13. Emosi Revan

290 126 119
                                    

Saat ini Revan dan teman-temannya sedang berada di rumah Galang. Di karenakan Galang tinggal sendiri di rumah karena kedua orang tuanya bekerja di luar kota, jadi mereka memilih untuk menjadikan rumah itu sebagai tempat berkumpul. Selain itu agar Galang juga tidak kesepian saat di rumah.

Mengingat kejadian yang Revan alami tadi. Kini cowok itu duduk termenung di sofa, matanya menatap kosong ke arah pintu. Sejak pulang, cowok berambut jambul itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Galang dan Satya yang bingung dengan perubahan sikap sahabatnya itu pun heran.

"Bang! Lo kenapa sih dari tadi diem mulu?" tanya Galang memecah keheningan di antara mereka.

"Iya, Bang. Lo pasti di curangin ya sama si Kian?" tanya Satya sok tahu.

Galang dan Satya yang sebelumnya duduk di lantai kini jadi duduk di sofa yang ada di depan Revan. Keduanya saling melempar tatapan ketika tidak mendapat respon dari cowok yang biasa mereka panggil dengan sebutan "Bang".

Suasana di ruangan itu kembali hening, hanya ada suara kipas angin yang baling-balingnya sudah rusak tapi tetap mereka gunakan. Serta suara jangkrik dan hewan lain yang suaranya begitu nyaring saat malam tiba.

Galang sengaja tidak memasang AC supaya ruangan itu tetap ramai meskipun ketiganya tidak mengobrol seperti saat ini. Selain itu, supaya menghemat biaya juga. Meski anak orang kaya, tapi istilah "hemat pangkal kaya" selalu ia terapkan.

"Bang?"

"Lo bisa diam nggak?!" sentak Revan pada Galang dengan menendang meja yang ada di depannya.

Melihat Revan yang emosi, nyali Galang pun menciut. Satya yang peka dengan keadaan saat ini langsung menepuk pundak Galang dan mengisyaratkan untuk keluar dari ruangan. Kini hanya tinggal Revan seorang diri di ruang tamu.

Sementara Galang dan Satya berada di lantai atas, mereka memilih untuk bermain playstation saja. Meski sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyakan pada Revan, tapi melihat keadaannya sekarang sepertinya sedang tidak pas. Jadi, mereka membiarkan Revan untuk menenangkan diri dulu.

"Revan kenapa, ya?" tanya Satya di sela-sela permainannya.

Satya menoleh sekilas, "boro-boro nanya. Lo aja di bentak."

"Gue yakin sih kalau ini ada sangkut pautnya sama Kian. Pasti tuh tikus got udah mempengaruhi pikiran Revan biar Revan kalah," tuduh Galang tanpa tahu kebenarannya. Karena memang tidak tahu apa yang Revan alami tadi, Satya hanya mengedikkan bahu sebagai respon. Setelah itu keadaan kembali sunyi, mereka berdua sibuk bermain game.

*****

Kicauan burung mengusik tidur ganteng laki-laki yang tengah asik memejamkan matanya dengan posisi duduk bersandar di sofa. Semalam memang Revan melamun sampai ketiduran dengan posisi duduk. Ia lalu menggeliat dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Netranya mulai terbuka sedikit-sedikit. Ia melihat kesekelilingnya yang tidak ada siapa-siapa.

Teringat kejadian semalam di mana dirinya membentak Galang saat cowok itu bertanya, Revan gegas bangkit dari duduknya lalu naik ke lantai atas menuju kamar Galang.

Kaki jenjang itu melangkah cepat menaiki anak tangga satu demi satu. Setelah sampai di atas, Revan geleng-geleng kepala ketika melihat kedua sahabatnya tidur telentang di lantai sembari memegang stick playstation. Lebih parahnya lagi, dua cowok itu seperti sedang mengigo, karena meski tertidur kedua tangan mereka tetap mengutak-atik benda itu.

Revan mendekati keduanya. Melihat mereka yang tertidur pulas, niat untuk membangunkan Galang dan Satya pun ia urungkan. Cowok berahang kokoh itu memilih duduk di ranjang lalu mengeluarkan ponselnya. Ia kemudian membuka aplikasi berwarna hijau dengan lambang telepon di tengahnya. Ia melihat banyak chat yang masuk. Namun respon Revan hanya kekehan kecil.

Sudah menjadi hal biasa bagi Revan saat ada nomor baru yang mengiriminya pesan. Baik dari adik kelas, teman seangkatan ataupun yang berbeda sekolah. Semuanya berawal dari beberapa bulan yang lalu, di mana saat ada penerimaan siswa-siswi baru SMA Garuda, ada dua siswi yang terlambat datang di hari pertama masa pengenalan siswa-siswi baru, dua siswi itu pun akhirnya di hukum oleh anggota OSIS kelas XI untuk meminta tanda tangan ke siswa SMAGA secara acak, yang artinya mau kelas sebelas atau dua belas yang penting anak laki-laki. Dan keduanya pun bertemu dengan Galang dan Satya yang saat itu sedang berjalan di koridor menuju kantin. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, keduanya lalu meminta tanda tangan Galang dan Satya. Dua cowok itupun dengan senang hati menanda tangani buku yang mereka bawa. Namun, bukannya pergi dua cowok itu dengan pedenya meminta nomor telepon Galang. Karena saat itu Galang masih iseng-isengnya, ia pun memberikan nomor telepon milik Revan. Sementara Satya hanya setuju-setuju saja. Dari situlah nomor Revan mulai tersebar.

Alih-alih mengganti nomor atau merasa risih dan terganggu, Revan malah membiarkan mereka sesuka hatinya untuk mengirim pesan, menelepon atau memvideo callnya. Meski ia sendiri tidak pernah merespon satu pun dari mereka.

Setelah melihat beberapa pesan dan telepon dari nomor asing. Kini Revan giliran membuka aplikasi Instagram. Di sana juga banyak pesan yang masuk dari beberapa penggemarnya.

"Resiko orang ganteng," gumam Revan, lalu mengunggah sebuah foto selfi di mana dirinya tengah tersenyum ke arah kamera dan menampilkan deretan gigi putihnya ke sosial media.

Setelah selesai, Revan meninggalkan ponselnya di atas kasur lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Bersamaan dengan itu, ponselnya terus-menerus berbunyi menandakan banyak notifikasi yang masuk.

Ting!
Ting!
Ting!

Mendengar notifikasi yang terus-terusan berbunyi dari arah belakangnya membuat dua cowok yang sedang tertidur pulas di lantai itu terbangun. Keduanya sama-sama menggeliat dan meregangkan otot-otot tubuhnya.

Galang dan Satya kompak menoleh saat mendapati ponsel di atas kasur itu berbunyi lagi. Lantas keduanya bangun dan mendaratkan bokongnya di sana.

"Ini kan hp-nya Revan, terus orangnya ke mana?" tanya Galang sembari memungut benda pipih itu dan menoleh ke sana ke mari mencari pemiliknya.

"Bang! Sabun gue jangan di mainin ya, tanggal tua nih belum mampu beli!" celetuk Satya membuat Galang tertawa.

REVANDRAWhere stories live. Discover now