Chapter 23 : The tears!

649 79 54
                                    



" Dia masih tidur, masuklah! ". Sebenarnya aku hanya pura-pura tidur, aku tidak ingin bertemu dengan Harry sepagi ini. Aku masih terlalu kesal padanya. Dan aku masih bingung, apakah aku harus serius menjalin cinta dengannya? Ataukah aku hanya perlu menikmatinya saja dulu, lalu menjauh darinya saat ku temukan penggantinya? Tapi itu terlalu jahat, dan aku benar-benar mencintainya, ini bukanlah sebuah permainan seperti yang telah ku pikirkan semalaman dan tidaklah mudah berhenti mencintai seseorang.

Ku dengar langkah kakinya memasuki kamar Sara, dimana aku masih terbaring malas di atas kasur merah mudanya.

Tak lama kemudian, kasurnya bergerak, menandakan bahwa Harry mendudukkan dirinya di atas kasur. Tangannya membelai wajahku terus-menerus, membangunkan ku dengan caranya yang mustahil membuatku tetap berpura-pura tidur. Aku membuka mataku dan memasang mataku yang sayu dan berpura-pura menguap. Astaga, berakting ternyata sangat menyebalkan karena aku tak mahir melakukannya.

" Yang lain telah menunggu untuk sarapan ". Ucapnya kemudian menggendongku agar meninggalkan kasur Sara yang begitu nyaman.

" Turunkan aku, keriting! ". Pinta ku malas dan dia langsung menurunkan ku. Kakiku yang telanjang memijak lantai marmer yang dingin dan dengan segera aku mencari sendal berbulu milikku di bawah dipan.

" Kau masih marah padaku? "

Serius? Apakah itu sebuah pertanyaan yang benar-benar harus ku jawab?

" Kau tidak bisa mengubah prinsipmu dengan mudah begitu pun aku tidak bisa menerima prinsipmu semudah membalikkan telapak tangan ". Jawabku ketus, bukannya mengernyit seperti yang biasa ia lakukan jika bertentangan denganku, Harry malah tersenyum berseri-seri. Aku memicingkan mataku ke arahnya yang kini menekan kedua pipiku sehingga bibirku mengerucut. Ia menatapku dengan gemas dan menjilat bibirku, sementara aku berusaha menarik tangannya.

" Aku punya kabar baik untukmu, sayang. Sekarang singkirkan dulu pikiranmu itu dan kita sarapan pagi di bawah sebelum aku menjadikan mu sarapan pagi ku sekarang juga "

,,,,,,,,,,,,,,,

Setelah selesai sarapan, kami semuanya berbincang tentang rencana liburan mendadak ini. Ya, semuanya mendadak, apalagi kelima pria ini akan ikut. Meskipun pembicaraan ini mengarah kepada rencana liburan, tapi pikiranku masih memikirkan tentang pria yang duduk di sebelahku ini. Tangannya masih menggenggam tanganku dengan erat tanpa mau membiarkannya longgar sedikitpun. Aku menatap wajahnya dari samping, hidung mancungnya, bibir merah mudanya, belum lagi rahangnya yang begitu tajam, mempertajam keseksian yang ia punya. Sialan, tadinya aku masih kesal tapi sekarang aku malah memujanya.

Pembicaraan menjadi menarik perhatianku saat Niall mengusulkan untuk tetap menginap di hotel dan sesekali mereka akan mampir ke rumah.


Oke, itu ide yang bagus.


" Aku ingin bicara denganmu diluar ". Harry mengangkat bokongnya dan pamit untuk keluar. Aku mengikutinya, meninggalkan mereka yang masih sibuk mengobrol tentang rencana itu. Kakiku melangkah di belakang Harry, tapi kini dia berjalan menuju ke kamarku. Loh, bukan tadi dia bilang diluar? Rrr dasar aneh!


" So? "


Aku bergumam di sebelahnya yang kini berbaring di ranjangku. Harry mengambil tanganku dan mengecupnya lama.


" Aku akan memperkenalkan diriku pada orang tuamu ". Perkataannya mampu merubah suasana hatiku menjadi 100% antusias. Spontan aku memeluknya dan mengecup pipinya dengan gemas.


" Benarkah? "


" Iya, sayang "


" Benarkah? "

CAROUSEL {H.S/HARBARA }Where stories live. Discover now