahmu."

Baekhyun mengangguk, kemudian Nyonya park melangkah pergi. Diikuti sang suami yang sebelumnya berpesan agar Baekhyun menyamankan diri, yang dibalasnya dengan bungkukkan serta ucapan terimakasih berkali-kali dari Baekhyun.

Begitu pintu tertutup sempurna, Baekhyun menghela nafas panjang, dan berbalik untuk melihat kondisi kamar barunya.

Ya tuhan. Warna pink yang tersebar dimana-mana membuat matanya sakit. Baekhyun mengucak matanya sejenak sebelum kembali menatap sekitar. Ya.. mau bagaimanapun, kenyataannya kamarnya memang seperti ini. Tidak akan berubah meski Baekhyun mencopot kedua bola matanya dan mengganti dengan yang baru. "Aku berasa anak perempuan sekarang.." lemasnya.

Kedua kakinya melangkah ke arah tempat tidur berukuran sedang yang terletak ditengah-tengah ruangan. Setidaknya meskipun berwara kuning mencolok, seprei yang terpasang ditempat tidurnya tidak berwarna Pink juga.

Baekhyun menggeser beberapa boneka yang menumpuk diatas tempat tidur, dan menjatuhkan tubuhnya disana. Memandang langit-langit kamar yang berwarna putih bersih.

Memikirkan keluarganya di desa.

Taehyung sedang apa ya?

Apa Ayah sudah pulang kerja?

Semoga Ibunya tidak lupa pulang lagi karna keasyikan bergosip dirumah tetangga.

Ugh. Baekhyun merindukan rumah.
Meskipun dirumahnya tidak ada kasur seempuk ini, tapi Baekhyun selalu merasa nyaman dan nyenyak meski hanya tidur dengan beralaskan kasur tipis di ruang keluarga.
Lama berfikir, Baekhyun akhirnya terlelap dan bermimpi menonton Ibunya dan Taehyung yang sedang berebut remot di depan Televisi.
.
.
.
TBC/END

TOUCH LOVE!! [CHANBAEK] [YAOI]Where stories live. Discover now