PROLOG

129 6 4
                                        

Seluruh canda tiada separuhnya kebahagiaan.

Seluruh sendu tiada separuhnya keterpurukan.


Dia pintar bermain adu peran.

Dia handal bertukar ekspresi.


Alam semesta tahu sandiwara ini.

Sandiwara teater berpanggung bumi.


Dia tak mengerti apa yang terjadi.

Keburukan terobsesi mengincarnya.


Mampukah dirinya mengakhiri?

Kotak hitam nan kelam, Pandora.


     "Kamu ngga papa?"

     Perempuan itu tertegun. Tak biasa ada yang memanggilnya. Namun, laki-laki ini malah menolongnya.

     "Kenapa kamu hanya diam ketika mereka berbuat seperti itu?"

     Aku tak sanggup melawannya. Karena aku tak punya keberanian. Namun, perempuan itu hanya mengatakannya di dalam hati. Bungkam.

     "Kalau begitu, aku permisi dulu."

     "Tunggu, si-siapa namamu?" hanya seuntai kalimat pendek yang dapat diucapkan oleh perempuan itu.

     "Jadi, kau tak mengenaliku? Abaikan kejadian tadi, aku hanya sedang lalu." laki-laki itu segera melangkahkan kaki, dan..

     "Terima kasih telah menolongku!" perempuan itu berteriak kepadanya, tak peduli ia mendengarnya atau tidak.

     Namun, laki-laki tersebut tetap meninggalkannya hingga jauh dari pandangan. Entah apa yang dipikirkannya mengenai perempuan tadi.

     Satu kejadian dapat mengantarkanmu menuju kejadian lain. Dan, ini rahasia Tuhan. Skenario-Nya tak pernah meleset dari kejadian di alam semesta.

     Di suasana tenang dan tenteram, tak sengaja pikirannya menjelajah menuju mesin waktu tempo kuno. Menjelajah dari suatu peristiwa menuju peristiwa lain. Kilas balik di masa silam yang paling terindah menurut sang perempuan itu.

     Dirinya takkan melupakan perbuatan baik sang lelaki yang tak ia mengerti identitasnya hingga kini. Tapi, tunggu.

     Mengapa dirinya merasa tak asing dengan laki-laki itu?

     Seolah dia pernah berteman lama dengannya.

     Namun, tidak mungkin, kan, kalo dia pernah berteman dengan seorang laki-laki? Dia tak mempunyai teman seorang pun. Dunia ini kejam dan penuh siksa. Di usia yang belia telah mendapat perlakuan brutal dari teman-teman perempuannya. Semua tiada yang menyukainya. Sayangnya, itu hanya masa lalu.

     Tiba-tiba, nada dering Firefly mengalun di udara. Segera ia angkat panggilan tersebut.

     "..."

     "Tentu, aku takkan lupa. Sampai jumpa."

     Soraya Vania akan menghadiri photoshoot. Bersama kenangan yang singgah.

     "Aku akan menemukanmu. Jadi, tunggu dan jangan lupakan aku."

     Kemudian ia berlalu dengan mobilnya.

***

     a.n :

     Selamat malam! Tahu kok ini sangat telat, jadi aku minta maaf kalo bikin kalian lama nunggunya. Seharusnya aku update pas siang tadi, berhubung aku ada acara lain jadi molor, deh :(

     Kalo kalian ada kritik dan saran sama cerita ini boleh banget bisa komen atau kirim direct message ke aku, aku nggak maksa kalian buat vote, asal kalian seneng sama cerita ini udah cukup, koq. HEHE. Sampai jumpa di bab satu yang akan dirilis pada saat gerhana bulan parsial! Kapankah itu? Cari tahu sendiri, lah. Hahaha.


     Teman literasimu,

     Sya.

Pandora's Key [ON-GOING]Where stories live. Discover now