The ACE Rules | Part 1 - Harp Contest

Mulai dari awal
                                    

"Ya Tuhan..." Hylda mendesah, rintihan Irene cukup jelas terdengar. "Nyeri perutmu kambuh?"

Irene menahan mual dengan napas tersengal. Keningnya mulai berkeringat dan udara di dalam ruang sempit itu jadi begitu sesak. "Tidak apa-apa. Aku hanya terlalu gugup. Jangan khawatir. Aku akan segera keluar."

Tanpa menghiraukan balasan Hylda yang belum sempat wanita itu katakan, Irene langsung mematikan panggilan dan meletakkan ponselnya di atas kloset. Ia buru-buru membuka tutup botol kecil berlabel obat yang diresepkan dokter untuknya lalu meminumnya cepat dengan sebotol air.

Hal seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Serangan panik sudah sering Irene alami.

Untungnya, setelah memejamkan mata dan menarik napas dalam, beberapa saat kemudian sakit yang meremas-remas perutnya perlahan mereda. Ia sudah lebih tenang, lega gaun yang dipakainya tetap rapi dan riasannya juga tidak luntur.

Irene menata rambut sejenak, bersiap untuk keluar namun sesuatu yang aneh terjadi. Pintu kamar mandi tidak bisa didorong sekali pun kuncinya sudah terbuka dari dalam.

"Apa-apaan ini?" Irene terbelalak. Tidak ada yang rusak saat ia masuk. Tadi gagang pintu itu jelas-jelas masih berfungsi.

Irene memutar bola mata malas.

Ya.. kecuali jika ada orang yang menguncinya dari luar, dan itu jelas kesengajaan.

Irene punya alasan untuk curiga. Bagaimana ia bisa lupa, selama tempat penyelenggaraan kompetisi biola Sarah juga sama dengannya, gadis itu akan melakukan bermacam-macam cara agar ia gagal.

"Cepat buka!" geram Irene. "Aku tahu kau masih berdiri di sana."

Kakinya menendang keras bagian bawah pintu. Berusaha mendobrak, namun tidak ada sahutan. Ia terlalu malas menunduk, terlalu merepotkan dan penampilannya bisa-bisa berantakan.

"Kalau aku sampai didiskualifikasi, kau juga akan tamat. Kau pikir aku tidak bisa mengacaukan kompetisimu?" ancam Irene kesal, mengutuk dalam hati kemudian cepat-cepat mengambil ponsel.

Lihat saja, usaha yang gadis itu lakukan percuma. Ia tidak akan terus terkurung di dalam sini. Tidak lama lagi bantuan pasti akan datang. Hylda juga pasti sedang menyusulnya sekarang. Yang perlu ia lakukan hanya menelepon wanita itu dan mengadukan kecurangan Sarah.

Irene penasaran dengan apa gadis itu menahan pintunya dari luar. Jadi ia terpaksa melepas high heels-nya dan menaikkan kaki ke atas kloset yang membuatnya bisa berdiri cukup tinggi sambil berpegangan pada pintu atas toilet, sementara tangannya yang lain menggenggam ponsel dan mencoba menghubungi Hylda.

Semulus itu harapan yang tersusun di benak Irene sebelum akhirnya kandas begitu ia tak sengaja malah menjatuhkan satu-satunya alat komunikasi itu ke lantai, di dekat kaki bersepatu renda krem yang berdiri tepat di luar pintu.

Sarah tersenyum mengejek, pura-pura tidak melihat ponselnya dan melenggang pergi begitu saja. Irene tidak tahu harus bersyukur ketika sambungan teleponnya diangkat, atau mengumpat melihat alat pel yang disilangkan menghalangi jalan keluarnya.

"SIALAN KAU SARAH!"

***

"Maaf, aku terlambat."

"Sangat. Aku sudah lama menunggumu," ketus Chelsea Archer.

"Kau memang tidak pengertian. Jika kau tahu akan terlambat, setidaknya jangan datang dengan tangan kosong. Bawalah sesuatu," gerutunya kemudian berdeham pelan sambil menoleh ke tempat duduk belakang. Memastikan apakah penonton lain terganggu meski ia sudah berbisik-bisik.

Sisa udara dingin masih menempel di mantel Ace. Salju mungkin akan turun lagi mengguyur Chicago. Chelsea sedikit merasa bersalah ketika menatap tangan pucat Ace yang tidak mengenakan sarung tangan penghangat di tengah cuaca musim dingin bulan Maret.

The ACE RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang